PALANGKA RAYA (Independensi.com) – Puruk Sandukui, Desa Tumbang Hatung, Kecamatan Miri Manasa, Kabupaten Gunung Mas, merupakan lokasi wisata alam cukup menarik di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan di Provinsi Kalimantan Tengahh (Kalteng).
Puruk, sebutan di dalam Bahasa Dayak Uud Danum, dimana jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, artinya bukit. Bukit Sandukui atau Puruk Sandukui, memiliki ketinggian sekitar 400 meter.
Fisik Puruk Sandukui, seratus persen berupa batu. Hanya ada sedikit tanaman tumbuh pada bagian puncuk.
Diperkirakan tanaman yang tumbuh di bagian puncak Puruk Sandukui, berasal dari biji-bijian yang dibawa terbang berbagai jenis burung yang sempat hinggap pada bagian puncak.
Puruk Sandukui, memiliki daya tarik tersendiri di Provinsi Kalimantan Tengah, karena bentuknya pada bagian puncak, seperti telunjuk manusia, apabila dilihat dari kejauhan.
Perjalanan menuju Puruk Sandukui, harus berjalan kaki menelusuri hutan belantara sekitar 5 – 6 jam dari pemukiman terdekat, yaitu Desa Tumbang Hatung, Kecamatan Miri Manasa, Kabupaten Gunung Mas.
Puncak Puruk Sandukui, berhasil ditaklukkan Tim Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) Depok, Provinsi Jawa Barat, 12 – 30 Agustus 2017.
Penaklukan Puruk Sandukui, menandai keberhasilan Tim Mapala UI di dalam menelusuri perbukitan ekstrim, baik di dalam maun di luar negeri.
Berdasarkan catatan, Mapala UI merupakan pelopor kegiatan rangkaian pendakian Seven Summits dunia di Indonesia. Pada 1972, tim pendaki Mapala UI menjadi tim pertama yang mengjnjakkan kaki di Puncak Carstensz, Papua, puncak tertinggi di wilayah Australasia.
Tim Mapala UI berhasil mencapai empat puncak gunung lainnya, yaitu Kilimanjaro, Afrika (1983); McKinley, Amerika Utara (1989); Elbrus, Rusia (1990), dan Aconcagua, Argentina (1993).
Namun, kelanjutan pendakian itu sempat terhenti sesudah dua pendaki Mapala UI, Norman Edwin dan Didiek Samsu, tewas di Gunung Aconcagua pada percobaan pertama di tahun 1992.
Tahun 1993, Mapala UI kembali mengirimkan Tim ke Aconcagua berisi Ripto Mulyono dan Tantyo Mulyono untuk menyelesaikan pendakian tahun 1992 yang belum berhasil.
Laman Mapala UI, menyebutkan, lima puncak sudah dicapai oleh Mapala UI pada ekspedisi Seven Summits saat itu, namun belum berhasil diteruskan ke puncak Vinson Massif dan Everest karena tewasnya pendaki-pendaki utama Norman Edwin dan Didiek Samsu dalam upaya pendakian Aconcagua pada tahun 1992. (Aju)