JAKARTA (Independensi.com) – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyatakan bahwa saat ini sedang memantau dampak ekonomi Virus Korona masih terus berlangsung karena akan mempengaruhi baik di sisi permintaan, konsumsi, investasi, dan juga dari sisi produksinya, terkait adanya disruption yang terjadi di Wuhan, Hubei.
“Wuhan, Hubei merupakan salah satu sumber produksi industri manufaktur yang cukup besar terhadap pasokan-pasokan yang lain sehingga kita mengantisipasi bahwa pengaruhnya ini akan mempengaruhi baik dari sisi permintaan maupun dari sisi supply,” tutur Menkeu menjawab pertanyaan wartawan usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Halaman Istana Kepresidenan, Provinsi DKI Jakarta, Senin (2/3).
Menurut Menkeu, Pemerintah terus melakukan koordinasi dari sisi sektor keuangan seperti mingggu lalu, yang terjadi gejolak cukup tinggi di semua pasar-pasar modal, pasar keuangan, dan surat berharga negara.
“Kita berkoordinasi dengan Bank Indonesia, dengan OJK, dengan LPS untuk meneliti apakah dinamika itu adalah masih di dalam range yang sama dengan polanya dengan negara-negara lain,” ujar Menkeu.
Pemerintah, lanjut Menkeu, juga tidak akan melakukan over reaction, tapi mengamati sangat detail, teliti, dan menyiapkan semua langkah-langkah sehingga jangan sampai pergerakan market akan disalahgunakan oleh siapa saja untuk mengambil keuntungan sesaat.
“Namun, kita melihat mekanisme pasarnya akan tetap dijaga agar stabilitas atau dalam hal ini mekanisme penyesuaiannya berjalan se-smooth mungkin,” tuturnya.
Hal yang sama juga dilakukan, menurut Menkeu, oleh OJK dan BI entah itu di pasar saham, pasar surat berharga, maupun nilai tukar, yang masing-masing punya instrumen intervensi.
“Tujuannya adalah agar market itu bereaksi secara relatif lebih rasional terhadap kemungkinan dampak Virus Korona itu secara global,” jelas Menkeu.
Kalau sekarang melihat dari sisi proyeksi perekonomian seperti di RRT (Republik Rakyat Tiongkok), sambung Menkeu, production dari industri manufakturnya turun sangat dalam sampai di level 35 dan itu pasti akan diantisipasi pengaruhnya kepada sektor produksi.
“Sekarang kita lihat di sektor produksi bahan-bahan baku, entah itu dari sisi plastik, tekstil, alas kaki, kemudian steel atau baja, chemical, itu semuanya pengaruh dari RRT sangat besar. Karena mereka hampir 20-30% bahkan untuk industri tertentu bisa 50% bahan bakunya berasal dari RRT,” jelasnya.
Kalau RRT mengalami delay atau pengunduran atau penundaan produksi karena masalah Korona, menurut Menkeu, pasti akan mempengaruhi kepada Indonesia.
“Jadi, kita juga akan lihat langkah-langkah apa yang bisa kita lakukan untuk bisa mendukung percepatan import bahan baku yang sekarang ini mungkim sudah dalam posisi agak menipis di berbagai industri manufaktur,” sambung Menkeu.
Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta semua jajaran menteri untuk mempermudah impor bahan baku, contohnya seperti importir yang bereputasi tinggi (reputable importir) sekitar 500 itu.
“40% dari import kita itu mestinya dibebaskan untuk melakukan pengadaan bahan baku agar mereka tidak terhalang perizinan surat dan yang lain-lain. Pokoknya mereka import sehingga production-nya tetap bisa berjalan secara baik,” imbuh Menkeu.
Para pengusaha, lanjut Menkeu, meminta restitusinya dipercepat dan Pemerintah akan terus melakukan untuk perbaikan dan percepatan restitusi itu sehingga poin mengenai bahan baku itu bisa segera dilakukan.
“Kita masih akan berkoordinasi terus. Menteri Industri nanti akan bertemu dengan kami, dengan Menteri Perdagangan kita lihat peta dari industri manufaktur yang terkena dampak paling besar,” imbuhnya.
Kalau ke APBN seperti yang pernah dsampaikan, Menkeu menyampaikan kalau nanti pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi, harga minyak, dan nilai tukar yang sekarang ini bergerak.
“Jadi, kita di dalam posisi ini fokus kita adalah APBN menempatkan diri sebagai instrumen untuk menjaga agar stabilitas sektor keuangan dan daya tahan sektor, sektor ekonomi dan sektor keuangan kita itu tetap bisa terjaga,” urai Menkeu.
Pemerintah, menurut Menkeu, tidak sendirian, maka dari itu terus-menerus berkoordinasi dan bersinergi dengan Bank Indonesia, OJK, dan dari sektor riil bersama Menko Perekonomian.
Soal Anggaran, Menkeu menyampaikan bahwa Menteri Kesehatan (Menkes) telah melakukan langkah-langkah untuk pertama mengidentifikasi, mendeteksi, kemudian melakukan containment atau mencegah penyebarannya.
“Itu semuanya akan kita dengar dari Pak Menteri Keseh@tan. Anggaran yang dibutuhkan, anggaran yang mereka miliki, anggaran tambahan, nanti kita akan lihat. Jadi sampai hari ini akan menunggu dari Menteri Kesehatan,” sambung Menkeu.
Di akhir wawancara, Menkeu menegaskan kembali bahwa Pemerintah masih akan lihat terus, nanti kuartal satu akan terlihat di seluruh dunia terutama di RRT dan pengaruhnya ke dunia, kemudian pengaruhnya ke Indonesia sendiri yang dalam beberapa bulan ke depan pasti langsung ada datanya.