Aries berkarya di ruang tamu rumahnya yang diubah menjadi studio.

Stroke Mengubah Kebiasaan Aries Tanjung

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Di kalangan ilustrator, nama Aries Tanjung sangat familier. Suami Jeng Rini, yang akrab disapa dengan panggilan akrab Aries, ini lahir pada 10 April 1959. Dan, pasutri Aries-Rini, yang tinggal di perumahan Bintaro Jaya tersebut dikaruniai dua orang anak perempuan. Putri pertama mereka berdua, bekerja sebagai reporter berita di sebuah stasiun televisi swasta ternama. Sedangkan putri kedua Aries dan Rini, yang kuliah di sebuah universitas ternama di Jatinangor, Subang – Jawa Barat, berhasil meraih gelar sarjana pada 2019 lalu.

Aries belajar melukis secara otodidak. Seperti halnya anak-anak remaja yang masih duduk di bangku SLTA, pada era 1970-an Aries tercatat sebagai anggota Sanggar Garajas.

“Setelah gabung di Sanggar Garajas, saya mulai memahami arti komposisi warna dalam arti yang sebenarnya,” ujarnya.

Seperti diketahui pada era 1970-an (Sanggar Garajas berdiri pada Juli 1974) ketika media massa cetak seperi surat kabar dan majalah sangat dominan menguasai “pasar” informasi sekaligus literasi, banyak sket dan ilustrasi karya anak-anak remaja Sanggar Garajas tampil menghiasi halaman seni & budaya dan rubrik cerita pendek serta cerita bersambung di majalah. Tak hanya sket dan illustrasi bahkan ada juga yang membuat kartun – baik tunggal maupun strip kartun.

Uniknya, anak-anak remaja yang tergabung di Sanggar Garajas rata-rata bisa dibilang multi talenta. Pasalnya, selain mereka bisa membuat sket, illustrasi dan melukis, mereka juga piawai membuat kartun. Bahkan ada juga yang menjadi pemain dan sutradara teater sekaligus.

Tapi, hidup memang harus memilih. Dan, Aries pun akhirnya memilih jalur sebagai pelukis. Tentu, sebagai anak Sanggar Garajas, Aries juga aktif mengikuti pameran bersama yang diselenggarakan Sanggar Garajas. Bahkan dia pun nyaris tidak pernah absen mengikuti lomba lukis tingkat SLTA yang diselenggarakan di DKI Jakarta ataupun di tingkat Nasional.

Lukisan berjudul New Normal karya terbaru Aries Tanjung

Setelah lulus SLTA, Aries melanjutkan kuliah ke Akademi Grafika yang berlokasi di Jalan Melawai Raya Blok M Kebayoran Baru Jakarta Selatan. “Tapi tidak selesai dan akademi tempat saya kuliah pun sudah bubar,” tukasnya sambil tertawa.

Dengan modal kemampuannya melukis dan pernah mengenyam pendidikan khusus di bidang grafika, Aries bekerja di Gramedia Group hingga pensiun.

Tapi, sebelum memasuki masa pensiun – sekitar lima tahun yang lalu – Aries terkena stroke. Walaupun demikian – ketika proses recovery tengah berjalan – Aries berhasil menyelesaikan masa tugasnya di tempat dia bekerja.

Kini ayah dari dua orang anak ini melakoni hidupnya dengan semangat yang dapat menginspirasi banyak orang.

Pasalnya, dengan tetap #dirumahsaja dia tetap produktif berkarya. “Tapi… saya harus megubah kebiasaan. Kalau sebelum terkena stroke saya melukis dengan tangan kanan, sekarang saya melukis dengan tangan kiri,” katanya.

“Awalnya saya merasa nggak nyaman. Tapi, saya terus mencoba dan mencoba lagi .. akhirnya saya menjadi terbiasa – termasuk terbiasa kalau saya menerima duit he he he…,” tambahnya sambil bergurau.

Lebih jauh Aries mengungkapkan bahwa selain dia tak ada putus-putusnya senantiasa bersyukur kepada Tuhan yang Mahakuasa, dia juga bersyukur karena Jeng Rini dan kedua anaknya selalu menyemangati hidupnya. “Di samping istri dan anak-anak, banyak juga teman-teman dan sahabat-sahabat yang selalu mensupport saya. Bahkan ada sahabat karib saya yang sering berkunjug ke rumah saya dan dia bilang bahwa kalau kita taat dan percaya, Tuhan yang Mahakuasa akan membukakan jalan..,”  kata Aries tanpa menyebut nama seorang sahabatnya itu.

Dengan tangan kirinya Aries berkarya

Kebiasaan – tepatnya perubahan yang sekarang dirasakannya – Aries berkarya di lantai atas rumahya pun berubah.

“Lantai atas yang dulu saya jadikan sebagai studio dan tempat sata shalat, sekarang pindah ke ruang tamu… Itu dilakukan atas inisiatif istri dan anak-anak… Maksudnya memang terlalu berisiko kalau saya yang sekarag dalam keadaan seperti ini, naik turun ke lantai atas… Jadi, mohon maaf kalau ruang tamu saya sekarang beralih fungsi sebagai studio,” katanya.

Menurut Aries kebiasaan yang belum berubah adalah kebiasaan yang dilakukan oleh isteinya. “Dulu istri saya baru istirahat setelah saya pulang kerja .. Maklum sebagai orang media saya kan sering pulang larut malam .. Nah, sekarang kebiasaan tersebut terulang kembali. Istri saya baru beristirahat tidur kalau Kakak (panggilan akrab putri sulungnya yang bekerja di sebuah televisi swasta ternama. Pen). pulang tugas liputan…,” katanya.

Sebagai insan pers, Aries mempunyai pengalaman yang sampai kapan pun tidak bisa dia lupakan.

Apa itu?

“Saya pernah diminta menggantikan rekan kerja saya Rudy Badil, utuk menjadi juri lomba lawak. Waktu itu yang menjadi juri selain saya – dari unsur media – ada yang dari lingkungan kampus – sosiolog yang saya lupa namanya, juga ada S Bagio.”

“Namanya juga lomba lawak… pastilah semua peserta coba tampil se-optimal mungkin… se-lucu mungkin.”

“Nahhhh, pas ada salah seorang yang tampil lebih lucu daripada yang lainnya, saya tertawa… Tapi, apa yang terjadi setelah itu? Sebelum rapat juri dimulai, Bagio menghampiri saya dan berkata: Dik… sebagai juri lawak, kita nggak boleh tertawa biarpun yang tampil di panggung itu lucu…”

“Sebagai rasa hormat saya kepada Bagio – pelawak senior dan terkenal pada jamannya, saya mengiyakan.”

“Tapi, dalam perjalanan kembali ke kantor saya berpikir, ada orang melawak dan lawakannya lucu, kok saya ditegur tidak boleh tertawa dan lucunya yang menegur saya adalah seorang pelawak senior yang setiap tampil di paggung hiburan dan layar televisi selalu lucu…”

“Jadi, menurut saya, itu adalah pengalaman hidup yang sangat lucu sekali ha ha ha…,” ujarnya. (Like Wuwus)