JAKARTA (Independensi.com) – Di tengah era digital serba online dan dunia mengampanyekan ‘zerro paper’ atau nol penggunaan kertas, Astragraphia bekerjasama dengan Fuji Xerox dengan optimistimenya meluncurkan printer produksi terbaru, Iridesse™ Production Press, Kamis (25/1/2018).
Dalam peluncurannya, Astragraphia juga menggandeng komunitas Sastra Lintas Rupa, sekelompok insan muda kreatif yang menerjemahkan arsip-arsip karya sastra ke dalam media visual.
Ferdinand Antonika, Grafik Communicator Services PT Astra Graphia Tbk menjelaskan Iridesse sebuah printer high-end untuk kalangan profesional, produksi terbaru dengan print engine enam warna yang mampu mencetak warna-warna spesial termasuk metalik dengan metode single pass. Tambahannya menggunakan dua dry ink spesial warna emas, silver, bening, dan putih.
Sasaran perusahaan, lanjutnya, adalah para pelanggan yang telah mengunakan produk-produk mereka sebelumnya. Menurutnya hal itu merupakan sektor baru dari komersial printing, dan perusahaan grafikal di Indonesia juga ingin beralih ke digital.
“Kami juga sudah koordinasi kepada para pewarta foto bagaimana kualitas foto dengan menggunakan Iridesse,” ungkapnya, dalam jumpa pers, di kantor Astragraphia, Kamis.
Terkait penjualan, Ferdinand mengatakan mesin dengan harga berkisar hingga Rp4-4,5 miliar, tidak memiliki target penjualan yang muluk, yaitu hanya akan dilepas sebanyak 10 unit ke pasar pada tahun ini.
Sastra Lintas Rupa
Mendukung komunitas tersebut, Astragraphia mencetak kartu pos dengan visualisasi dari karya sastra arsip tahun 1945. “Penjualan ini nantinya akan dialokasikan untuk pengelolaan Gedung Arsip HB Jassin,” ujar Garyanes Yulius, salah satu pendiri Komunitas Sastra Lintas Rupa.
Garyanes Yulius yang juga seorang desainer grafis muda berbakat, pemerhati karya sastra angkatan 45 mengatakan dunia percetakan (printing) banyak keterkaitannya dengan industri kreatif. “Kalau kita bicara kegiatan cetak mencetak yang statis, mungkin pemakaian ‘papper’ sering terjadi. Tapi ini industri kreatif seni rupa. Kreativitas itu tak terbatas,” ujarnya.
Menurutnya, penduduk Indonesia di usia kreatif sangat besar jika dikalikan maka jumlah cetakan masih bertumbuh. Konsumsi kertas di regional Asia masih tetap bertumbuh sampai saat ini.
Ia menambahkan optimistis lewat komunitas Sastra Lintas Rupa dapat memecahkan masalahan sosial yaitu pengelolaan arsip yang mulai terbengkalai. “Kami berusaha memikirkan bagaimana membuat tren visual dari karya sastra supaya tetap populer dan dilestarikan masyarakat,” pungkasnya. (eff)