JAKARTA (IndeprndensI.com) – Pandemi Covid 19 tidak selalu berdampak negatif terhadap ekonomi. Ada beberapa sektor yang justru mampu menunjukan tren positif selama pandemi. Salah satunya sektor pertanian.
Bahkan, kondisi ini dinilai bisa menjadi kesempatan bagi para generasi milenial untuk menggeluti bisnis sektor pertanian.
Seperti diketahui, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) sektor pertanian jadi salah satu yang mampu tumbuh di tengah pandemi sepanjang 2020, yaitu sekitar 1,75 persen.
Seperti perusahaan benih sayuran PT East West Seed Indonesia (Ewindo) yang berkomitmen mendorong milenial untuk masuk di bisnis pertanian.
Managing Director EWINDO Glenn Pardede mengatakan sebagai perusahaan yang selama puluhan tahun mendampingi petani sayuran di Indonesia, Ewindo telah melakukan sejumlah strategi agar generasi muda tertarik menekuni bisnis pertanian.
Glenn menuturkan, langkah yang sudah dilakukan antara lain adalah pembinaan dan pendampingan petani muda di berbagai daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan pengembangan aplikasi pertanian ”Sipindo” serta membangun jejaring antara petani dengan pasar modern.
“Tahun ini kami mentargetkan untuk membina sekitar 500 petani milenial yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya, Rabu (24/3/2021).
Selain pendampingan, transfer teknologi dan akses terhadap benih sayuran yang berkualitas tinggi, melalui aplikasi Sipindo petani milenial dapat mengelola bisnis pertaniannya dengan lebih baik dan semakin menguntungkan, dan diharapkan hal ini akan menular ke generasi muda lainnya.
Selain itu, Ewindo juga mengembangkan Panah Merah Store untuk memudahkan petani termasuk petani urban untuk mendapatkan benih asli secara online.
“Karenanya kami sangat mendukung program 5.000 petani milenial yang dicanangkan oleh Pemprov Jabar sebagai salah satu upaya untuk mendorong minat anak muda untuk menjadi petani yang pada akhirnya untuk meningkatkan jumlah petani,” tutur Glenn Pardede.
Hari ini, Rabu (24/3/2021), Ewindo juga menggelar webinar bertajuk Peluang Petani Millenial di Era Digital.
Webinar yang merupakan salah satu rangkaian upaya Ewindo untuk mendorong generasi milenial terjun di bisnis pertanian ini mengundang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang diwakili oleh Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Jawa Barat Benny Bachtiar.
Webinar dihadiri pula oleh Managing Director Ewindo Glenn Pardede, sejumlah pengembang aplikasi pertanian, perbankan, akademisi, dan petani milenial dari sejumlah daerah di Tanah Air.
Diketahui, Kementerian Pertanian mencatat petani muda Indonesia berusia 20-39 tahun hanya 2,7 juta orang saja, atau hanya sekitar 8 persen dari total petani kita yang 33,4 juta orang. Sektor pertanian mengalami krisis regenerasi karena berkurangnya peminat anak-anak muda di bidang pertanian.
Padahal, berdasarkan hasil penelitian The Economist Inteligence Unit (EIU) mengenai sektor usaha yang terdampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 sektor pertanian terbukti terkena dampak paling kecil dibandingkan sektor lain.
Hal ini terjadi karena dampak dari pembatasan sosial relatif minimal pada sektor pertanian, walaupun masih ada risiko dari disrupsi rantai penawaran (supply chain) dan terpuruknya permintaan.
Akibat pandemi, EIU merevisi pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 3,0 persen menjadi -1,5 persen (terkoreksi -4,5 persen). Lalu pertumbuhan sektor jasa direvisi sebesar 7,2 persen menjadi 2,4 persen (terkoreksi -4,8 persen), dan pertumbuhan sektor pertanian hanya direvisi dari 4,1 persen menjadi 3,2 persen (-0,9 persen).
Selain itu, sejarah krisis di Indonesia, misalnya krisis moneter 1997-1998 juga menyisakan catatan relatif bertahannya sektor pertanian. Sektor pertanian justru menampung kembali tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di perkotaan.
Menurut data BPS penjualan benih dan pot mengalami peningkatan masif sebesar 1.000 persen dari 100 ribu unit di masa sebelum pandemi menjadi 1,1 juta unit selama pandemi.
“Tampaknya peran sektor pertanian sebagai sektor penyangga (buffer sector) di masa krisis terulang kembali pada resesi dunia dan pandemi Covid-19 yang masih kita alami hingga saat ini,” katanya.