Terdongkrak Pandemi, Laba Bersih IRRA ‘Terbang’ Hingga 1.271 Persen!

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Tak seperti industri kebanyakan yang tertekan akibat adanya pandemi COVID19 saat ini, bisnis kesehatan berikut dengan sektor industri turunannya bisa dibilang justru tengah dalam momen yang tepat untuk meraup cuan. Seperti halnya yang dirasakan oleh PT Itama Ranoraya Tbk, perusahaan penyedia peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions). Di sepanjang semester I/2021 lalu, perusahaan dengan kode saham IRRA itu sukses membukukan pendapatan sebesar Rp565,2 miliar. Bila dibandingkan raihan pendapatan pada periode sama tahun sebelumnya, capaian tersebut terhitung tumbuh hingga 611,6 persen!

Tak hanya cukup itu saja, secara perolehan laba bersih IRRA juga menorehkan catatan yang tak kalah gokil. Di sepanjang enam bulan pertama tahun ini, nilai laba bersih yang berhasil diraup IRRA mencapai Rp50,8 miliar. Jika menilik catatan laba bersih pada semester I/2020 yang masih ‘hanya’ sebesar Rp3,7 miliar, maka pertumbuhan laba bersih perusahaan mencapai 1,271 persen! Porsi pertumbuhan terutama didapat dari penjualan ke segmen ritel (non APBN/APBD) atau non-pemerintah. Pertumbuhan penjualan terjadi baik untuk Alat Kesehatan Non Elektromedik yang melonjak 294,8 persen secara tahunan (year on year) maupun untuk Produk Diagnostik In Vitro yang bahkan melesat tumbuh hingga 613,9 persen.

Lesatan penjualan produk In Vitro terutama terjadi untuk jenis produk Antigen Test Covid-19 (Panbio) yang di sepanjang Januari hingga Juni 2021 terjual sampai 5,5 juta unit. Selain itu, pertumbuhan penjualan di segmen Produk In Vitro juga dikontribusikan oleh Reagent, Mesin Apheresis (Plasma Konvalesen) dan alat Rapid Non Covid. Sementara di segmen penjualan alat kesehatan Non Elektromedis, sejak triwulan II/2021 IRRA juga telah mulai membukukan penjualan dari produk barunya, yaitu Avimac, imunomodulator untuk peningkat imun tubuh. “Mulai tahun ini kami sengaja menambah SDM untuk masuk ke segmen non pemerintah/ritel, seperti Rumah Sakit- Rumah Sakit swasta, Klinik, Laboratorium, Apotik-Apotik dan juga melayani pembelian dari masyarakat,” ujar Direktur Pemasaran IRRA, Hendry Herman, Rabu (4/8).

Menurut Hendry, pelanggan perusahaan sejauh ini masih didominasi dari instansi pemerintah, atau bersumber dari anggaran pemerintah. Karenanya, Hendry menyebut bahwa penjualan di segmen non pemerintah/ritel di sepanjang Semester I/2021 masih cukup kecil. “Baru di semester II ini akan mulai masuk pembelian besar. Sejak di triwulan IV 2020 kami memang mulai fokus masuk ke non-pemerintah/swasta, atau kami kategorikan ritel, dan hasilnya sudah terlihat cukup baik di semester I ini,” tutur Hendry.

Pada laporan Neraca perusahaan, terjadi peningkatan aset perusahaan di semester I/2021 menjadi Rp975,1 miliar, dibandingkan posisi per akhir tahun 2020 yang sebesar Rp535,3 miliar. Kenaikan tersebut terutama didapatkan dari kenaikan pos persediaan yang tumbuh dari Rp20,1 miliar pada akhir tahun 2020 menjadi Rp443,9 miliar di semester I-2021. Kenaikan persediaan tersebut sengaja dilakukan IRRA demi mengantisipasi lonjakan permintaan di semester II/2021 yang secara pengalaman di tahun-tahun sebelumnya selalu lebih besar.

 

(TSP)