Pakar: Kebijakan Lingkungan dan Sains perlu Diselaraskan

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Pakar lingkungan dan juga dosen pada program studi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Mahawan Karuniasa mengatakan saat ini semua menghadapi tantangan besar untuk mengatasi krisis iklim dan isu-isu keberlanjutan global.

“Kita semua sadar ilmu pengetahuan selalu berkembang dan berubah. Namun isu lingkungan global saat ini dan yang sedang berkembang menuntut kita untuk melakukan intervensi yang signifikan,” kata Mahawan dalam sebuah webinar, Rabu (15/9).

Karena itu, tuturnya, sangat mendesak pentingnya perubahan revolusioner di lembaga pendidikan atau penelitian dalam menghasilkan ilmu pengetahuan. Pernyataan itu disampaikan Mahawan dalam Webinar Lingkungan Internasional “Bridging Policy and Science for People, Planet, and Prosperity”.

Kegiatan webinar yang dibuka Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar merupakan hasil kerjasama Environment Institute, Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, dan Jaringan Pakar Iklim Asia.

Webinar tersebut juga didukung Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Friedrich Naumann Stiftung (FNF) dan Climate Institute. Selain dihadiri Tim Presidensi COP26 serta beberapa lembaga internasional dan perwakilan negara antara lain dari Filipina, Thailand, Maroko, dan Indonesia.

Mahawan menyebutkan juga Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyampaikan temuan terbaru ada kemungkinan perubahan suhu global rata-rata tahunan mencapai 1,5 derajad Celsius dalam setidaknya pada lima tahun ke depan.

Laporan dan pesan dari IPCC dan organisai tingkat tinggi lainnya bukanlah sebatas mengingatkan namun sebagai lampu merah bagi semua pihak untuk melakukan perubahan dalam semua aspek kehidupan sehari-hari.

Diskusi tersebut menggarisbawahi perlunya memperkuat koherensi dan keselarasan antara kebijakan dan ilmu pengetahuan dan untuk mengembangkan hubungan dua arah antara kebijakan dan ilmu pengetahuan.

Literasi sains bagi pembuat kebijakan perlu ditingkatkan, juga di sisi lain memperkuat literasi dunia nyata bagi akademisi dan ilmuwan.

“Kita perlu mengubah cara menghasilkan ilmu pengetahuan dan mengubah cara kita mengembangkan kebijakan agar sejalan dengan tantangan saat ini dan yang muncul untuk mencapai masa depan yang adil dan berkelanjutan,” kata Mahawan yang juga Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIKI).(muj)