MOROWALI (IndependensI.com) – Menko Maritim Luhut Pandjaitan saat berkunjung ke kawasan IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) mengadakan pertemuan makan malam dengan investor/calon investor dari Cina yang berpartisipasi dalam mengembangkan kawasan industri ini pada hari Kamis (10-1-2019). Di depan para hadirin, Menko Luhut mengatakan bahwa pemerintah sangat mendorong upaya pengembangan kawasan industri ini tetapi ada syarat yang tidak boleh diabaikan.
“Pemerintah akan membantu agar ini bisa dikembangkan menjadi kawasan ekonomi khusus tetapi syaratnya, Anda harus menggandeng partner lokal. Hal ini tidak boleh ditawar. Tentunya kerjasama itu harus menguntungkan kedua belah pihak,” tegasnya.
Menko Luhut mengungkapkan keinginan pemerintah untuk mendekatkan industri hulu ke hilir dalam satu kawasan sehingga impor bisa dikurangi. “Kalau sekarang di wilayah ini produk yang dihasilkan sudah sampai carbon steel (baja karbon) kami berharap nanti akan dihasilkan juga produk turunan lainnya. Begitu juga dengan baterai, dari industri hulu hingga produk akhirnya bisa dikerjakan di sini,” ujarnya.
Menko Luhut menyarankan produk baterai yang dihasilkan nantinya difokuskan pada baterai untuk sepeda motor, lalu baterai untuk kendaraan umum baru setelah itu baterai untuk kendaraan pribadi.
Kerjasama dengan partner lokal bukan saja di bidang industri, menurut Menko Luhut Universitas Tsinghua dari Beijing telah menyatakan keinginan mereka untuk mendirikan pusat riset di Morowali dan tentunya akan bekerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia seperti ITB, atau perguruan tinggi Indonesia lainnya.
Pada kesempatan itu hadir Direktur Utama PT Inalum, Budi Sadikin, perusahaan yang menurut Menko Luhut bisa menjadi partner lokal para investor, hadir juga Maniwanen CEO dari Busana Aparel Grup yang mewakili sektor swasta dan berbicara tentang prospek bisnis di Indonesia dan aktivis reformasi Hariman Siregar.
Mr. Maniwanen mengatakan industri-industri di Indonesia yang membutuhkan stainless steel selama ini masih impor untuk memenuhi kebutuhan mereka, jadi dengan adanya stainless steel yang dihasilkan di kawasan IMIP ini, menurutnya, pasti akan bisa diserap oleh industri dalam negeri karena bisa menghemat biaya transportasi bahkan bisa memunculkan industri-industri hilir yang baru. Mr. Manimawen mengatakan sektor swasta siap bekerja sama dengan kawasan industri ini. Pertemuan ini diikuti oleh Mr. Xiang Guangda, Presiden Direktur Tsingshan Group, Mr. Xu Kaihua, Presiden Direktur Gelinmei, Mr. Li Changdong, Presiden Direktur CATL, Mr. Chen Xuehua, Huayou, Direktur dari BRUNP Recycling dan perwakilan perusahaan Jepang Mr. Hironari Furukawa, Presiden Hanwa.
Mereka menyatakan komitmennya untuk bermitra dengan perusahaan indonesia, membawa teknologi terbaru serta menjaga dan memelihara lingkungan hidup sekitar dari pencemaran.
Tenaga Kerja Asing
Setelah pertemuan, Mr. Maniwanen mengatakan kekagumannya pada kawasan industri ini. “Secara biaya, kawasan ini sangat efisien otomatis biayanya bisa dihemat banyak. Setelah berkeliling tadi, saya tidak percaya akan pernyataan orang yang mengatakan ini bentuk invasi Cina, tidak ada itu. Mereka datang ke sini membawa modal.
Tenaga kerja asing yang dari Cina itu datang ke sini kan gajinya dua kali atau tiga kali lipat. Mereka tinggalkan keluarga di sana untuk datang ke sini. Pasti perusahaan juga tidak mau berlama-lama memperkerjakan orang asing ini,” katanya. Ia yakin tenaga kerja asing tersebut tidak akan selamanya di Indonesia.
Hariman Siregar mengatakan hal yang sama. “Para pengusaha itu pasti tidak akan lama memperkerjakan mereka di sini. Ongkosnya terlalu mahal untuk mereka. Hal-hal seperti ini tidak perlu dipolitisasi,” ujarnya.
IMIP mengatakan dari 30.028 tenaga kerja di sana, ada 3.100 tenaga kerja asing dengan masa kontrak paling lama tiga tahun.