ilustrasi

Olahraga Pagi Kurangi Risiko Kanker Payudara dan Prostat

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Sejak pandemi covid-19 melanda seluruh negara di dunia menyadarkan banyak orang arti penting berolahraga dan meningkatkan stamina maupun kekebalan tubuh. Melalui olahraga rutin diyakini mampu memberi banyak manfaat bagi kesehatan.

Sebuah studi baru yang dilansir dari Medical News Today menunjukan bahwa orang yang berolahraga secara rutin pada pukul 8 hingga 10 pagi, lebih kecil kemungkinannya untuk mengidap kanker dibandingkan dengan mereka yang berolahraga pada siang hari. Jadi, faktor waktu juga harus menjadi perhatian

Penelitian yang muncul pada Jurnal Kanker Internasional ini dapat membantu menginformasikan penelitian yang akan datang, tentang waktu olahraga sebagai cara yang berpotensi untuk mengurangi risiko kanker.

Sebuah penelitian juga telah menunjukkan bahwa melakukan olahraga rekreasi dapat mengurangi risiko seseorang terkena berbagai jenis kanker. Informasi tentang penelitian ini menjadi sangat penting dikarenakan tingginya jumlah orang yang mengidap kanker dan jumlah yang meninggal karena penyakit tersebut.

Contohnya, para ilmuwan di Amerika Serikat memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2020, akan ada 1.806.590 orang yang didiagnosis mengidap kanker, sedangkan 606.520 orang akan meninggal dikarenakan penyakit kanker tersebut.

Mengingat semakin banyaknya orang yang mengidap kanker, perubahan kecil seperti perubahan waktu berolahraga dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengurangi dampak dari penyakit tersebut di seluruh dunia.

Sekitar 46,7% orang dewasa di Amerika Serikat tidak memenuhi pedoman aktivitas fisik aerobik minimum di tahun 2018. Meningkatkan aktivitas fisik dan mengoptimalkannya adalah cara yang mungkin dapat mengurangi prevalensi kanker di masyarakat.

Adanya bukti ritme sirkadian seseorang yang kemungkinan memiliki kaitan dengan peluang mereka terkena kanker. Ritme sirkadian itu sendiri mengacu pada proses biologis yang mempengaruhi siklus tidur – bangun seseorang.

Badan Penelitian Kanker Internasional telah mengklasifikasikan tingkat bukti yang mengaitkan shift kerja malam seseorang dengan ritme sirkadian orang tersebut sebagai “mungkin” karsinogenik baginya.

Secara khusus, para peneliti telah mengaitkan shift kerja malam dengan peningkatan risiko kanker payudara sedangkan bukti kanker prostat masih belum jelas.

Ilmuwan juga telah menunjukan bahwa olahraga ada kaitannya dengan ritme sirkadian seseorang. Menurut penelitian pada tahun 2019, berolahraga di siang hari dapat membantu meningkatkan ritme sirkadian seseorang dan mengurangi efek buruk dari pola tidur yang terganggu.

Mengingat bahwa ritme sirkadian yang terganggu dapat meningkatkan risiko terkena kanker dan olahraga berpotensi meningkatkan ritme sikardian yang teratur, penulis penelitian baru tersebut berhipotesis bahwa waktu aktivitas fisik dapat memperkecil risiko kanker.

Untuk menguji hipotesis ini, para peneliti menganalisis data dari 2.795 partisipan. Para peserta adalah bagian dari studi kontrol multi kasus Spanyol yang bertujuan untuk memahami faktor – faktor penyebab kanker umum di Spanyol juga cara pencegahannya.

Dari tahun 2008 – 2013, para peneliti mewancarai perserta untuk mengetahui aktivitas fisik apa yang biasa mereka lakukan. Rata – rata 3 tahun kemudian, peneliti menilai kapan waktu mereka berolahraga.

Para peneliti secara khusus mengamati 781 wanita yang mengidap kanker payudara dan 504 pria mengidap kanker prostat untuk menilai kuisioner tentang aktivitas fisik mereka.

Kabar Baik Bagi Penderita Diabetes

Penelitian ini mengemukakan bahwa berolahraga antara pukul 8 sampai 10 pagi memiliki potensi efek paling baik dalam mengurangi kanker payudara dan prostat.

Sekitar 7% pengidap kanker payudara dan 9% partisipan dalam studi kontrol melakukan sebagian besar olahraga mereka di pagi hari dan 12,7% pengidap kanker prostat dan 14% studi kontrol melakukan senam pagi.

Para peneliti mengembangkan model yang menunjukan bahwa berolahraga di pagi hari berpotensi 25% lebih rendah terkena kanker payudara dan 27% lebih rendah terkena kanker prostat dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga.

Namun, kepastian model perkiraan kanker payudara ini berkisar dari 52% penurunan hingga peningkatan risiko sebesar 15%, sedangkan kisaran model perkiraan kanker prostat berkisar dari 56% penurunan hingga 20% peningkatan.

Seperti yang dicatat oleh para peneliti, penelitian ini memiliki keterbatasan dan mereka tidak dapat mendeteksi efek kecil yang ditimbulkan dari waktu berolahraga dengan pasti.

Perlu digarisbawahi, meski kecil ukuran pengaruhnya bukan berarti tidak penting. Kanker adalah penyakit yang berkembang biak dan efek kecil yang diberikan bisa menjadi penting.

Masalah penelitian lainnya adalah tidak dicatatnya semua informasi para partisipan dan tidak mempertimbangkan variable perancu seperti pola makan dan tidur. Meskipun demikian, penelitian ini akan mengeksplorasi hubungan antara olahraga dan risiko kanker lebih lanjut.

Seperti dikutip dari perkataan direktur penelitian ini, Dr. Manolis Kogevinas “Hasil dari penelitian ini jika dikonfirmasi dapat meningkatkan rekomendasi aktivitas fisik untuk pencegahan kanker. Yang jelas adalah setiap orang dapat mengurangi risiko kanker dengan aktif secara fisik minimal 150 menit setiap minggunya”. (Immanuel Nauly)