JAKARTA (Independensi.com) – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia di wilayah prasejahtera telah dilakukan sejak 2006. Kontribusi tersebut dilakukan dengan program-program pembinaan yang adaptive/agile, innovative dan impactful (berdampak) berbasis pada empat pilar pola pembinaan yaitu akademik, seni budaya, karakter dan kecakapan hidup.
Terkhusus pilar Kecakapan Hidup, merupakan program yang diselenggarakan dengan basis Local Wisdom (Kearifan Lokal), dimana kekayaan budaya lokal yang dikembangkan menjadi suatu aktifitas yang dapat dilestarikan, dikembangkan dan menjadi suatu kegiatan keekonomian daerah tersebut.
Sejak 2007, Seni atau budaya batik yang ada di wilayah binaan di kecamatan Gedangsari, kab Gunungkidul, Yogyakarta telah diterapkan sebagai kegiatan untuk menanamkan cinta seni batik melalui kegiatan ekstra kurikuler yang saat ini juga telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dijadikan sebagai Mata Pelajaran Mulok (Muatan Lokal). Batik karya para siswa binaan memberikan nilai cerita dibalik motifnya.
Perkembangan perbatikan oleh para siswa menjadi penting dan strategis dalam upaya pelestarian budaya ataupun kearifan lokal dalam hal menyiapkan generasi muda sebagai bagian regenerasi pembatik di daerah Gunungkidul khususnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya. Dan dalam hal ini pula, YPA MDR membentuk “Komunitas Pembatik Cilik” yang terdiri dari siswa pilihan lintas sekolah binaan di Kecamatan Gedangsari sebagai upaya nyata dalam memfasilitasi siswa untuk mengekspresikan diri, meningkatkan kreativitas dan kecakapan hidup, serta melestarikan identitas budaya batik sejak dini.