Aby Ramadhan. (Istimewa)

Aby Ramadhan: Main Game Jangan Terlena

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Usai menjuarai turnamen Mobile Premiere League (MPL) di Piala Presiden Esports 2020, tidak serta-merta membuat Aby Ramadhan merasa yang paling jago. Siswa kelas IX di SMP Negeri 71, Rawasari, Jakarta Pusat ini berlaku dan bersikap biasa saja, seolah tak merasa sebagai peraih prestasi tertinggi perhelatan esports bertaraf Internasional.

Ada tiga game yang dipertandingkan dalam turnamen tersebut yakni Free Fire, Pro Evolution Soccer (PES), dan Fruit Dart dari MPL. Aby menjadi satu-satu peserta dari Indonesia yang berhasil juara dimana peserta Vietnam menguasai dua game lainnya.

Aby mengakui, suksesnya tersebut tak lepas dari dukungan banyak pihak, mulai orang tua, saudara, sekolah dan lingkungannya. Dia berhasil menjadi juara buah hasil kesabaran dan konsistensi bermain game MPL untuk mencari pola permainannya. Kendati demikian, dirinya senantiasa membatasi untuk bermain game dan tidak melupakan tugas-tugas lainnya.

“Awalnya saya main game mobile biasa. Di game MPL ini, abang saya yang ngenalin, ternyata mengasyikkan. Kuncinya harus sering bermain untuk melatih kesabaran dan pola permainannya. Tapi jangan lupa waktu. Saya batasi bermain sehari dua sampai lima jam, diselingi waktu istirahat, belajar dan lainnya,” ungkap Aby saat ditemui di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (14/2/2020).

Dalam keseharian, Aby kerap mengingatkan teman-temannya yang tergabung dalam komunitas gamer, The Clay untuk tidak terlena dan membuang waktu. Walau sering main bareng (mabar), Aby meminta rekan-rekannya itu memanfaatkan waktu yang ada serta tidak melulu bermain game. “Saya suka ingatkan teman-teman The Clay untuk tidak melulu bermain game dan ingat waktu Shalat misalnya. Akhirnya kami di dalam komunitas itu selain bermain bareng dalam game, juga saling mengingatkan untuk memanfaatkan waktu yang ada,” imbuhnya.

Aby bersama komunitas The Clay.

Dalam sekolah, anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Teddy Wijono dan Neneng Ratna Nengsih ini punya kemampuan akademis yang cukup baik. Kendati tidak menonjol, tetapi memiliki karakter pribadi yang ulet, bertanggung jawab, senantiasa mengikuti kegiatan sekolah dan tidak pernah membolos. Pihak sekolah pun bangga dengan prestasi yang diraih Aby dan berharap prestasi ini terus berlanjut.

“Saya turut bangga dengan prestasi yang diraih Aby di Piala Presiden Esports 2020. Kami dari pihak sekolah turut mendukung keberlangsungan prestasinya. Game ini sangat positif melatih keterampilan otak dan strategi, karena strategi juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau game yang berdampak negatif, hendaknya dihindari saja,” kata Etty Lismiati selalu wali kelas Aby.

Kebanggaan Orang Tua

Datang dari keluarga kurang mampu, Aby tumbuh berkembang di daerah pemukiman padat di Rawamangun. Sang ayah, Teddy adalah penjual mie ayam dan ibunya, Neneng bekerja serabutan di rumah makan Padang. Mereka tinggal di rumah petak berlantai dua dengan kamar terbatas dan dihuni tiga keluarga berjumlah 12 orang.

Kedua orang tuanya tidak menyangka, bungsu kelahiran 18 Oktober 2004 ini bisa berprestasi di event bergengsi dan membawa pulang hadiah utama Rp 125 juta. Selain Aby, abang sepupunya, Rama, bertengger di posisi ketujuh dan membawa pulang Rp 4 juta. Dari catatan yang ada, Aby adalah peserta individual yang meraih hadiah dengan nominal terbesar. “Saya sebagai orang tua sangat bangga dengan prestasinya. Walau kalau lagi main  suka saya marahin, suka diingetin. Tapi Aby nurut. Pokoknya jangan terlena aja sama main game,” kata Neneng.

Sedangkan sang ayah pun mengaku senang dengan kesuksesan anaknya. Dia pun hadir dalam perjalanan prestasi anaknya sejak dari babak regional barat di Bandung, hingga menuju grand final. “Saya lihat perjuangannya mulai dari Bandung hingga ke babak final. Gak nyangka dia bisa menang. Dan yang lebih ga nyangka lagi, hadiahnya diniatkan untuk Umroh orang tuanya,” ujar Teddy sambil terharu.

Aby akui, selain mengumrohkan kedua orang tuanya, hadiah uang mau dibelikan sepeda motor untuk mobilitas keseharian bersekolah nanti di Sekolah Menengah Kejuruan yang menjadi pilihannya. Selain itu dibelikan handphone canggih untuk mendukung pelatihan dan selebihnya untuk ditabung. Soal masa depannya, Aby ingin menjadi gamer profesional dan bisa ikut dalam multi event seperti SEA Games serta kejuaraan bergengsi lainnya. “Niatnya sih ingin jadi gamer profesional dan ikut SEA Games. Tapi tidak akan meninggalkan sekolah, karena itu yang utama,” kata Aby mengakhiri pembicaraan.

Hadirnya Aby sebagai juara turnamen esports bergengsi di Tanah Air, dengan latar belakang keluarga menengah ke bawah ini seakan menegaskan perwujudan misi MPL di Indonesia untuk mendemokratisasi olahraga esports bagi semua kalangan masyarakat di Indonesia. Ekosistem esports Tanah Air terus terbangun hingga membentuk industri esports yang mampu memberi dampak positif terhadap ekonomi digital.