BOGOR (Independensi.com) – Perkembangan situasi politik di Timur Tengah beberapa waktu terakhir sangat menarik untuk perlu terus dicermati. Pandangan berbagai pihak di Indonesia tentang perdamaian di Timur Tengah selama ini tidak banyak kemajuan, karena cenderung menyalahkan Israel.
Namun pandangan yang maju dan berani datang dari salah seorang perempuan cendikia Indonesia yang juga pengamat bidang militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie. Dalam sebuah bincang-bincang di kediaman beliau tanggal 30 September 2020 lalu, Connie mengatakan Indonesia harus berani membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Ketika negara-negara Arab sudah menormalisasi hubungan dengan Israel, jangan dianggap sebagai sebuah pengkhiatanan terhadap kemerdekaan bangsa Palestina. Masalah di Timur Tengah itu pelik.
Mindset kita tentang Israel itu juga harus diubah. Israel itu tidak seperti yang kita bayangkan, seolah-olah sebagai bangsa yang kejam, penjajah dan yang lainnya. Indonesia sebagai negara mayoritas Islam dan besar, Indonesia seharusnya membuka hubungan diplomatik dengan Israel agar bisa memahami seluk beluknya. Kenapa Isreal seperti itu?
Kalau kita tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel bagaimana mungkin kita mendamaikan Israel-Palestina? Selain perdamaian Timur Tengah, Indonesia juga akan mendapatkan manfaat besar jika memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, terutama dalam bidang teknologi.
Selama ini Indonesia mendapatkan hasil tehnologi Israel yang sangat maju lewat pihak negara ketiga yang menyebabkan harga yang terlalu tinggi tanpa alih tehnologi. Padahal sebagian besar negara di Timur tengah, termasuk Arab Saudi telah membuka hubungan diplomatik dengan Israel agar bisa menggunakan tehnologi Israel dengan lebih murah. Dibawah ini petikan wawancara dengan Connie Rahakundini :
Bagaimana menurut Anda perkembangan perdamaian yang ada di Israel-Palestina saat ini?
Saat ini problematika Israel-Palestina lebih dirusak oleh faktor spoiler. Secara eksternal oleh Amerika Serikat dengan kebijakan mendukung pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Sementara itu internal Palestina sendiri fraksi-fraksi saling bertarung. Ini menjadi semakin kompleks dan pendakatan kemarin sudah tidak relevan lagi.
Bagaimana peran Indonesia, apakah efektif mendorong perdamaian?
Selama ini Indonesia hanya mendukung melalui jalur tekanan diplomatik PBB. Namun disaat yang sama Israel juga berhasil menggalang pengakuan internasional, sehingga tekanan diplomatik di PBB tidak efektif.
Kenapa Indonesia tidak bisa membuka hubungan diplomatik dengan Israel?
Politik mengisolasi Israel dengan anggapan akan melemahkan dan tunduk, selama ini terbukti salah. Ditambah kegagalan solidaritas yang bersifat partial dengan mengambil diplomasi identitas yaitu sesama negara Islam. Padahal Indonesia bukan negara agama,–demikian pula Persoalan Israel-Palestina,– yang terdiri dari multi agama. Sebenarnya ini adalah masalah nasionalisme kedua bangsa. Disisi lain, elit politik Indonesia merasa dukungan dari umat Islam akan berkurang jika pemerintah menjalin atau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Mengapa Indonesia harus berani membuka hubungan diplomatik dengan Israel?
Berapa tahun kita mendekati perdamaian kedua negara dengan cara kita? Tidak efektifkan? Ada pepatah menyelesaikan masalah masa depan tidak bisa dengan cara masa kemarin atau masa kini. Ketika itu terjadi maka berfikir dan berbuatlah seperti seperti Jared Kushner, Penasehat Senior Gedung Putih yang berhasil membuat terobosan Abraham Accord Januari 2020 lalu. Seperti negara berdaulat satu kepada negara berdaulat lainnya. Hubungan diplomatik penuh.
Adanya hubungan Indonesia-Israel akan dorong percepatan perdamaian Israel-Palestina, kenapa?
Lewat hubungan diplomatik dengan Israel maka Indonesia akan berperan lebih baik lagi. Karena Indonesia akan bisa memahami lebih dalam kedua belah pihak antara Palestina dan Israel. Kemudian Indonesia menjadi penengah kedua sahabat yang sedang bertikai tersebut.
Perdamaian macam apa yang bisa dicapai antara Israel dan Palestina?
Untuk itu acuannya harus kembali pada kesepakatan menurut garis 1947 atau new deal. Posisi Yerusalem harus ditunda dan sebaiknya dikelola menjadi wilayah internasional karena sangat sensitif.
Kerjasama apa saja yang bisa didapat dari Israel?
Hubungan diplomasi Indonesia dengan Israel pasti akan memajukan kerjasama dibidang pertanian, pertahanan, pendidikan, telematika, jaringan keuangan global dan banyak lagi. Israel memilik banyak keunggulan tehnologi terutama dalam pertahanan udara dan darat. Program pelatihan tempur hingga kerjasama alutsista. Seperti pesawat tempur terbaru China, J-10 yang dibeli dari teknologi Lavi Israel. Atau tehnologi rekayasa buah-buahan di Thailand. Atau pemanfaatan jaringan keuangan oleh Amerika. Semuanya dari Israel.
Bagaimana kehidupan beragama di Israel?
Bhinneka Tunggal Ika tidak melarang Judaisme. Di Jerusalem antar umat beragama sangat baik. Negara memastikan memastikan perlindungan pada semua agama dan keyakinan. Islam, Kristen, Katholik, Yahudi, Bahai dan banyak lagi keyakinan minoritas yang sama-sama dilindungi negara. Seharusnya ini menjadi inspirasi kita sebagai negara Pancasila yang mengagung-agungkan Bhinneka Tunggal Ika. (*)