JAKARTA (IndependensI.com) – Di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, ada sebuah desa namanya Karangjati. Desa ini masuk wilayah Kecamatan Susukan. Desa yang satu ini berbeda dengan desa-desa lainnya di wilayah Kecamatan Susukan. Karena, desa Karangjati dikenal sebagai desa yang sebagian warganya dikenal sebagai seniman: Lengger, Ebeg, Ketoprak, Calung, Karawitan, dan Dalang Wayang Kulit.
Khusus dalang wayang kulit purwa yang ada di Desa Karangjati sebagian di antaranya merupakan keturunan Trah Karyanawi yang dikaruniai beberapa orang putra-putri, dan salah seorang di antara pendahulu mereka ada yang sangat terkenal sebagai dalang wayang kulit di era tahun 1940-an namanya Parsa.
Mendiang Ki Dalang Parsa — menurut para pinisepuh Desa Karangjati — bila ada undangan pentas, para pengiringnya (pengrawit/niyaga) hampir semuanya adalah putra dari adik kandung Ki Dalang Parsa sendiri.
Salah seorang di antara putra keponakan mendiang Ki Dalang Parsa yang bernama Darmin adalah generasi penerus yang terkenal sebagai dalang di era Orla dan Orba sementara mendiang Ki Dalang Parsa meng-”orbit” sebelum Indonesia Merdeka.
Selain Ki Dalang Darmin, ada juga Supono yang tak lain adalah putra Ki Dalang Parsa. Akan tetapi, karena Supono juga aktif sebagai Guru SR (sekarang SD) dia hanya sesekali menerima undangan untuk pentas.
Berbeda dengan mendiang Ki Dalang Parsa yang memiliki putra bernama Supono yang juga terampil memainkan wayang kulit purwa, Ki Dalang Darmin tidak memiliki generasi penerus. Karena, dalang yang dikenal sangat lucu utamanya dan khususnya kalau memainkan tokoh Santalmedi (ponokawan para Kurasa di Kerajaan Astina Pura), dalam kehidupan rumah tangganya tidak dikaruniai anak.