Rahmad Pribadi, Direktur Utama Petrokimia Gresik saat memimpin kegiatan upacara peringatan HUT ke 48 Petrokimia Gresik secara virtual.

Dampak Pandemi Covid-19 Upacara HUT 6 Windu PG Digelar Virtual

Loading

GRESIK (Independensi.com) – Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggotaholding Pupuk Indonesia genap berusia 48 tahun. Perjalanan menapaki usia enam windu ini menjadi istimewa, karena mulai awal tahun hingga sekarang, dunia tengah menghadapi wabah Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan ekonomi, tapi juga menghantam sektor pangan dan pertanian sebagai penopang hajat hidup masyarakat.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi saat menjadi Inspektur Upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-48 Petrokimia Gresik secara virtual di Jakarta, Jumat (10/7).

Dalam sambutannya, Rahmad mengutarakan isu bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan peringatan kemungkinan terjadinya krisis pangan dan bencana kelaparan akibat wabah global. Sehingga, negara penghasil dan pengekspor produk pertanian akan cenderung membatasi kegiatan ekspor untuk menjaga stok pangan dalam negerinya. Hal ini, akan mengakibatkan supply shock yang pada akhirnya mendisrupsi rantai pasok pangan nasional.

Oleh karena itu, Indonesia harus memperkuat sektor produksi pertanian domestik sebagai penopang utama ketahanan pangan nasional. Tanpa itu, Indonesia tidak akan aman. “Sudah menjadi tugas bersama untuk memastikan krisis pangan tidak boleh terjadi di Tanah Air,” ujarnya.

Kendati menjalankan operasional bisnisnya di tengah wabah, lanjut Rahmad, Petrokimia Gresik membaca krisis ini ibarat pedang bermata dua yang selalu menghadirkan peluang dan tantangan. “Terganggunya rantai pasok global memberikan peluang bagi Petrokimia Gresik untuk meningkatkan ekspor,” tuturnya.

Selama bulan Maret hingga Juni 2020, terjadi lonjakan ekspor untuk produk urea, NPK, NPS, dan ZK. Bahkan di bulan Maret 2020, Petrokimia Gresik mencetak rekor dengan melakukan ekspor urea sebanyak 33.000 ton ke Meksiko. Sehingga volume ekspor pupuk pada semester I tahun 2020 (253 ribu ton), hampir menyentuh volume ekspor sepanjang tahun 2019 (392 ribu ton),” ungkapnya.

“Ini sekaligus menjawab tantangan yang disampaikan Menteri BUMN, Bapak Erick Thohir bahwa perusahaan negara harus bertransformasi menjadi perusahaan bertaraf internasional dan berdaya saing di pasar global,” lanjutnya.

Dia menambahkan, sedangkan tantangan selama wabah Covid-19 ini adalah menjaga pertanian sebagai benteng ketahanan pangan nasional. Sektor ini harus tangguh dalam membantu stabilitas ekonomi, serta mampu menyediakan makanan sehat bagi masyarakat dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Mencermati hal tersebut, masih menurut Rahmad Petrokimia Gresik merespons dengan meluncurkan inovasi terbaru, yakni Phonska OCA yang merupakan gabungan pupuk majemuk NPK dengan pupuk organik dalam bentuk cair, serta diperkaya mikroba.

“Phonska OCA merupakan produk organik yang diproduksi sepenuhnya dengan 100 persen bahan baku dalam negeri, sehingga di samping dapat meningkatkan produksi pertanian, juga mampu mengurangi ketergantungan pada sumber hara impor,” tegas dia.

“Bagi Petrokimia Gresik, peluncuran Phonska OCA merupakan bagian dari program transformasi untuk menandai masa depan baru bagi perusahaan dan pertanian Tanah Air,” terangnya.

Strategi menuju related diversified industry dalam menghadapi tantangan di tengah wabah, Petrokimia Gresik memiliki strategi untuk terus berkontribusi bagi ketahanan pangan nasional melalui penyediaan solusi bagi agroindustri menuju pertanian berkelanjutan,” paparnya.

“Transformasi yang telah dijalankan Petrokimia Gresik sejak tahun 2019 kini tidak sekadar menjadi burning platform, tapi sudah menjadi katalisator,” tutup Rahmad. (Mor)