Karya: Masita Riany, 2006)
Mendung mulai bergelayut
Di langit yang kelam
Berselimut awan hitam
Gelegar gemuruh halilintar menyambar
Rintik hujan jatuh satu – satu
Kemudian turun semakin deras
Ku kendarai mobil seorang diri
Menyusuri jalanan ibukota
Roda – roda kendaraan bergerak,
Perlahan, kadang tertahan
Terjebak …
Di kemacetan sepanjang perjalanan
Air mulai menggenangi,
Sepanjang ruas jalan yang kulalui.
Banjir,
Kuterpekur menatap ke depan
Rasa putus asa menyeruak diri
Antrian kendaraan tak juga bergerak
Kutepikan kendaraan,
Abadikan tiap momen yang tertangkap
Dalam foto – foto hitam putih.
Tak berwarna …
Bagai sejarah,
Realita ibu kota tercinta
Tak ku pedulikan lagi hujan,
Yang jatuh mengguyur
Membasahi sekujur tubuh
Ku-tengadah-kan wajahku ke atas
Memandang langit yang begitu hitam
Hingga deras air menerpa wajah
Pejalan kaki berjalan perlahan
Sibuk menyingsingkan celana mereka
Kuhela napas panjang
Ah, hatiku trenyuh
Jakarta …
Mengapa begini ?!
Kuusap wajah dan rambutku
Yang basah tak kuhiraukan
Menggigil gemeletuk gigi ini
Namun kutepis rasa itu
Usai kulihat semua suasana jalan
Kulajukan kendaraaan kembali
Melanjutkan perjalanan,
Walau tersendat dalam kemacetan
Menuju jalan pulang
Untuk kemudian rehat
Menikmati ketenangan
Jauh dari hiruk pikuk.