Kh.Maman, Santri & Politisi”News Maker”

Loading

Oleh : Adlan Daie (Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat)

IndependensI.com – Siapakah KH Maman Imanulhaq ? Sulit menjawabnya dalam satu definisi tunggal. Beliau lahir dan tumbuh dalam tradisi pesantren yang kuat dengan khazanah kitab kuningnya. Kitab literatur keislaman yang mengajarkan nilai-nilai moderasi Islam dengan kekayaan metode “usul fiqih” dan pendekatan fiqih “maqasidus syariah” yakni Islam. Dihadirkan tidak dalam teks lahiriyahnya melainkan aktualisasi dan “pribumisasi” pesan dan tujuan syariat yang rahmatan lil.alamin, rahmat yang “open minded” bagi seluruh kehidupan umat manusia. Itulah bedanya dengan “artis mendadak santri”, trend komunitas Islam kekinian yang cenderung ekslusif secara sosial dan miskin literasi ke-Islaman.

KH Maman Imanulhaq, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Jatiwangi, Majalengka, lahir di Sumedang Jawa Barat, 8 Desember 1972. Pendidikannya hampir sepenuhnya ditempuh di dunia pesantren, mulai pesantren Al Mizan, Majalengka, melanjutkan ke Pesantren Batitul Arqom di Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Pesantren Tambak Beras, Jawa Timur. Itulah sebabnya, beliau bukan sekedar “santri” dalam pengertian Clifford Gertz dalam bukunya “The Religion Of Java” melainkan lebih tepat “santri” dalam konstruksi pemahaman Dr. Zamakhsyari Dhofir dalam bukunya “Tradisi Pesantren”.

Beliau dibentuk dalam tradisi pesantren Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat kuat, membentuknya di kemudian hari menjadi figur dan tokoh nasional yang “tawashut, tasamuh , tawazun” (moderat, toleran dan balance) baik basis pemikiran, cara padang maupun aktualisasi peran perannya secara sosial dan politik di tengah-tengah kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Latar biografis singkat di atas menjelaskan kepada kita mengapa KH Maman Imanulhaq, tidak memiliki hambatan psikologis dan ideologis dalam mobilitas pergaulan lintas segmentasi politik, agama, suku, profesi dan golongan. Keterlibatannya secara aktif dalam Lembaga “Persaudaraan Islam’, sebuah forum komunikasi ormas-ormas Islam dan ketekunannya bersafari dakwah ke kampung-kampung terpencil tidak menghalangi intensitasnya untuk aktif dalam forum dialog agama-agama tentang agama dan tata perdamaian dunia yang pada tahun 2004 mengantarkan beliau sebagai salah satu tokoh muda Islam menjadi pembicara dalam acara bertaraf internasinal bertajuk “Inter-religios dialogue” , di USA Ohio University.

Sebagai politisi, beliau adalah satu dari sedikit politisi Parta Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tidak hanya tekun di Komisi DPR RI yang dibidanginya, lebih dari itu, beliau adalah “news maker“, sumber berita yang tampil di berbagai forum diskusi publik dan talkshow di sejumlah media arus utama baik mewakili partai maupun koalisi pemerintahan Jokowi dengan narasi yang runtut dan pilihan diksi yang mencerminkan penguasaannya terhadap dinamika politik nasional. Sesuatu yang tidak mudah dilakukan kecuali dengan modal kematangan “inner power“, visioner dan pengalaman interaksi sosial yang multi kulturalisme.

Dalam kontestasi Pilpres 2019, KH Maman Imanulhaq, dipercayya pasangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin sebagai Direktur relawan Tim Kampanye Nasiobal (TKN). Sebuah posisi yang menghimpun beragam relawan dari unsur etnis, agama, suku, profesi dalam satu tarikan nafas dan derap langkah yang menyatu sama lain untuk pemenangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin.

Kontribusinya dalam konteks ini layak diapresiasi bukan saja beliau berhasil menghimpun keragaman unsur-unsur relawannya akan tetapi kemampuannya membekali dengan narasi dan konten-konten kampanye yang memperkokoh visi kebangsaan bernilai “high influencer“, sangat berpengaruh dalam kerangka memproteksi anak-anak bangsa dari anasir-anasir radikalisme dan fundamentalisme agama yang menyusup secara infiltratif dalam proses panggung kontestasi pilpres 2019.

Kini, KH Maman Imanulhaq terpilih kembali menjadi anggota F-PKB DPR RI periode 2019 – 2024. Ibarat pepatah, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali bergerak dalam rangkaian Pemilu 2019, dua tujuan tercapai. Sukses Pemilu Legislatif dan sukses Pemilu Presiden Wakil Presiden 2019.

Harapan akhirnya, semoga KH. Maman Imanulhaq tetap dalam ke-santri-annya yang berlelah-lelah bersafari dakwah ke kampung-kampung sambil pada saat yang sama menjadi politisi “news maker“, sumber berita yang inspiratif dalam proses internalisasi nilai-nilai Pancasila bagi tegak dan kokohnya NKRI yang Bhinneka Tunggal lahir-batin. Semoga.