“Kepaten Obor”
Meskipun begitu tidak lantas terjadi apa yang disebut dengan istilah “kepaten obor” atau tidak ada generasi penerus yang melanjutkan kiprah mendiang Ki Dalang Darmin.
Kenapa?
Karena adik kandung Ki Dalang Darmin (pengrawit yang ikut mengiringi kalau Ki Dalang Darmin pentas) yang bernama Riswan punya anak bernama Wardjo.
Sebagai dalang, Wardjo pun nasibnya paralel atau berbanding lurus dengan Supono — putra Ki Dalang Parsa — yakni sama-sama aktif bertugas sebagai Guru SR, dan hanya sesekali menerima job untuk pentas wayang kulit.
Tapi, dalam beberapa hal, Wardjo berbeda dengan Supono. Karena, selain menerima job sebagai dalang, Wardjo juga sering diminta atau mewakili Ki Dalang Darmin bila pas hari “H”-nya pentas Pak De-nya berhalangan karena sakit.

Estafet
Dari data yang berhasil dihimpun, penulis memperoleh informasi bahwa seni pedalangan di Desa Karangjati Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara sempat vacuum setelah Wardjo meninggal dunia.
Betul bahwa memang ada dalang lain yang sama-sama berasal dari Desa Karangjati (bukan dari Trah Karyanawi), namun popularitas mereka berbeda dengan para dalang pendahulu mereka dari Trah Karyanawi.
Akan tetapi, ke-”vacuum”-an tersebut tidak berlangsung lama. Karena, salah seorang anak Dalang Wardjo yang bernama Krisno Adi — ibarat olahraga atletik nomor estafet — menjadi penerus orang tuanya menekuni profesi sebagai dalang wayang kulit.
Seperti mendiang ayahandanya, mas Kris, sapaan akrabnya, selain dikenal sebagai dalang juga aktif di dunia pendidikan sebagai Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan – Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara.
Mas Kris yang lahir pada 5 November 1967 yang memperoleh gelar S2-nya dari UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) dan memiliki istri asli dari Jogjakarta — dalam obrolan santai bersama independensi.com mengungkapkan bahwa di era millenial yang diwarnai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) seperti saat ini, pihaknya belum tentu sebulan sekali mendapat undangan untuk pentas dalam acara hajatan warga yang mengkhitankan putranya dan atau merayakan pernikahan putra-putrinya.