JAKARTA (IndependensI.com) – Ahli Mikrobiolog dari Universitas Sriwijaya Palembang Prof Yuwono mengatakan, penggunaan dan distribusi vaksin Sinovac ke setiap provinsi sebaiknya ditunda terlebih dahulu, sebelum hasil efektivitas dan keamanan keluar. Bahkan dia menyarankan vaksinasi ditunda terlebih dahulu.
Yuwono melanjutkan, pada dasarnya dia mengapresiasi langkah cepat pemerintah dalam menangani Covid-19 dengan pembelian vaksin. Sayangnya, vaksin Sinovac hingga saat ini belum keluar hasil efektivitas dan keamanannya, padahal menjadi sangat penting sebelum vaksinasi dilakukan.
“Vaksin ini sudah kebijakan pemerintah, artinya rakyat ikut dan patuh. Tapi secara ilmiah vaksin Sinovac belum mengeluarkan hasil efektivitas, kemanjuran, dan keamanannya, sampai hari ini belum. Saran saya, tunda dulu vaksinasi sebelum diumumkan hasil uji klinis di Bandung itu,” ujarnya, Selasa (5/1/2021).
Menurut dia, pemerintah tidak perlu takut mengumumkan hasil uji klinis terhadap vaksin Sinovac. Hal itu menjadi bukti ilmiah sehingga masyarakat tak khawatir jika mendapat giliran divaksin. “Tinggal umumkan saja, jangan takut. Contoh efektivitasnya cuma misal 60 persen, tidak masalah, ada dasarnya,” ujarnya.
Dikatakan, hingga saat ini Majelis Ulama Indonesia juga belum mengumumkan hasil kajian kehalalan dan juga izin penggunaan darurat setelah mendapat laporan uji klinis oleh BPOM. Sebelum ada laporan ilmiah tersebut, justru vaksin sudah didistribusikan ke setiap daerah dan akan disuntikkan pada 14 Januari 2021.
“Atas dasar apa? Ujicoba di Brazil saja diragukan oleh presidennya,” kata dia.
Dalam situasi ini, kata dia, tenaga kesehatan yang menjadi sasaran utama pada vaksinasi tahap pertama akan menolak divaksin. Sebab, vaksin Sinovac berbeda dengan Pfizer yang sudah mengeluarkan hasil efektivitas pada vaksinasi di Amerika dan Inggris.
“Kalau vaksin Pfizer sudah diumumkan, sudah mengeluarkan kemanjuran dan keamanannya, berhak disuntikkan. Suntikan pertama 59 persen tingkat keamanan dan efektivitasnya, dan suntikan kedua 95 persen,” kata dia.
Yuwono juga mengaku enggan divaksinasi jika vaksin tersebut belum mendapatkan uji klinis. Bagi dia, bukti ilmiah menjadi syarat penting dalam penggunaan vaksinasi karena menyangkut keamanan orang banyak.
“Sesuai sumpah dokter, yang utama jangan bikin celaka. Jadi saya siap sedia disuntik dan siap menyuntik kalau ini didasarkan pada bukti ilmiah. Kalau Pfizer, saya mau disuntik sekarang,” tuturnya.