Cilegon Ironis, Gereja Dilarang Tapi Tempat Hiburan Malam Marak

Loading

JAKARTA (Independensi)- Setara Institute menilai penolakan pembangunan gereja di Cilegon, Banten sebagai ironi, di tengah maraknya keberadaan tempat hiburan malam di kota tersebut.

Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menyatakan hal itu, menanggapi viralnya penolakan pembangunan gereja di Cilegon. Dalam video yang viral itu, sejumlah Ormas Islam dan didukung Pemkot Cilegon menandatangani petisi penolakan pembangunan gereja di Cilegon.

Bonar mengungkapkan, alasan penolakan pembangunan gereja masih sama dari zaman ke zaman.

Yakni perjanjian terdahulu antara Bupati Serang dan tokoh agama setempat yang berjanji tidak akan dibangun rumah ibadah selain untuk umat muslim di kawasan Cilegon sejak pembangunan BUMN Krakatau Steel.

Padahal, Bonar mengungkapkan, sejak Cilegon menjadi Kota industri, kota itu menjadi salah satu tujuan rantau. Tidak terkecuali bagi umat Batak Kristen yang merantau ke Kota Cilegon.

Bahkan kini, jumlahnya sudah mencapai 7.500 umat Kristen dan 500 umat Hindu di Kota Cilegon.

Meski begitu, tidak ada satupun rumah ibadah baik gereja atau pura bisa dibangun di Kota tersebut.

Lebih ironi lagi, ungkap Bonar, di tengah penolakan pembangunan rumah ibadah non muslim di Kota Cilegon, justru pembangunan tempat hiburan malam di kota tersebut cukup marak.

Terlebih saat kota itu mulai banyak pembangunan pabrik asing seperti pabrik dari Korea Selatan.

“Dulu terkenal ada joke mendirikan tempat hiburan lebih mudah ketimbang mendirikan tempat rumah ibadah,” ucap Bonar.

Hal itu jelas ironis, karena terjadi ditengah Indonesia yang berlandaskan negara Pancasila.

“Dan jangan lupa,  negeri ini juga mengaku berketuhanan,” ujarnya. (Hiski)