Suasana sesi Skill Challenge di ajang 4X4 Basketball Festival 2019 di lapangan The Breeze Basketball Arena, BSD City, Tangerang, pekan lalu. (Dok/Ray Soemantoro)

Menggali Potensi Pebasket Muda Melalui “Skill Challenge”

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Minimnya turnamen basket usia dini Kelompok Umur (KU) 10, 12, 13 tahun di Tanah Air, cukup memprihatinkan. Padahal potensi dari kelompok umur tersebut sangat besar seperti untuk pertumbuhan serta kesehatan anak, pembentukan karakter, mental dan disiplin, maupun pembinaan prestasi. Selain itu pula, bila KU tersebut terus dilakukan pembinaan termasuk digelar turnamen secara kontinyu, bisa dipastikan bermunculan bibit-bibit pebasket andal sekaligus memassalkan olahraga basket di Tanah Air.

Adanya turnamen atau invitasi basket usia dini selain mengedepankan pembinaan olahraga, juga menjadi arena latih-tanding yang sesungguhnya. Sebab dalam sebuah pertandingan akan menguatkan mental tanding dan tehnik bermain yang didapat dari pelatihan. Lebih dari itu, para orang tua pun akan lebih semangat dan yakin untuk mendukung kemauan bermain basket anaknya. “Idenya adalah minimnya turnamen basket usia dini yang digelar di Tanah Air. Sedangkan animo pebasket muda cukup tinggi mengingat olahraga basket  mulai digemari segala usia,” ungkap pemerhati basket, Richard Insane Latunusa, Selasa (27/8/2019).

Kondisi inilah yang membuat Richard dan Jurnalis Peduli dan Suka Olahraga (Jusraga)  menggelar ajang basket bertajuk “4X4 Basketball Festival 2019” pekan lalu. Pada kompetisi ini setiap tim menurunkan empat pemain dalam satu lapangan. Kemudian dalam turnamen ini juga terdapat sesi Skill Basketball Challenge yang pertama di Indonesia untuk Kelompok Umur (KU) 10 tahun putri, juga dimainkan eksibisi KU 12 dan 13 tahun putra. “Tujuan dari Skill Challenge ini adalah selain menguasai teknik dasar bermain basket juga harus konsentrasi dan latihan. Sebab, bola basket adalah olahraga repetisi dimana pengulangan adalah kunci,” imbuh pria yang juga Ketua Asosiasi Bola Basket Seni Indonesia.

Mengenai sesi Skill Challenge, terdapat tiga aspek yakni passing, ball handling dan shooting. Ketiga aspek ini kerap menjadi menu latihan dan harus dikuasai secara maksimal setiap pemain basket. Di sesi ini para pelatih dari tim peserta bisa melihat sejauh mana perkembangan performa dan keterampilan asuhannya sekaligus menjadi bahan evaluasi. Para peserta Skill Challenge diharuskan melakukan gerakan passing, menggiring bola melewati rintangan, drive in dan shooting dalam hitungan waktu yang terbatas. “Dengan adanya sesi ini, saya jadi tahu siapa saja yang punya skill dan tehnik bermain bagus,” ungkap pelatih tim Fictor Roring Basketball Academy, Patrick Gosal.

Hiburan Mendidik

Lebih jauh Richard mengatakan, Skill Challenge awalnya disodorkan untuk menjadi sesi hiburan untuk penonton agar tidak bosan melihat pertandingan saja. Namun setelah melihat animo peserta pada gelaran pekan lalu, dipastikan akan terus dikembangkan dan tetap dimainkan pada perhelatan berikutnya. “Awalnya hanya untuk sesi hiburan untuk penonton agar tidak bosan hanya melihat pertandingan. Tetapi pesertanya cukup antusias dan ternyata memberikan dampak positif karena terdapat sisi edukasinya. Untuk event berikut, saya sudah siapkan ide-ide baru untuk Skill Challenge. Ini bakal menjadi arena bermain yang ditunggu-tunggu para peserta,” kata Richard.

Menyoal perhelatan 4X4 Basketball Festival 2019, Richard mengakui gelaran awal pasti banyak kekurangannya. Untuk itulah, perhelatan yang direncanakan bergulir secara kontinyu ini, akan terus diperbaiki dan dievaluasi berdasarkan situasi di lapangan serta masukan dari para pemain maupun orang tua. “Kami akan serius memperbaiki kekurangan di event ini dengan mengakomodir masukan yang ada. Tujuannya agar turnamen ini bisa bergulir dengan baik dan memberikan wadah baru bagi pebasket usia dini sebagai sarana latih-tanding yang bermanfaat,” kata Richard.