JAKARTA (IndependensI.com) – Dalam rangka memperbaiki prestasi pertenisan nasional, Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) memakai pelatih asing asal Belanda, Frank van Fraayenhoven. Pelti memilih Frank karena merupakan salah satu tutor terbaik di ITF (International Tennis Federation). Pria bertubuh subur ini dikontrak selama dua tahun untuk membangun tenis Indonesia dari level terbawah.
“Frank akan memberikan pelatihan kepada petenis junior dan senior sekaligus pelatih. Tujuannya agar prestasi tenis dan kepelatihan agar bisa mencapai standar yang diharapkan. Dia akan memberikan program untuk para petenis dan kursus kepelatihan,” kata Ketua Umum PP Pelti, Rildo Ananda Anwar, Kamis (05/04/2018). Menurutnya, diharapkan Frank bisa mentransfer pengetahuan dan kepelatihan kepada para petenis serta pelatih, hingga mencapai target yang diberikan.
Lebih jauh Rildo mengatakan, Frank tetap diawasi untuk menjalankan tugasnya. Pelatih asing tersebut akan melakukan perjalanan keliling ke daerah. “Dia akan keliling ke beberapa kota di daerah untuk melakukan pelatihan dan berikan kursus kepelatihan di lapangan. Nantinya akan dievaluasi dari tim dari pembinaan dan prestasi,” imbuh Rildo yang juga Irjen Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu.
Menyoal persiapan Asian Games 2018, Rildo akan berkordinasi dengan tim pembinaan dan prestasi untuk memantau perkembangan petenis yang diturunkan ke ajang bergengsi antar negara-negara di Asia itu. Rildo juga meminta kepada Frank untuk turut memberikan kepelatihan menjelang Asian Games 2018 mendatang.
AS Terbuka
Sementara itu kesempatan yang sama, kekuatiran akan bermainnya petenis peringkat 50 besar dunia di arena tenis Asian Games mendatang, ditepis secara halus oleh delegasi teknis Dewan Olimpiade Asia (OCA) Shunmugam Uthrapathy. Pasalnya, ajang Asian Games bertepatan dengan berlangsungnya ajang grand slam Amerika Serikat (AS) Terbuka.
“Perhelatan Asian Games 2018 berlangsung satu hari sebelum babak kualifikasi AS Terbuka. Jadi, kemungkinan para petenis 50 besar dunia tidak bermain disini. Mereka lebih memilih grand slam yang ada poin untuk peringkat dunia,” kata Shunmugam. Selain itu, jarak Indoensia dengan Amerika Serikat dipastikan memberikan hambatan sendiri bagi kondisi fisik petenis.
Shunmugam mengatakan, Indonesia sebagai tuan rumah memiliki keuntungan tersendiri, yakni mendapat dukungan penuh dari publik sendiri. Untuk itulah potensi dari faktor nonteknis ini harus dimanfaatkan. “Masih ada peluang. Jangan putuskan harapan. Dukungan penonton tuan rumah jangan dilupakan. Pemain lokal harus diberi dukungan,” katanya.