JAKARTA (Independensi)- Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Se- Indonesia menggelar aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat pada Kamis (8/9/2022).
Aksi ini juga diikuti oleh para kader GMNI Cabang Bogor. Dipimpin langsung Ketua GMNI Cabang Bogor, Aditya Pratama, kader-kader GMNI Bogor turut menyuarakan aspirasi penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi.
Dalam orasinya, Aditya menyatakan dengan menaikkan harga BBM bersubsidi, pemerintah sudah abai terhadap kondisi rakyat yang didera kesulitan.
Apalagi, rakyat juga baru dihantam oleh pandemi Covid 19 yang berlangsung 2 tahun.
“Kenaikan harga BBM bersubsidi ini pasti semakin memperburuk kondisi ekonomi rakyat. Contoh nyata, saat ini rakyat kecil di Bogor telah mengeluh akibat kenaikan ongkos angkutan kota pasca kenaikan harga BBM, termasuk juga kenaikan harga bahan-bahan pokok,” tegas Aditya.
GMNI Bogor pun mempertanyakan data pemerintah terkait subsidi energi yang diklaim mencapai 502,4 triliun rupiah. Padahal, realisasi untuk subsidi BBM selama Semester 1 2022 hanya sebesar 66,2 triliun rupiah.
Artinya, pembengkakan subsidi sebagaimana argumentasi pemerintah dalam menaikkan harga BBM tak terbukti.
GMNI Bogor juga menuntut pencabutan Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Sebab, UU itu merupakan biang kerok liberalisasi migas, yang salah satu point nya adalah pencabutan subsidi.
“Liberalisasi Migas sudah terbukti gagal sejahterakan rakyat. Kami mendesak agar UU No. 8 tahun 1971 tentang Perusahaan
Pertambangan Minyak dan Gas diberlakukan lagi untuk gantikan UU Migas 2001 yang liberal,” papar Adit.
“Kami kader GMNI bersumpah, atas nama rakyat Indonesia, tidak akan pernah mundur selangkah pun walau nyawa kami taruhannya,” tegasnya. (Hiski)