JAKARTA (IndependensI.com) – Umat Islam baru saja merayakan Idul Adha. Hari Raya ini merupakan sarana bagi umat manusia untuk berbagi dan peduli antarsesama. Karena ibadah dan hidup bersama-sama di dalam agama Islam itu sendiri selain punya dampak individu tapi juga harus punya dampak sosial.
“Karena di Idul Adha pada 10 hari pertama kita disunnahkan untuk berbuat kebajikan, berbuat amal sholeh, tolong menolong antarsesama umat manusia dan di sunnahkan juga untuk berpuasa dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah,” kata Ketua Ikatan Dai (Ikadi) bidang Organisasi Dr H Baharuddin Husin, MA, di Jakarta, Jumat (31/7/2020).
Dikatakan Baharuddin, di dalam Idul Adha itu sendiri disunnahkan juga kepada Muslim untuk meningkatkan kepedulian yaitu dengan menyembelih hewan pada hari Idul Adha yakni pada tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah.
“Diharapkan dengan melalui Qurban ini bisa berbagi kepada tetangganya pada seluruh orang-orang yang khususnya sangat membutuhkan kepedulian itu. Di sinilah kepedulian dan juga membangun solidaritas yang diharapkan rasa persatuan persaudaraan antarsesama umat itu akan dapat meningkat, termasuk juga persaudaaan kebangsaan,” ujarnya.
“Karena di dalam kehidupan ini kalau tanpa adanya kerukunan, persaudaraan maupun solidaritas baik itu keagamaan dan solidaritas kebangsaan maka seluruhnya akan sengsara. Karena tanpa kebersamaan dan soldaritas, tanpa tolong menolong maka kehidupan ini juga akan sengsara dan menjadi saling mengeksploitasi,” katanya.
“Saya rasa hal seperti ini perlu disampaikan dalam semua acara-acara kita sehingga akan terwujud suatu bangsa yang kuat, bangsa yang saling tolong menolong, bukan bangsa yang saling merusak antar sesama umat,” ujarnya.
Kebangsaan
Namun demikian Husin mengatakan bahwa persoalan solidaritas keagamaan sering menjadi sangat sempit dan melupakan persaudaraan kebangsaan. Hal ini bisa saja memicu konflik seperti yang terjadi di luar negeri yang tentunya hal itu tidak diharapkan masuk ke Indonesia.
“Untungnya dengan keberadaan Organisasai Massa (ormas) yang didukung para pemuka agama di Indonesia dapat meredam kasus-kasus yang terjadi di komunitasnya masing-masing sehingga mencegah terjadinya konflik yang lebih luas,” ujarnya.
Apalagi kemudian menurutnya dengan adanya pengertian Hubbul wathon minal iman, “Cinta Tanah Air itu bagian dari iman”. Masyarakat tidak bisa berbuat tanpa ada negara, tanpa tanah air, karena Tanah Air ini merupakan bagian dari anugerah.
Lagi pula menurutnya Merdeka ini adalah atas perjuangan para ulama berersama para tokoh yang nasionalis dan agamis, sehingga muncul apa yang dikatakan itu lima dasar negara Pancasila.
“Pancasila ini juga hasil dari rembukan yang sangat luar biasa yang dinaungi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang mana empat sila berikutnya itu di bawah naungan itu semua. Artinya tolok ukur maupun motor penggeraknya adalah Ketuhanan itu sendiri yang luar biasa. Nah, dalam agama juga ada kaitan dengan Tanah Air yang harus dibangun bersama-sama dengan baik,” ujarnya.
Selain itu Baharuddin menuturkan dalam aturan agama ada lima hal yang disebut, yakni ‘hifdzun nafs’ atau memelihara jiwa. Kemudia ‘hifdzun nasl’ yakni menjaga keturunan. Lalu ‘hafdzul maal’ memelihara harta.
Berikutnya juga yang keempat yaitu ‘hafdzul aql’, atau memelihara akal. Dan terakhir adalah ‘hifdzud diin’, yang artinya memelihara agama.
“Istilahnya membina orang-orang yang kapasitas agamanya masih lemah, jug apara para Ustaz yang setengah-setengah. Tentunya hal ini harus dibina terus hingga mereka punya kapasitas yang betul-betul bisa menjelaskan agama itu secara utuh dan komprehensif,” ungkapnya.
Baharuddin menyampaikan bahwa karena masyarakat di Indonesia ini sangat multikultur, dimana masing-masing dari memiliki komunitas. Seperti Nahdatul Ulama (NU) dengan masyarakatnya, Muhammadiyah dengan masyarakatnya dan lain sebagainya. Sehingga kemudian Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) ini memunculkan ide gugus tugas 20 ormas lintas keagamaan yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) dan juga 14 ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI).
“Tentunya ini hal yang sangat luar biasa, yang mana jumlah masyarakat mereka itu sekitar 150 juta jika di total. Kalau hal ini bisa dikembangkan dengan baik kedepan, tentunya masalah terorisme, radikalisme dan sebagainya ini akan mudah teratasi,” ujarnya.
Oleh karena itu ia menuturkan bahwa hal ini harus dipupuk dan harus dikembangkan agar jangan sampai kita nanti mengambil inisiatif sendiri telalu cepat tapi hasilnya malah menimbulkan konflik seperti yang terjadi di luar.
Kebersamaan
Menurutnya, persoalan-persoalan masyarakat ini sebenarnya gampang diselesaikan ketika ada kebersamaan. Karena menurutnya masyarakat yang orientasi berpikirnya kurang pas itu akan mudah diluruskan dan diperbaiki ketika dilakukan pembinaan oleh orang yang disegani oleh yang bersangkutan.
“Sehingga tidak ada gap semacam itu, sehingga mudah. Misalnya si A ini dari Muhammadiyah, ya tentunya orang Muhammadiyah langsung yang disegani yang memberi nasehat ke dia. Demikian pula si B dari NU, ya harus orang NU yang disegani yang langsung memberi nasehat ke dia,” terangnya.
Sedangkan dia menegaskan negara hanya bertugas mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Karena menurutnya ketidakadilan, kemudian kemiskinan dan sebagainya adalah negara yang bertanggung jawab untuk mengatasi kemiskinan mereka.
“Maka BNPT ini sangat luar biasa ketika bermitra dan berkoordinasi dengan Kementerian yang bersangkutan. Saya rasa luar biasa inisiatif dari BNPT ini untuk bagaimana ke depan kita ini semakin erat kerjasama saling bersama-sama untuk mengatasi persoalan bangsa negara ini kedepan. Mudah-mudahan upaya ini bagian dari ibadah, dan insya allah kebaikan di sisi allah subhanahu wa ta’ala,” ungkapnya.
Terlebih ia mengungkapkan bahwa hal ini sejalan konsep dakwah Ikadi yang rahmatan lil alamin artinya memberi dakwah penuh dengan kasih sayang antar sesama. Menyadarkan manusia bahwa kita adalah makhluk terhormat yang harus memberi kebaikan-kebaikan pada yang lain. Makhluk yang sesuai dalam ajaran Islam itu sendiri yang mana Islam itu prinsipnya adalah memberi Rahmat.
“Maka dari itu kalau kita merusak orang lain itu tentunya adalah sesuatu yang tidak wajar. Termasuk juga memperbaiki lingkungan dan sebagainya, bahkan kalaupun ada duri jalan dituntukan oleh agama itu jangan ada duri di jalan yang mengganggu orang zampai seperti itu, apalagi kalau sampai merusak orang lain tentunya sangat tidak disenangi oleh Islam,” katanya mengakhiri.