Subur sedang menghibur anak-anak korban gempa Lombok di tenda pengungsian. (Foto: Dokumentasi)

Subur Mengubah Suasana Muram Menjadi Cerah-Ceria

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Bagi penggemar film televisi (FTV) dan Sinetron, pasti tidak asing lagi dengan lelaki paruh baya ini yang berwajah ‘sangat angker’ ini. Sebab, sungguhpun peran yang dimainkannya peran pembantu, namun acting lelaki paruh baya ini tidak kalah jika dibandingkan dengan pemeran utama dalam FTV dan Sinetron yang dibinganginya.

Uniknya, lelaki paruh baya yang bernama Subur Sukirman ini belajar seni peran secara otodidak. Ini terjadi pada era 1980-an di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (Bulungan).

Subur, panggilan akrabnya, sebagai kaum marjinal perantau asal Tegal, Jawa Tengah, ini ketika masih berusia belasan tahun hampir setiap sore singgah di Bulungan melihat anak-anak muda yang menjadi anggota Teater Lisendra dan Teater Bulungan berlatih.

Subur, yang awalnya hanya melihat orang berlatih teater, di kemudian hari bisa mempraktekkan ilmu yang dipelajarinya dari ‘melihat’ dan ‘mendengar’ itu.

Hasilnya sangat luar biasa, karena sebagai otodidak sejati dalam dunia seni peran, Subur, bersama Teater SAE yang dipimpin dan disutradarai oleh Boedi S Otong, pada era 1990-an pernah keliling di beberapa negara Eropa — sebuah pencapaian prestasi yang belum pernah dirasakan oleh para seniornya di komunitas teater yang bermarkas dan berlatih di Bulungan.

Subur di dapur umum.

Cukup lama penulis tidak mendengar kabar tentang keberadaan lelaki paruh baya ini. Namun, dua hari lalu tiba-tiba Subur menyapa penulis melalui WA. Biasa, lelaki paruh baya itu lebih suka menyapa dengan bahasa Jawa ‘ngapak-ngapak’.

Penulis segera mengenalinya, karena Subur adalah satu-satunya anggota WAG Teater yang selalu menggunakan bahasa ‘serumpun’ dengan penulis.

Yang mengejutkan, ketika ditanya sedang berada di mana, lelaki paruh baya ini justru membalas dengan menayangkan tampilan sebuah alamat di daerah gempa di Lombok melalui Google Maps.

Subur tidak menyebutkan bakal berapa lama berada di Lombok bersama teman-temannya. Yang jelas, sebagaimana warga negara Republik Indonesia yang sangat peduli dengan gempa di Lombok, kehadiran Subur dan teman-temannya sangat diappresiasi oleh warga di sana.

Menyerahkan bantuan untuk korban gempa Lombok.

Bukan kali ini saja Subur hadir di daerah bencana. Karena, pada saat terjadi bencana tsunami di Aceh beberapa tahun lalu pun hadir di Bumi Serambi Mekkah yang tengah tertimpa benaca tersebut.

Dan, “action” Subur di daerah bencana bukan untuk mencari sensasi atau popularitas. Dia berada di sana karena dia memang sangat peduli terhadap sesama yang sedang mengalami ujian atau pencobaan dari Allah SWT.

Hadir bersama teman-temannya di daerah bencana dengan membawa bantuan untuk para korban, Subur pun dengan suka rela membantu apa saja yang bisa dia kerjakan di daerah bencana: dari membantu memasak di dapur umum, membantu surveyor menelusuri daerah yang belum ditangani oleh tenaga medis hingga menghibur anak-anak korban bencana yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.

Dan, berbagi memberi penghiburan kepada para korban (trauma healing) — sesuai dengan kapasitasnya sebagai aktor — baginya memberi kebahagiaan yang tidak ternilai harganya.

Subur yang penampilan kesehariannya ini sangat low profile, sama sekali tidak mencerminkan kalau dia adalah seorang aktor. Bahkan saking sederhananya penampilannya, dia pernah disuruh mengambilkan minuman oleh seorang pemain, dalam sebuah judul FTV yang dibintanginya.

Pemain FTV tersebut mengira Subur adalah unit yang bertugas membantu para pemain mengambilkan atau membuatkan minuman.

Dan, alangkah terkejutnya pemain tersebut, ketika sutradara memberi aba-aba pengambilan gambar akan dimulai, lawan mainnya adalah Subur — orang yang sebelumnya disuruh mengambilkan minuman.

Aktor yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek online (tentu saja bila tidak ada pekerjaan shooting), yang memiliki kelebihan bisa cepat akrab bila bergaul dengan anak-anak ini, kehadirannya di tengah-tengah para pengungsi korban bencana gempa di Lombok, mengubah suasana muram menjadi cerah ceria.

Dan, dalam kehidupan sehari-hari, Subur memang sangat dekat dengan anaknya. Sebagai seorang ayah, dia pun sangat peduli terhadap pendidikan putra-putrinya. Paling tidak, dalam segala keterbatasan yang dimilikinya, Subur berhasil menghantarkan putrinya menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia. Bur, maju terus!!

(Toto Prawoto)