KALIMANTAN BARAT (Independensi.com) – Pandemi virus Covid-19 hingga kini masih sangat marak namun tidak menjadi halangan yang mematahkan semangat para petani dalam melaksanakan panen raya yang diprediksi akan mencapai puncak panen pada bulan April ini. Di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), panen musim tanam pertama (MT I) masih berlangsung hingga pada bulan Mei dengan luas tanam mencapai 190.344 Ha.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum mengatakan jika panen raya di Provinsi Kalbar sudah berlangsung dari bulan Februari di beberapa kabupaten dan saat ini panen raya padi masih akan terus berlangsung hingga bulan berikutnya.
“Sesuai perhitungan yang sudah kami buat dilapangan bahwa panen di bulan Maret kemaren ada seluas 118.389 hektar,” kata Florentinus di Pontianak, Minggu (19/04).
Ia juga menuturkan panen pada bulan April 2020 mencapai luas tanam 66.959 Ha dan pada bulan Mei mencapai 4.996 Ha. Panen raya padi ini dilaksanakan di 14 kabupaten/kota yakni kabupaten Sambas, Bengkayang, Landak, Mempawah, Sanggau, Ketapang, Sintang, Kapuas Hulu, Sekadau, Melawi, Kayong Utara, Kubu Raya, Kota Pontianak dan kota Singkawang.
“Ditengah pandemi ini, para petani tetap semangat melakukan panen namun tidak lupa sesuai protokol Covid-19 yang sudah dianjurkan pemerintah,” cetusnya.
Florentinus juga mengatakan panen raya Provinsi Kalbar merupakan panen dari padi ladang dan padi sawah. Seperti di Desa SB Kolam Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas pada bulan Maret lalu sudah panen seluas 20.366 Ha dan pada bulan April seluas 6.357 Ha.
“Produksi pertanian tidak boleh berhenti dan terus berjalan karna pertanian apalagi saat keadaan pandemi ini menjadi ujung tombak pangan. Bersama petani Kalbar, kami akan terus tingkatkan produksi,” jelasnya.
Dikesempatan terpisah, Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan panen raya akan berlangsung April dengan luas panen sekitar 1,73 juta hektar (ha). Karena itu pemerintah akan mengantisipasi jangan sampai harga gabah di tingkat petani jatuh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).
“Kita pemerintah, sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo supaya mengantipasi dan melakukan stabilisasi harga jangan sampai harga gabah di bawah HPP atau mempertahakan harga sama dengan Maret, karena berdampak pada nilai tukar petani,” terangnya.
Dari hasil pemantauan tersebut diakui, memang terkonfirmasi terjadi panen raya di beberapa daerah. Ciri-ciri lain panen raya itu adalah harga gabah mulai turun. Pada Maret lalu harga gabah Rp 4.760/kg. Bahkan di beberapa kabupaten harga gabah petani sudah di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
“Karena itu pemerintah melakukan intervensi dan upaya untuk stabilisasi harga saat panen padi ini,” sebut Suwandi.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sudah mengeluarkan Permendag No. 24 Tahun 2020 tentang tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras. Permendag tersebut dikeluarkan pada 16 Maret dan berlaku mulai 19 Maret 2020.
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2020 sebagai kementerian teknis yang mengatur harga pangan. Berdasarkan aturan itu, HPP Gabah Kering Panen (HPP GKP) di tingkat petani naik menjadi Rp 4.200/kg dan di penggilingan menjadi Rp 4.250/kg. Sementara, HPP GKG (gabah kering giling) juga naik menjadi Rp 5.250/kg di tingkat penggilingan dan Rp 5.300/kg di gudang Perum Bulog. Harga beras di gudang Bulog juga naik menjadi Rp 8.300/kg.
“Salah satu solusi Kementan yakni sesuai pesan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo adalah melalui Kostraling (Komando Startegi Penggilingan Padi, red) melalui pendekatakan KUR (Kredit Usaha Rakyat, red),” tukas Suwandi.