Pemerhati Lingkungan, Masita Riany

Presiden AS Sebut Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi, Rakyat Menunggu Tindakan Segera dari Pemerintah

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Pemerintah seharusnya cepat tanggap dengan adanya sinyalemen yang menyebutkan kemungkinan wilayah Jakarta tenggelam dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.

Peringatan yang disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Bidden tersebut kita hargai dan perlu ditindaklanjuti.

“Apa yang disampaikan Presiden Amerika Serikat itu tentu sudah memiliki data valid, sehingga pesan itu disampaikan dalam sebuah acara penting yakni di Kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat belum lama ini. Menjadi catatan penting karena disampaikan secara spesifik tentang Jakarta tenggelam dalam waktu 10 tahun mendatang,” kata pemerhati lingkungan Masita Riany kepada Independensi.com, di Jakarta, Rabu (11/8/2021).

Menurut Sita—demikian dia biasa disapa—masyarakat atau warga  berharap pemerintah, baik pusat maupun Pemprov DKI Jakarta bisa segera mengambil langkah konkret terkait peringatan Jakarta tenggelam tersebut.

Pemerintah berembuk dengan kementrian lingkungan hidup dan para pakar lingkungan, juga para pakar lainnya yang terkait.

Seharusnya, tanpa ada pernyataan dari Presiden AS pun, pemerintah Indonesia sudah semestinya membuat kebijakan konkret tentang penanggulangan bahaya bencana alam di Jakarta.

Mengenai pembangunan Giant Great Wall (tembok rakasasa) di pantai Jakarta untuk mencegah banjir akibat naiknya permukaan air laut. Harusnya ada solusi lain. 

Reklamasi tidak akan menyelesaikan persoalan. Justru menimbulkan masalah lain yang jauh lebih luas dampak negatifnya, baik dari segi ekosistem lingkungan dan sosial, terutama pada ribuan masyarakat pesisir, yang akan kehilangan mata pencahariannya, budayanya, juga akses ruang terbuka hijau mereka. 

Apa yang diterapkan di negara lain, belum tentu cocok diterapkan di sini, ada aspek sosial budaya,  ekologi, geografi, geologi, dan lain – lain, yang itu menjadi catatan penting dan harus diperhatikan.

Bicara Jakarta tenggelam itu berarti juga bicara soal krisis iklim global, yang berarti juga kita bicara soal ekosistem lingkungan.  Hutan yang hilang sebagai paru – paru bumi, alih fungsi lahan, kebakaran hutan, tingkat polusi udara yang sangat tinggi, bagaimana pengelolaan energi kita, apakah masih memakai energi fosil atau sudah terbarukan dan ramah lingkungan.

Bagaimana hutan mangrove di sepanjang pesisir, sampah plastik dan lain – lain. Kita tidak bisa bicara sepotong – sepotong saja. Harus keseluruhan. Karena hukum alam itu adalah hukum sebab akibat. Saling terkait satu dengan yang lainnya.

Kembali mengenai persoalan banjir Jakarta, juga mesti bicara keseluruhan, dari hulu ke hilir. Di sinilah pentingnya rembuk antara pemerintah dengan para ahli atau pakar lingkungan.

Kemungkinan Jakarta tenggelam itu, tegasnya, memang sangat beralasan.

 “Memang kondisinya seperti kita tahu, Jakarta sejak zaman dahulupun sudah terjadi banjir. Dari zaman sebelum Indonesia merdeka malah, karena sebenarnya wilayah Jakarta adalah kebanyakan rawa-rawa dan beberapa tempat lebih rendah dari permukaan laut. Dengan adanya perubahan iklim dan pemanasan global, maka sangat mungkin Jakarta tenggelam,” katanya.

Apalagi tingkat kepadatan dan pembangunan Jakarta yang makin tahun semakin pesat, kata Masita, banyak dibangun gedung perkantoran tinggi  maupun apartemen – apartemen yang menjulang dengan hunian yang padat yang menyedot air tanah, mengakibatkan turunnya permukaan tanah dari tahun ke tahun.

Kemudian, penataan lingkungan tata ruang kota yang semrawut, juga begitu mudahnya perizinan pembangunan, bahkan di wilayah – wilayah … titik – titik tertentu yang semestinya adalah menjadi daerah resapan air, pengurukan daerah rawa, maupun hilangnya ratusan situ (danau) penampung air selama ini membuat Jakarta sering mengalami banjir besar.

 “Lebih parahnya lagi, kebijakan reklamasi pantai terus berlangsung, sehingga membuat permukaan air laut terus naik di kawasan pantai,” paparnya.

Harusnya dalam penataan lingkungan tata ruang kota, resapan – resapan air itu  juga menjadi salah satu poin utama yang harus diperhatikan. Poin penting lainnya adalah keberadaan hutan -hutan kota, danau dan memperbanyak ruang-ruang terbuka hijau.

Dan di sepanjang daerah pantai atau pesisir memang harus digalakkan terus secara masif untuk penanaman hutan bakau (mangrove), sedangkan yang sudah ada agar dirawat dijaga dengan baik. Itu adalah tugas kita semua, tanpa terkecuali, baik pemerintah dan kita sebagai mayarakat bersama-sama.

Hutan mangrove mampu mereduksi gelombang pasang air laut saat terjadi tsunami, mencegah instrusi atau masuk dan naiknya gelombang pasang air laut ke daratan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir rob, mencegah abrasi, menjaga kestabilan garis pantai, serta sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa habitat sebagai bagian dari ekosistem seperti burung, ikan, kepiting dan lain-lain, di samping bisa menjadi ruang terbuka hijau dan ekowisata yang tentunya ramah lingkungan.

Sebetulnya, Greenpeace juga memprediksi bahwa Jakarta akan tenggelam dalam 30 tahun. Artinya, prediksi bahwa Jakarta tenggelam itu sudah menjadi kekhawatiran sejak lama yang harus menjadi perhatian pemerintah pusat maupun Pemda DKI Jakarta dan kita semua.

Harus ada upaya konkret sebagai pencegahan, sehingga apa yang dikhawatirkan itu tidak terjadi.

Kita berburu dengan waktu. Dan ini tidak main – main.

Masita mengatakan, Joe Bidden sebenarnya secara halus menyindir pemerintah agar peka bahwa krisis iklim atau climate change itu sangat nyata dan sudah di depan mata.

Bila pemerintah Indonesia tidak tegas dalam menghadapi persoalan-persoalan lingkungan, memang akan tenggelam. Bukan hanya Jakarta, tetapi juga di sejumlah wilayah Pantai Utara Jawa seperti Semarang, Pekalongan, Cirebon, dan lainnya.

“Sekarang ini saja beberapa wilayah di Jakarta, Semarang, Pekalongan juga sudah terendam terus menerus dalam waktu lama,”katanya.

Namun yang menjadi sorotan adalah Jakarta, karena paling kritis. Hal itu disebabkan  mencairnya es di kutub, sehingga permukaan air laut makin cepat naik.

 “Nah yang sangat penting sekarang adalah bagaimana persiapan kita menghadapi dan solusi bagi perubahan krisis iklim tersebut, sehingga kemungkinan itu bisa dicegah,” tegasnya. (kbn)