Hidup ini bergerak
tidak diam
menunggu godot
atau meratapi nasib
sambil memuntahkan
diksi keluh kesah
seperti baheula
di zaman batu
atau zaman jahiliyah
Hidup ini mengalir
dan berubah
seperti fatwa heraklitos
jika tak ada gerak
bisa terjadi pembusukan
seperti sampah-sampah
di kali ciliwung
jika nirgerak
bisa juga tercekik kematian
seperti jantung yang diam
itu tanda kematian
bukan pseudo kematian
tapi kematian absolut
Pada mulanya kita
adalah kanak-kanak yang lugu
yang hidup sepenuhnya dituntun ayah ibu
sejak mentari pagi bersinar
hingga malam melarut
orangtua tidak hanya menimang-nimang bayinya
sambil berkata klise :” ini anak siapa, cantik sekali”
tetapi juga memberi susu
makanan bergizi
mendidik dan mengajar kita
mengayomi kita
mendongeng edukatif sebelum tidur
Hidup ini bergerak amat dinamik
kita merampungkan studi
kita menikah
orangtua menuntun kita hingga jenjang pernikahan
kita meniti karir
lalu masa tua
menjemput kita
pelan-pelan
dan kita seperti diamuk amnesia
tatkala tenaga makin kurang
nafsu nyaris habis
termasuk nafsu makan
di Alkitab orang- orang di zaman itu
ada yang berusia ratusan
tahun
wow jika usia kita seperti itu kita bisa alami berpuluh-puluh presiden
Kita yang kini berada pada posisi masa tua
di atas enampuluh tahun
nikmatilah hidup ini sepenuhnya
makin sering berdoa
membaca kitab suci
memuji nama Tuhan
makin memperkuat kehidupan keluarga
hidup dalam posisi stand by untuk menjawab panggilan Tuhan
hidup dalam ketaatan dan penaklukan diri
kepada Tuhan
jauhi komplain, keluh kesah dan hal-hal mubazir-negatif
apresiasi pasangan, anggota keluarga, rekan-rekan
ungkapkan senantiasa diksi elegan
makin banyak memberi dan menopang kehidupan sesama
nikmati masa tua dengan sukacita, pengharapan, semangat dan hikmat!
Jakarta, 26 Oktober 2021/pk. 4.20
Weinata Sairin