Ketika Warga Sumut Mendamba Pemimpin Bersih, Visioner dan Merakyat

Loading

IndependensI.com– Mencari pemimpin yang bersih, visioner dan dekat dengan rakyat tidak semudah membolak-balik telapak tangan. Banyak yang ingin menjadi pemimpin, namun tidak memenuhi kriteria di atas.

Ada pemimpin yang terpilih karena menggunakan politik uang, sehingga ketika berkuasa merasa semua bisa didikte, termasuk rakyat. Kalau butuh dukungan rakyat maka pemimpin itu akan berpura-pura pro rakyat dan menggulirkan dana atau proyek pro  rakyat, setelah tujuannya tercapai, maka rakyat ditinggal lagi sampai suatu saat nanti dibutuhkan lagi, lalu mendekat lagi kepada rakyat.

Itu merupakan gambaran atau tipe pemimpin masa lalu. Sebagian besar pemimpin masih memerankan diri sebagai pemimpin yang menjaga jarak dengan rakyat, merasa pintar  dan merasa sebagai penguasa. Maka tidak heran kalau ada pemimpin yang jarang turun ke bawah, jangan turun bertemua dengan rakyat. Kalau pun ada hanya sebatas pencitraan belaka.Selebihnya asyik dengan kepentingan sendiri, kelompok dan kepentingan melanggengkan kekuasaan dengan merampok uang rakyat.

Di Sumatera Utara pemimpin terlibat korupsi, sehingga masyarakat sampai muak melihat pemimpin. Wajar jika dalam dua periode lalu tingkat golput setiap kali pilkada sangat tinggi. Apalagi calon pemimpin yang tampil tidak memberi harapan?

Sepuluh tahun lamanya masyarakat Sumatera Utara merindukan pemimpin yang bersih dan bebas dari korupsi. Sepuluh tahun masyarakat Sumatera Utara merindukan sistem pemerintahan yang peduli dengan masyarakat. Dua priode gubernur Sumatera Utara menjadi langganan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan selama itu pula Sumatera Utara menjadi Provinsi yang terkorupsi di Indonesia.

Wajar jika situasi ini menimbulkan  kejenuhan berat yang dirasakan oleh masyarakat Sumatera Utara. Masyarakat sudah pada titik pesimistis tingkat dewa. “Lebih baik tidak memilih dari pada melahirkan pemimpin yang korupsi”.  Ini lah kata – kata yang sering diucapkan oleh masyarakat Sumatera Utara.

Karenanya ketika Pilkada serentak 2018 digelar tahun ini, masyarakat mencoba kembali melihat siapa bakal calon pemimpin yang bakal tampil di Sumatera Utara. Apakah figur yang bersih, visioner dan peduli dengan rakyat. Bagaimana dengan calon-calon yang akan tampil di Pilkada 2018 ini. Inilah yang kini sedang diterawang oleh masyarakat Sumatera Utara.

Ada tiga pasang calon Gubernur Sumatera Utara yang akan berkontestasi yakni Eddy Rahmayadi- Rajekhsyah, JR Saragih-Selian dan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Pangihutan Hamonangan Sitorus.

Dalam artikel  ini, kami akan membahas tentang pasangan  DR. H Djarot Sayful Hidayat,MS dan wakilnya DR. Sihar Pangihutan Hamonangan Sitorus Pane, BSBA, MBA. Bagaimana harapan masyarakat terhadap pasangan ini ketika bertarung merebut tahta tertinggi di Sumatera Utara.

Apa harapan masyarakat terhadap pemimpin Sumut, terutama pasangan Djarot-Sihar? Ini yang ingin kami coba gambarkan dari  di tengah – tengah masyarakat, terutama ketika mereka menyapa masyarakat seperti di Pasar Raya MMTC.

Terlihat dari antusiasnya masyarakat Pasar Raya MMTC Jumat 26 Januari 2018 pukul 07.00 WIB saat Cawagub Sihar Sitorus melakukan blusukan. Ratusan warga baik pedagang atau pun pengunjung di Pasar Raya MMTC menyambut kedatangan Sihar Sitorus.

Sihar Pangihutan Hamonangan Sitorus foto bersama dengan para pedagang di sebuah pasar tradisional

Bukan hanya masyarakat saja, Sihar juga dengan tanpa canggung dan ragu – ragu menyapa masyarakat dengan akrab dan penuh dengan rasa kekeluargaan.
Bapak 2 orang anak ini melakukan diskusi dan berinteraksi dengan masyarakat, serta mendengar keluhan satu per satu dari masyarakat yang datang. Bahkan karena keramahannya, tanpa canggung masyarakat memeluk dan berphoto ria dengan beliau.
Masyarakat berharap ada perubahan yang besar di Sumatera Utara dari segala lini, khususnya bagi para pedagang, untuk lapangan pekerjaan, untuk kesehatan dan pendidikan.

