Ayep Zaki Apresiasi Formula 'Ajaib' Panen Padi Berkali-kali

Ayep Zaki Apresiasi Formula ‘Ajaib’ Panen Padi Berkali-kali

Loading

JAKARTA (independensi.com)- Dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman pertanian termasuk padi di dalamnya, diperlukan solusi terhadap pemenuhan akan kebutuhan nutrisi tanaman jangka panjang yang takarannya harus pas. Tidak kurang dan tidak berlebihan.

 

Hal tersebut disampaikan penggiat pertanian Indonesia, H.Ayep Zaki saat menanggapi upaya pemerintah yang terus mendukung inovasi anak bangsa dalam mewujudkan lumbung bangan nasional.

 

Sebelumnya, Pemerintah melalui Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mendukung hadirnya formula ‘Ajaib’ pembenahan tanah R5 oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS). Formula tersebut mampu membuat tanaman padi bisa dipanen hingga 4-5 kali, hanya dalam satu tanam tanpa perlu penanaman benih kembali.

 

“Kalau memang ini menjadi temuan yang terbaik, ini harus terpublikasi supaya memang hasilnya bisa terlihat. Temuan itu sangat baik, apalagi sampai bisa panen berturut-turut, sampai lima kali. Jangankan lima kali, dua kali panen saja sudah luar biasa,” kata Ayep dalam keterangannya, Senin (11/4).

 

Menurut Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu, terdapat proses panjang sampai padi dipanen. Mulai dari pemberian nutrisi yang diserap akar, pemupukan, hingga akhirnya tanaman padi dapat menghasilkan isi yang di dalamnya menjadi cikal bakal beras untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, proses pengembangan formula R5 itu harus betul-betul ilmiah, sehingga dapat dipertanggungjawabkan penemuannya secara ilmiah.

 

Ayep juga menuturkan, saat ini di kalangan petani diyakini bahwa makanan atau nutrisi untuk tanaman padi berkisar pada unsur N, P dan K. Namun Ayep meyakini bahwa ke depan akan ditemukan adanya unsur-unsur lain yang sebenarnya sangat dibutuhkan bagi tanaman padi untuk mendongkrak hasil panennya agar semakin tinggi.

 

“Kita lihat nanti hasilnya bagaimana, kalau di level ujicoba, banyak sekali yang berhasil. Tetapi pada produksi masif, harus bisa dibangun varietas padi yang bisa diterima petani traditional. Karena memang sampai hari ini produktivitas padi per hektare paling rata-rata 5 ton. Rata-rata nasional itu di bawah 6 ton,” terang Ayep Zaki.

 

Ditegaskan Ayep, analisa ilmiah dari formula R5 yang dikembangkan ITS, menarik perhatiannya. Sebab, sebagai seorang praktisi yang setiap hari bergulat dengan pertanian, sampai saat ini dirinya belum menemukan adanya hasil panen padi yang mencapai 8-10 ton per ha di Indonesia. Maka diapun berharap, formula R5 ke depan dapat dilakukan oleh petani tradisional secara masif, bukan pada level ujicoba atau pada level daerah-daerah tertentu.

 

“Sebagai praktisi yang sehari-hari bergelut di pertanian, saya bersentuhan langsung dengan petani. Jadi produktivitas ini sangat rendah. Baik itu produksi tanaman padi, jagung, maupun kedelai dan sebagainya itu, produktifitasnya tidak tinggi,” ujarnya.

 

Ayep pun mendukung Pemerintah yang terus menaruh perhatian dalam meningkatkan produktivas pertanian maupun perkebunan di Indonesia. Mulai padi, jagung dan kedelai yang dinilainya sangat mampu meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia utamanya para petani.

 

Wakil Bendahara Umum Himpunan Pengusaha Nahdliyin itu mengaku sangat senang ketika melihat para eksekutif, legislatif hingga elit politik mampu memperhatikan ketahanan pangan nasional. Dia meyakini bangsa ini akan punya solusi terbaik jika semua bersatu memberikan perhatian pada sektor pertanian.

 

“Tatkala pemimpin bangsa ini sudah bicara pertanian dan pangan, maka menjadi awal satu keberhasilan bangsa ini. Dan saya sangat mengapresiasi pak Luhut bicara tentang budidaya padi. Saya harapkan pemerintah konsisten, dan terus berjuang untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan sebagainya,” tukas dia.

 

Apalagi lanjut Ayep, komoditas padi, jagung, dan kedelai (Pajale) merupakan konsumsi yang paling besar di Indonesia. Maka dengan hadirnya teknologi formula R5 karya ITS tersebut menurut Ayep menjadi satu solusi meningkatkan produktivitas.

 

“Kita akan punya produktifitas yang sangat besar pada sektor pertanian. Apalagi juga jagung bisa tujuh ton, kedelai bisa 1,5 ton rata-rata sudah luar biasa,” sambung dia.

 

Ayep pun menegaskan komitmennya untuk terus terjun di lapangan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas sektor pertanian. Jenis pertanian apa saja bersama para petani.

 

Menurutnya, apabila Indonesia mampu memproduksi pertanian yang berkualitas, higienis dan punya kandungan nutrisi berkualitas tinggi maka Indonesia bakal menjadi sumber penghasil makanan dunia yang bisa diekspor ke berbagai negara karena produknya digemari dan menyehatkan.

 

“Artinya apabila Indonesia mampu memproduksi hasil pertanian yang berkualitas, maka negara-negara di dunia akan membeli hasil produksi pertanian dari Indonesia. Tapi yang berkualistas dan punya full nutrisi, gizinya cukup berkualitas, semuanya berkualitas,” sebut dia.

 

Lebih jauh Ayep mendorong, baik pemerintah maupun para pelaku yang terlibat dalam industri pertanian untuk memproduksi sumber makanan yang berkualitas dengan diawali dari nutrisi dan formula tanaman yang berkualitas.

 

“Indonesia disebut maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia manakala industri pertaniannya tumbuh hebat dan maju. Itu adalah kunci Indonesia sejajar dengan negara-negara maju,” tutup Ayep.