“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja (Jemaat)-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Matius 16:18-19
Institusi tertua di dunia yang sudah berusia hampir 2.000 tahun yang didirikan Yesus Kristus, pada tanggal 7 Mei 2025 mulai menyelenggarakan Konklaf yakni pemilihan Pemimpin Gereja Katolik sedunia untuk mencari penerus Rasul Petrus yang ke-267. Sebelumnya Paus Fransiskus yang bernama asli Jose Mario Bergoglio adalah Paus ke-266 berasal dari Dunia Baru yakni Argentina. Ia dianggap sebagai sosok yang telah melakukan perubahan revolusioner Gereja Katolik di tengah tengah dunia yang semakin sekuler. Paus Fransiskus hadir dengan keteladanan yakni kesederhanaan, kerendahan hati, bela rasa dan menghadirkan wajah Allah yang penuh kerahiman.
Sosok pengganti Paus Fransiskus, tampaknya akan meneruskan berbagai kebijakan yang telah dilakukan Paus dari Argentina. Tantangan dunia ke depan yang dihadapi Gereja Katolik adalah konflik dan peperangan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Perang Rusia-Ukraina belum berakhir, Perang Israel-Hamas di Gaza masih membara, Perang Amerika Serikat-Houti Yaman dan kemungkinan pecahnya perang antara India-Pakistan.
Berbagai belahan dunia sedang dilanda konflik dan peperangan yang merenggut nyawa manusia yang begitu besar. Jika konflik peperangan tidak segera dicari jalan perdamaian melalui diplomasi, maka dalam kasus Perang Rusia-Ukraina bisa memicu terjadinya Perang Dunia III yang tentu saja tidak akan diinginkan siapapun. Gereja Katolik dipanggil menjadi pembawa damai dan memulihkan harkat dan martabat manusia yang tercabik cabik karena konflik peperangan. Manusia adalah gambar dan citra Allah yang baik adanya sehingga permusuhan dan peperangan hanyalah kesia-siaan serta merendahkan nilai nilai kemanusiaan.
Gereja Katolik secara ekternal juga dipanggil menjalin dialog dan menciptakan kerukunan umat beragama di dunia. Dialog dan kerjasama dengan berbagai Iman yang berbeda seperti Islam, Yahudi, Buddha, Hindu dan Agama agama lainnya pada masa kepemimpinan Paus Fransiskus akan tetap dilanjutkan. Dalam bahasa Paus Fransiskus “Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman dengan diri sendiri”.
Konklaf
Konklaf berasal dari Bahasa Latin yakni cum artinya dengan sedangkan clave artinya kunci. Arti secara lengkap Konklaf adalah dengan kunci. Para Kardinal (Pangeran) Gereja Katolik yang mengadakan pemilihan Paus dalam ruangan terkunci dimana mereka tida bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Sebanyak 133 Kardinal memiliki hak untuk memilih dan dipilih menjadi Paus. Dalam ruangan tertutup bernama Kapel Sistina, mereka berdoa dalam keheningan dan memohon bimbingan Roh Kudus untuk memilih siapa diantara 133 Kardinal yang akan menduduki Tahta Rasul Petrus yang ke-267. Tidak ada kampanye politik, tidak ada lobby-lobby, tidak ada serangan fajar atau bagi bagi uang, tidak ada janji makan siang gratis, tidak ada janji janji 19 juta lapangan kerja baru, tidak ada tim sukses untuk menjadikan seorang Kardinal sebagai Paus. Pemilihan didahului dengan doa, keheningan dan kontemplasi.
Para Kardinal memasuki Kapel Sistina dengan menyanyikan lagu berjudul ‘Veni Creator Spiritus’ atau ‘Datanglah Ya Roh Pencipta’, sebuah lagu abad ke-9 untuk memohon bimbingan dan petunjuk Roh Kudus untuk menerangi hati, pikiran dan akal budi para kardinal guna memilih Paus yang baru. Sejumlah nama muncul di media massa sebagai kandidat paus atau yang disebut Papabili.
Dalam tulisan ini akan dibahas sejumlah kardinal yang muncul sebagai papabili berdasarkan kawasan (Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia dan Afrika).
