Denpasar (Independensi.com) – Dalam budaya Jepang, “Koibito” menjadi ungkapan yang melambangkan pasangan romantis. Istilah Koibito ibarat penari dalam pelukan cinta, menggambarkan sosok terpilih. Sebuah kata yang mengukir hubungan lebih dalam dari sekedar sahabat, menggambarkan keterlibatan emosional dan aroma romantis yang menyatukan dua individu dalam rangkaian perasaan yang mempesona.
Hal tersebut dikemukakan oleh Benny Oentoro seorang Gallerist dan promotor seniman dari Art Xchange Gallery Sanur Bali, Jum’at (23/2/2024).
Dunia seni rupa yang sempat terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19, kini berangsur pulih seiring dengan maraknya berbagai pameran di tanah air. Antusiasme pecinta seni mulai tumbuh harmonis dan meningkat pesat. Banyak pameran seni kini melibatkan partisipasi masyarakat sebagai bagian dari pengalaman seni.
“Dalam seni rupa kontemporer, ada tren baru yang menonjol dimana karya seni cenderung dihadirkan dalam bentuk yang lebih dinamis, penuh dengan ledakan warna-warni yang semarak, seolah melambangkan masa kelam telah usai dan kita akhirnya terbebas dari belenggu pandemi. Pada akhirnya hidup kami sudah kembali pulih,” ujar Benny.
Mengutip berita dari USA Art News, terungkap bahwa Tren Pasar Seni tahun 2024 adalah karya seni buatan tangan dan cottagecore, diharapkan menjadi salah satu tren utama pasar seni pada tahun 2024. Katie Saro, seorang desainer dan pedagang barang antik, serta Pembawa acara The Art of Vintage di Magnolia Network memperkirakan popularitas desain yang memadukan keahlian dengan sentuhan modern akan melonjak, membawa dampak positif yang mengalir ke tren seni masa depan.
Masih dalam suasana Hari Valentine, Art Xchange Gallery akan menghadirkan sederet karya visual menawan dari seniman kontemporer, baik Indonesia maupun internasional. Art Xchange Gallery akan memamerkan karya seni dalam berbagai gaya artistik yang dikolaborasikan dalam satu judul, yaitu “Koibito.”
Andi Prayitno menghadirkan karya-karya yang bercirikan pola surealis dan naif, dengan simbol utamanya adalah celana denim yang dianggapnya sebagai bahan terkuat dan dihargai banyak orang. Antoe Budiono, seniman dengan gaya Hiperrealisme, cenderung mempunyai permainan cahaya dan bayangan yang sangat kental dalam karya-karyanya, menggabungkan keduanya dalam satu lukisan yang dikenal dengan teknik “Chiaroscuro”. Agung Santosa, seniman dengan gaya realistik, menggunakan warna-warna cerah dan menyampaikan makna sosial dalam karyanya. Daphne menciptakan beberapa mahakarya yang merupakan perpaduan objek-objek baru dari berbagai medium, budaya, dan tradisi, dari berbagai era, menyatukannya secara harmonis. Cadio Tarompo memiliki gaya khas dengan ilusi positif-negatif, dan mengamati karya-karyanya memerlukan penggunaan aplikasi kamera negatif untuk mengapresiasi sepenuhnya. Karya Florina merupakan karya kontemporer yang lahir dari kreasi rajutan yang rumit.
I Putu Adi, seniman asal Keliki Kawan, Ubud, menghadirkan karya tradisional dengan cerita wayang yang mengangkat kisah Romeo dan Juliet versi Bali. Melodia menciptakan karya seni yang terinspirasi dari konsep romantis untuk menggambarkan makna cinta sejati. Karya Rawraw mengeksplorasi warna dan material yang mengeras seiring berjalannya waktu, sekaligus mengembangkan ide visual artistik tentang peran medium, waktu, dan sedimentasi. Suitbertus, seniman yang mendalami berbagai teknik seni seperti keramik, ekspresionisme, realisme, dan abstraksi, kini menampilkan karyanya dengan media cat air. Viktor Nazarov menghasilkan karya seni dengan gaya abstrak dan surealis, dengan konsep yang dapat berkembang sesuai imajinasi masing-masing penikmat seni.
“Koibito” akan dibawakan oleh Art Xchange Gallery di Kopi Bali House, lantai 2. Acara yang dijadwalkan pada 23 Februari 2024 ini menandai hadirnya karya seni menawan di ruang yang penuh romantisme.
“Pameran Koibito berfungsi sebagai tempat di mana pengunjung dapat merayakan cinta dalam segala bentuknya, mengapresiasi keunikan setiap cerita, dan merenungkan esensi perayaan yang penuh makna ini,” pungkas Benny. (hd)