Cosmas Batubara

Selamat Jalan Bung Cosmas

Loading

Independensi.com – Cosmas Batubara, salah seorang penggerak Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang mendorong perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru serta pergantian Kepemimpinan Nasional dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, telah pergi dengan sejumlah peninggalannya.

Putra Purbasaribu, Simalungun Sumatera Utara, kelahiran 1938 itu wafat Kamis, 8 Agustus 2019 dalam usia 80 tahun, setelah melawan penyakit beberapa lama dengan pengobatan dan perawatan yang telah memakan waktu, namun tidak mengurangi aktivitasnya, sehingga seolah dia tidak menderita apa-apa.

Cosmas si wajah teduh itu, saat berusia 8 tahun ditinggal ayahnya Karel Batubara, mandor konstruksi jalan. Sebagaimana orang se-desanya, Cosmas Batubara juga membantu ibunya berjualan. Setelah tamat Sekolah Rakyat Cosmas masuk Sekolah Guru Bawah (SGB) di Pematang Siantar lalu melanjutkan Sekolah Guru Atas (SGA) di Jakarta.

Setelah tamat SGA, Cosmas menunaikan kewajibannya untuk mengajar sebagai ikatan dinas, dan saat mengajar itulah dia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Publisistik dan melanjutkannya ke FISIP Universitas Indonesia dan saat itulah dia menjadi Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Repbulik Indonesia (PMKRI) dan Ketua Presidium KAMI saat bergejolaknya anti komunis setelah Gerakan 30 September (G-30-S/PKI).

Di saat gejolak demonstrasi semakin merebak, Presiden Soekarno mengundang 10 pimpinan KAMI ke Istana Bogor, dan saat itulah Sang Bung Besar marah, karena dianggap mahasiswa telah disusupi neokolonialisme. Tetapi menurut Cosmas, “Dengan nada suara yang mencerminkan kemarahan itu, saya merasa, sebenarnya Bung Karno tidak memahami mengapa mahasiswa berdemonstasi. Tampaknya dia yakin betul bahwa mahasiswa tidak memahami revolusi yang sedang berlangsung di negeri ini”, katanya dalam Cosmas Batubara Sebuah Otobiografi Politik.

Cosmas dengan wajah teduh dan gampang senyum serta suara lembut membuat dia mampu berkomunikasi dan diterima semua golongan, seolah menempatkan dia menjadi bagian dari perjuangan dan pengisian perubahan melalui organisasi sosial Golongan Karya yang sekaligus jembatannya menduduki kursi DPR RI sampai dua periode, serta tiga kali duduk di kabinet, tiga perempat kepemimpinan Presiden Soeharto, Cosmas turut berperan.

Setiap Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (SU MPR) Cosmas selalu pimpinan komisi dan setiap Musyawarah Golongan Karya dia selalu masuk tim perumus.

Kepribadian Cosmas yang luwes memudahkannya menjembatani “perbedaan-perbedaan” di saat Sidang Umum MPR, walaupun dua partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI – belum PDI Perjuangan) serta Golongan Karya (Golkar-belum Partai Golongan Karya sekarang) tidak selamanya mulus dalam memutus sesuatu.. Di Golkar sendiri ada unsur ABRI (belum TNI), unsur Beringin (Korps Pegawai Negeri-Korpri) dan Golkar (yaitu para politisi) saat itulah peranan Cosmas tampil.

Periode Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat Cosmas lah menggagas Undang-undang Rumah Susun, proyek pengadaan perumahan dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh Bank BTN yang sekarang menjadi program semua bank. Di mana pembiayaan pembangunan perumahan KPR BTN dibiayai bank dengan jaminan perusahaan dengan pembayaran dipotong dari gaji karyawan.

Setelah Menteri Muda urusan Perumahan Rakyat, periode berikutnya Cosmas menjadi Menteri Negara Urusan Perumahan Rakyat dan kemudian Menteri Tenaga Kerja dan pada periode itulah dia menjadi Presiden International Labour Organization (ILO)-Presiden Oeganisasi Buruh Se-Dunia.

Cosmas Batubara dekat dengan wartawan tetapi bukan sebagai sumber berita, sebab tidak ada yang “mengigit” semua serba aman tenteram diawali dengan senyum sampai akhir, Cosmas menjadi berita sering bukan karena keterangannya melainkan atas hasil pekerjaannya.

Pembawaan Cosmas Batubara yang tenang setenang Danau Toba di dekat tempat kelahirannya, membuat Cosmas seolah tanpa sekat dan bahkan sering tidak ketahuan dia marah, menolak, atau memuji sesuatu, sehingga kadangkala orang sakitpun kalau disapanya sembuh seketika.

Dengan penampilan yang apa adanya itulah mungkin, banyak perusahaan memintanya untuk menjadi Komisaris Utama bahkan Direktur Utama di beberapa perusahaan pembangunan perumahan sejak dia Maret 1993 mengakhiri tugasnya dari Kabinet Soeharto.

Cosmas hari ini akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun perjuangannya serta cita-cita luhurnya akan tetap perlu dilanjutkan generasi penerus. Dia meninggalkan isteri RA Cypriana Hadiwijono dan memiliki empat anak, dua putra dan dua putri. Selamat jalan si wajah teduh. (Bch)