“Kami berharap adanya bantuan yang kongkrit dari pemerintah, kayak kami pedagang dan sekaligus petani. Tolong dibuatkan pabrik olahan untuk jeruk di Berastagi agar para petani tidak rugi. Karena jeruk – jeruk yang kecil – kecil banyak terbuang, padahal secara kualitas bagus. Selain itu juga bisa buka lapangan pekerjaan baru untuk anak – anak muda. Dan juga kwalitas pupuk yang bagus, jangan ada pupuk yang oplosan” kata Ibu Tarigan pedagang buah sekaligus petani dari Berastagi.

Mereka juga minta bantuan modal dengan bunga yang rendah. Bantuan modal bunga rendah menjadi prioritas yang disampaikan oleh para pedagang. Para pedagang mengeluhkan tidak adanya modal yang bunga rendah mereka terima, sehingga banyak dari mereka harus meminjam dari para rentenir dengan bunga 10 – 30 % dari modal dasar yang mereka terima.

“Kami juga berharap adanya bantuan modal dari pemerintah dengan bunga yang rendah, sehingga kami tidak bingung dengan modal, karna banyak dari kami yang meminjam uang dari para rentenir. Udah bunganya besar kasar – kasar pula mereka minta. Pada hal pendapatan kami per hari rata – rata Rp 200.000,-. Sudah bayar tempat per hari Rp 100.000,-, makan kami belum lagi upah pekerja. Apa lagi lah yang kami bawa pulang,” tambah ibu Tarigan.

Selain itu, biaya pendidikan, biaya kesehatan serta tempat tinggal yang memadai menjadi harapan yang paling besar diinginkan oleh para pedagang. “ Kami lihat sosok dari pak Sihar yang ramah, bersahabat dan ganteng mudah – mudahan kalau Tuhan berkehendak menjadi Wakil Gubernur Sumatera Utara. Harapan kami kepada pak Sihar kalau nanti jadi jangan lupa dengan kami orang kecil ini. Bisa dibantu dari biaya pendidikan yang murah, biaya kesehatan juga dan sekaligus kalau bisa ada rusun yang murah dibuat untuk kami rakyat kecil ini” kata ibu Herlina Sinurat pedagang di Pasar Raya MMTC.

Seolah tak mau kalah ibu Lisa dan ibu anti juga memberikan masukan serta harapan untuk pasangan Djarot – Sihar yang diusung oleh koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).  “ Kami berharap pak Djarot – Sihar menang menjadi Gubernur Sumatera Utara, agar membawa perubahan yang besar di Sumatera Utara. Birokrasi yang cepat dan tanpa harus ada bmengeluarkan uang yang diluar jalur lagi.”

Usai menyapa pedagang dan masyarakat pengunjung di Pasar Raya MMTC, Sihar Sitorus melanjutkan minum bersama relawan di salah satu warung. Di warung tersebut Sihar memberikan waktu dan kesempatan kepada wartawan untuk mewawancarainya. Dengan ramah dan akrab kepada wartawan, Sihar Sitorus menjelaskan maksud dan tujuannya untuk berkunjung ke Pasar Raya MMTC.

“Kunjungan yang saya lakukan bertujuan untuk mendengar keluhan dari masyarakat dan pengunjung dari Pasar Raya MMTC, untuk mengumpulkan data primer dari para pedagang, ingin merasakan atmosfer perdagangan yang ada di Pasar Raya MMTC, sekaligus tatap muka dengan pedang agar masyarakat mengenal pasangan Djarot – Sihar,” kata Sihar Sitorus yang kelahiran 13 Juli 1968 ini.

“Ada mata rantai perdagangan yang harus dilakukan secara singkat sehingga biaya produksi pedagang lebih rendah dan pedagang mendapat keuntungan lebih besar. Selain itu fasilitas yang memadai juga harus diperhatikan. Kwalitas baik dengan harga yang terjangkau menjadi harapan dari para pedagang” tambah Sihar Sitorus.

Modal dengan bunga yang rendah menjadi masukan program kerja dari pasangan Djarot – Sihar ini. Pemberian modal yang bersahabat dengan jumlah nominal yang besar dan bunga yang lebih kecil sehingga para pedagang sanggup memutar modal dan menerima pemasukan yang cukup.

“Adanya program pendanaan yang bersahabat dengan jumlah nominal yang besar dengan bunga yang kecil sehingga para pedagang sanggup mengolah dan memutar modal yang mereka terima sehingga mereka dapat menerima pemasukan yang cukup untuk keluarga dan dapat mensejahterakan masyarakat.”

Sihar juga menyoroti tentang bagaimana pengelolaan di bidang pertanian dan transportasi serta infrastruktur yang belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat Sumatera Utara. “Pengelolaan tata ruang yang bagus untuk area pertanian, sehingga lahan pertanian dikhususkan hanya untuk pertanian bukan dicampur adukan, selain itu juga bibit serta pupuk yang berkwalitas. Selain itu juga transportasi yang memadai dan infrastruktur yang baik adalah faktor penunjang untuk perdagangan dan pertanian.”

“Pengelolahan limbah pasar juga harus kita pikirkan, dengan teknologi yang saat ini dari sampah juga kita dapat menghasilkan bio energy. Sehingga menjadikan kota Medan yang lebih bersih, lebih sehat dan bio energy yang memadai dari limbah sampah yang ada,”jelas Sihar Sitorus. (Carter Silverius Sitanggang)