Dari Italia muncul tiga nama besar yakni Kardinal Pietro Parolin (Sekretaris Vatikan/70 tahun), Matteo Zuppi (69 tahun/Uskup Agung Bologna/Ketua Uskup se-Italia) dan Pierbattista Pizzaballa (60 tahun/Patriak Gereja Latin di Yerusalem). Pietro Parolin memiliki peluang terbesar karena dia adalah orang kedua pada masa Paus Fransiskus. Parolin mendapatkan dukungan terbesar para Kardinal Italia dan negara negara Eropa lainnya. Parolin memiliki kecakapan diplomasi dan berjasa dalam membangun dialog dengan Pemerintah Komunis China dan mengatasi kebuntuan dalam penunjukkan Uskup Uskup Gereja Katolik di China. Ia menguasai Bahasa Latin, Italia, Inggris, Perancis, Spanyol. Namun secara umum 17 suara kardinal Italia akan terpecah kepada Parolin, Zuppi dan Pizzabala.
Dua kardinal Eropa lain yang bisa menjadi kuda hitam adalah Kardinal Peter Erdo (72 tahun/Hungaria) dan Kardinal Anders Arborelius (75 tahun/Swedia). Peter Erdo adalah Ketua Uskup Uskup se-Eropa, memiliki pandangan konservatif dan seorang Teolog yang disegani. Arboleus adalah mantan Protestan Lutheran yang pada umur 20 tahun memutuskan pindah ke Katolik, karena kepenuhan kebenaran iman ada dalam Gereja Katolik.
Dari kawasan Amerika Utara nama yang muncul adalah Kardinal Robert Francis Prevost (69 tahun/Kepala Departemen Uskup Vatikan). Ia memiliki pengaruh besar di Amerika Utara dan Amerika Latin. Namun ia adalah warga negara Amerika Serikat. Hal ini menjadi hambatan karena para kardinal lain enggan memilih kandidat Paus yang berasal dari Negara Superpower.
Dari kawasan Amerika Latin ada dua nama yang punya pengaruh besar yakni Odilo Pedro Scherer (75 tahun/Brazil/Uskup Agung Sao Paulo). Ia didukung kuat oleh Uskup Uskup Amerika Latin. Sedangkan Víctor Manuel Fernández (62 tahun/Argentina/Kepala Departemen Doktrin dan Iman) tangan kanan Paus Fransiskus untuk menunjuk calon calon Uskup juga masuk radar. Namun Kardinal dari Amerika Latin kemungkinan besar tidak didukung oleh kawasan lain. Karena para Kardinal ingin penyegaran dan Gereja akan mendekat ke wilayah pinggiran.
Sementara dari Asia ada 2 kardinal yang menjadi kandidat yakni Luis Antonia Tagle (67 tahun/Filipina/Kepala Departemen Penginjilan/Evangelisasi) dan George Koovakad (51 tahun/India/Kepala Departemen Hubungan Antar Agama). Luis Antonio Tagle atau lebih populer disapa Kardinal Chito merupakan sosok karismatik. Ia mendapat julukan ‘Fransiskus dari Asia’. Pada masa kepemimpinan Paus Fransiskus, ia menjadi orang ketiga dalam jajaran kuria di Vatikan. Koovakad yang berasal dari Gereja Katolik Timur Syro Malabar adalah salah satu Kardinal ‘rising star’ dari India.
Bagaimana dengan Kardinal dari Nusantara, Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo? Meskipun di atas kertas kurang diperhitungkan, tetapi peluang tetap ada. Pembawaan yang tenang serta berbicara penuh kedalaman dengan keteduhan membawa rasa damai di hati siapa saja yang mendengarkan suaranya.
Beralih ke kawasan terakhir yakni Afrika, benua yang mewakili wajah pinggiran Gereja Katolik tetapi menunjukkan perkembangan umat yang paling mencengangkan dibandingkan kawasan lainnya. Di saat terjadi krisis panggilan di Eropa dan Amerika, kawasan Afrika menjawab dengan membludaknya seminari seminari dan makin meningkatnya panggilan hidup rohani menjadi pastor, bruder dan suster.
