Istimewa

Joe Biden Lebih Peduli Jakarta daripada Kita?

Loading

Oleh Bachrul Hakim

Ditengah-tengah kegalauan yang masih terus menghantui dunia, akibat pandemi Covid 19, tiba-tiba saja Joe Biden, Presiden AS, mengagetkan kita dengan pernyataannya bahwa Jakarta akan tenggelam pada  2050 nanti.

Keruan saja, pernyataan ini mengundang banyak pertanyaan dari berbagai pihak di dalam negeri. Apa motivasi kepedulian Joe Biden kepada Jakarta? Apa kepentingan politik Amerika Serikat dalam hal ini?

Apa korelasi isu ini dengan isu-isu lainnya, yang lebih menyita perhatian dunia seperti pandemi Covid 19, sengketa Laut Tiongkok Selatan, ketegangan Palestina-Israel, dan lain-lain?

Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kecuali kalau kita bisa menanyakannya langsung kepada si pembuat pernyataan.

Bachrul Hakim

Untuk itu mari kita coba menganalisis apa kira-kira motivasi Joe Biden membuat pernyataan tersebut, bagaimana pernyataan itu disampaikan dan apa makna dari pesan yang terkandung dalam pernyataan tersebut.

Kalau ditinjau secara umum, permasalahan yang ingin diangkat oleh Presiden Amerika tersebut adalah masalah eco system, yang dinilai memerlukan perhatian yang lebih serius dari semua pihak.

Selama ini usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup di level dunia dianggap kurang efektif. Tingkat partisipasi dan porsi rasa tanggung-jawab tiap-tiap negara tidak sama satu sama lain, padahal resiko dari kerusakan lingkungan yang bisa terjadi itu merupakan ancaman terhadap kita semua, secara keseluruhan.

Dalam konteks inilah, Joe Biden selaku Pemimpin negara adi-kuasa nomor satu di dunia, mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan peringatan ini kepada dunia. Pesan ini dipublikasikan, pasca pertemuan antara Presiden AS dengan para pejabat inti badan intelijen AS, yang biasanya berlangsung tertutup dan rahasia. Ini menandakan betapa pentingnya pesan tersebut.

Inti dari pesan tersebut berbunyi Jakarta akan tenggelam pada 2050 nanti. Pesan Joe Biden ini adalah sebuah pesan penting, yang ditujukan kepada dunia tapi disampaikan melalui, atau “numpang alamat” Indonesia. Ada dua alasan pokoknya.

Yang pertama, secara eco system Indonesia berada di posisi yang sangat penting. Indonesia adalah negara kepulauan/arkipelago terbesar di dunia, berpenduduk terpadat no 5 (lima) di dunia, dan memiliki hutan belantara yang berfungsi sebagai paru-paru dunia yang terbesar ke 2 (dua) di dunia sesudah Brasil.

Alasan ke dua adalah penyebutan kata Jakarta, ibukota Indonesia yang merepresentasikan Pemerintah Indonesia. Kita sama mengetahui bahwa yang terancam akan tenggelam secara fisik itu bukan hanya Jakarta, bukan hanya pantai utara Jawa saja, tapi lebih luas dari itu.

Pesan peringatan ini memang sengaja ditujukan kepada Indonesia karena di mata Amerika, Indonesia perlu menyadarinya. Dari apa yang tersurat dalam pernyataannya, Joe Biden menganggap Indonesia kurang proaktif, tapi dari apa yang tersirat adalah Indonesia abai.

Dari analisis singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pernyataan Presiden Joe Biden ini tidak berarti dia peduli kepada Jakarta, atau peduli kepada Indonesia.

Kepedulian Joe Biden adalah kepada eco system dunia. Lebih jauh, Joe Biden justru mengindikasikan keraguannya atas kepedulian Indonesia kepada eco system di negerinya sendiri. Apalagi eco system di dunia.

Lalu bagaimana caranya agar persepsi dunia tidak lagi menganggap Indonesia abai terhadap usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup? Cara yang paling efektif adalah dengan jalan mengubah gaya diplomasi kita yang lebih high profile di bidang tersebut.

Partisipasi yang lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan internasional seperti riset, seminar dan lain-lain.

Cara lain yang lebih konkrit yang bisa kita lakukan per segera adalah melaksanakan anjuran Prof Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup jaman Orba, yang sudah sejak lama beliau sarankan secara berulang-ulang yaitu, menghentikan penambangan, perdagangan dan penggunaan batubara, yang merupakan bahan tambang fosil, dan tidak lagi menggunakan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit.

Seandainya, Indonesia mau dan mampu menjalankan cara-cara seperti tersebut diatas, maka tidak saja kita tidak akan lagi dianggap abai oleh dunia, tapi kita juga akan mampu memegang kendali secara lebih efektif atas segala kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup di rumah kita sendiri. Semoga.

Jakarta, 12 Agustus 2021

Penulis adalah mantan direktur maskapai penerbangan BUMN PT (Persero)  Garuda Indonesia, tinggal di Jakarta.