Milenial dan Gen Z Bisa Jadi Agen Promosi Pemilu Damai di Ruang Digital

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Mendekati Pemilu 2024, ruang digital semakin sesak dipenuhi beragam berita dan informasi, termasuk hoaks dan disinformasi. KPU sendiri telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap atau DPT Pemilu 2024 yang berjumlah 204,8 juta pemilih. Dari total tersebut, 113 juta adalah pemilih muda yang terdiri dari Gen Z dan Milenial.

Gelaran kampanye pun telah dimulai dari 28 November 2023 lalu sampai 10 Februari 2024 nanti. Pasalnya, ruang-ruang digital masih dipenuhi dengan ujaran negatif, kebencian, ancaman, hoaks, dan sebagainya.

Maka dari itu, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Komisi I DPR RI menyelenggarakan webinar Ngobrol Bareng Legislator (NGOBRAS) dengan tema “Peran Pejuang Digital dalam Menjaga Pemilu Damai” pada Rabu, 31 Januari 2024. Kegiatan ini semakin lengkap dengan sambutan utama dari Dirjen Aptika Kominfo RI Semuel Abrijani yang terus mempromosikan literasi digital kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Subarna, Anggota Komisi I DPR RI, menyatakan media massa memegang peran penting dalam menjaga integritas informasi dan menciptakan situasi yang kondusif di tengah-tengah masyarakat menuju pemilu 2024 yang damai. Dengan tujuan itu, Kominfo sendiri sudah melakukan berbagai upaya dan seruan.

“Kominfo juga telah merancang langkah-langkah konkrit untuk menjawab berbagai isu yang muncul dalam pelaksanaan pemilu: peningkatan partisipasi pemilih, penguatan hak pemilih, serta upaya antisipasi terhadap konflik yang bisa saja muncul, menggunakan hak pilih, dan menjaga situasi kondusif selama perhitungan dan pemungutan suara,” jelas Subarna.

Widodo Muktiyo, Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa, mengatakan pemilu damai artinya pemilu sebagai sarana integrasi bangsa dan sarana persatuan. Sementara itu, generasi muda memiliki preferensi media baru, seperti live streaming, media sosial, dan lainnya. Karena itu, dalam mengatasi hoaks misalnya, Widodo menawarkan pendekatan model pentahelix yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

“Ada pendekatan pentahelix. Semua komponen bangsa bersama-sama. Dari literasinya, dari kolaborasinya, sampai pada penegakan hukum,” ujar Widodo.

Sejalan dengan itu, Fajar Eri Dianto, Ketua Umum Relawan TIK Indonesia, mengutip salah satu penelitian yang menyebutkan Generasi Z memiliki keterampilan digital yang baik meski jarang mencari informasi politik. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku verifikasi dan mencari kebenaran informasi di internet dengan baik.

“Kebiasaan Gen Z dan Milenial sebagai pejuang digital yang patut diacungi jempol adalah memiliki keterampilan digital yang cukup baik,” ujar Fajar.

Dalam konteks pemilu, generasi muda dapat mencari kebenaran informasi wakil rakyat, seperti cek profil, rekam jejak, gagasan, hingga memerhatikannya dalam forum-forum debat.

Dengan 52% generasi muda tertarik terhadap isu pemilu 2024, mereka dapat melakukan verifikasi sumber informasi di s.id/cekhoaks. Selain itu, mereka juga dapat melaporkan konteks hoaks dan berhenti hanya menggunakan satu sumber informasi.