Gereja mengalami persekusi dan penganiayaan di sejumlah negara Afrika, namun mereka lebih memilih mati sebagai martir di tangan Kaum Ekstrimis Islam dibandingkan meninggalkan iman. Hal ini mengingatkan kembali penganiayaan Gereja zaman Para Rasul pada masa kekuasaan Kekaisaran Romawi dimana banyak orang orang Kristen rela menyerahkan nyawa demi mempertahankan iman dalam Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.
Ada tiga kandidat paus dari kawasan Afrika yakni Peter Turkson (76 tahun/Ghana/Kepala Departemen Akademi Pengetahuan dan Sosial Kepausan), Robert Sarah (79 tahun/Guinea/Kepala Departemen Doa dan Sakramen), Fridolin Ambongo Besungu (65 tahun/Republik Demokratik Kongo/Uskup Agung Kinshasa). Peter Turkson menjadi kandidat yang paling diperhitungkan karena ia bisa disebut sebagai ‘Fransiskus dari Afrika’. Ia memiliki karakter seperti Paus Fransiskus dan mengedepankan dialog dengan orang orang yang berbeda iman. Pamannya seorang Muslim menjadikan pengalaman berharga untuk menciptakan toleransi dan perdamaian serta hidup berdampingan meskipun pilihan iman yang berbeda.
Robert Sarah dikenal sebagai Kardinal yang konservatif dan sering bersuara lantang terhadap penindasan dan ketidakadilan. Ia mendukung Gereja Katolik kembali ke nilai nilai tradisionalis misalnya menghadirkan Misa berbahasa Latin yang terasa khusuk dan spiritual. Sementara Fridolin dari Kongo adalah mewakili wajah Gereja Katolik yang dinamis. Kongo yang pada awalnya didominasi oleh Protestan dan agama asli, sekarang mayoritas adalaj Katolik. Evangelisasi atau Penginjilan Gereja Katolik di Republik Demokratik Kongo merupakan prestasi yang harus diakui.
Pemungutan Suara
Konklaf hari pertama diperkirakan akan menempatkan tiga kardinal unggulan berpeluang mendapatkan suara besar yakni Pietro Parolin dari Italia, Luis Antonio Tagle dari Filipina dan Peter Turkson dari Ghana. Pietro Parolin akan memimpin perolehan suara, namun hal ini tidak menjamin dia akan terpilih. Eropa memiliki 52 kardinal atau sekitar 40 persen suara. Asia memiliki sekitar 23 Kardinal atau 17 persen suara dan Afrika mempunyai 17 kardinal atau 12,8 persen suara. Terpilih sebagai Paus dibutuhkan dua per tiga suara yang hadir atau didukung 89 kardinal.
Jika para kardinal dituntun dan dibimbing Roh Kudus untuk membawa Gereja pada wilayah pinggiran yang semakin berkembang subur oleh Penginjilan dan disemai darah para martir maka figur dari Afrika atau Asia adalah jawabannya. Eropa mengalami dekadensi iman dimana orang orang sekuler merasa tidak membutuhkan ‘Tuhan’ dalam kehidupan mereka.
Nama-nama yang disebutkan di atas hanyalah hitung hitungan di atas kertas. Dalam Konklaf tidak ada kepastian dengan rumusan hitung hitungan matematis. Karena Gereja Katolik percaya Paus dipilih bukan karena faktor manusia tetapi penyelenggaraan Ilahi. Allah sering berkarya dengan ‘cara cara aneh’ yang berbeda dengan apa yang dipikirkan manusia.
Ada ungkapan lama yang berasal dari Italia “Yang masuk dalam Konklaf sebagai Paus akan keluar sebagai Kardinal”. Hal ini menggambarkan betapa dominannya ketidakpastian siapa yang akan terpilih menggembalakan 1,4 Miliar jiwa domba domba Kristus di tengah tengah dunia yang semakin dipenuhi ketidakpastian.
Iman Katolik mengajarkan dalam ketidakpastian manusia harus bersandar kepada Allah. Satu satunya yang pasti adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus di Yerusalem pada tahun 33 tidak akan pernah dikuasai oleh alam maut dan akan terus melakukan peziarahan hingga akhir zaman.
Sigit Wibowo
Penulis adalah Umat Gereja Paroki Santa Faustina Kowalska, Tajur Halang, Keuskupan Bogor.