Pengamat: Rektor Asing Pimpin PTN Bahayakan Kedaulatan Negara

Loading

Jakarta (Independensi.com) Rencana Pemerintah Indonesia melalui Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengimpor rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi negeri sampai saat ini masih menunai pro dan kontra di kalangan masyarakat dan kalangan pendidik.

Pengamat hukum Suhardi Somomoeljono kepada Independensi.com, Sabtu (3/8/2019) mengatakan sangat wajar jika yang kontra terhadap rencana pemerintah lebih banyak dibandingkan yang pro.

“Apalagi yang paling prinsipal tidak ada Undang-Undang satupun satupun di Indonesia memperbolehkan orang asing menjadi rektor di PTN,” katanya menanggapi rencana pemerintah yang cukup kontroversial itu.

Dia pun mempertanyakan sikap Menristekdikti Mohamad Nasir yang sangat bernafsu PTN dijabat rektor asing dengan argumentasi agar PTN Indonesia mampu menduduki ranking dunia sejajar dengan perguruan-perguruan tinggi di negara maju lainnya.

Suhardi menilai cara berpikir Menristekdikti justru sangat membahayakan kedaulatan negara dalam perspektif nilai-nilai kebangsaan dalam pencapaian tujuan cita-cita negara proklamasi 1945.

Ditegaskannya rektor asing yang akan di impor dari negara-negara maju justru dalam waktu singkat akan menghancurkan bangsa dan negara dari sisi pengrusakan dan atau penghancuran karakter mahasiswa secara sistemik yang akan dibangun melakui model kurikulum dan silabus.

“Pemerintah nantinya dalam waktu singkat setelah rektor asing menduduki PTN akan dininabubukkan misalnya PTN Indonesia masuk ranking dunia ke 10 misalnya,” kata dosen Pascasarjana Universitas Matla’ul Anwar, Banten ini.

Selain itu, tutur dia, seluruh dunia, nantinya akan memuji Indonesia. “Dalam situasi dan kondisi seperti itu nantinya pemerintah akan lupa diri dan kebijakan-kebijakan dalam dunia pendidikan akan dapat dikendalikan secara mudah oleh negara-negara asing.”

“Indonesia pun nantinya akan kehilangan kedaulatan dalam dunia pendidikan sehingga pada akhirnya dapat menghancurkan sistem ketahanan dan pertahanan nasional dari perspektif nilai-nilai kebangsaan,” kata Suhardi.

Oleh karena itu dia mengusulkan sebaiknya Menrisetdikti segera diganti sebelum nanti menyesal. “Sebab jika benar-benar terjadi rektor asing dari Amerika, Belanda, Inggris, Cina, Jepang, Korea, Rusia dan lainnya, pasti Indonesia akan hancur lebur dan hanya akan dijadikan bancakan dunia pendidikan kita untuk kepentingan negara-negara asing.”

Dia mengingatkan Menristekdikti jangan meniru negara kecil seperti Singapura yang gemar impor rektor asing dan kulturnya sangat berbeda dengan Indonesia.

“Jadi jangan sekali-kali dalam rangka membangun Indonesia, terutama dari segi pembangunan sistem pendidikan, hukum, pertahanan, keamanan dan hal-hal strategis lain meniru negara gurem yang kecil-kecil. Karena Indonesia negara besar seperti Cina, India, Rusia, Amerika.”(MUJ)