Foto bertanggal 25 Desember 2017 ini memperlihatkan bendera Guatemala terpasang di depan gedung kedutaan besarnya di Herzliya, Israel. (AFP)

Guetemala Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Presiden Guatemala Jimmy Morales mengumumkan rencana pemindahan kedutaan besarnya di Israel dari Herzliya ke Yerusalem. Dia mengatakan negaranya siap mengikuti langkah kontroversial Presiden AS Donald Trump.

Morales menulis pesannya untuk rakyat Guatemala di laman Facebook-nya, Minggu (24/12/2017), yang mengatakan bahwa dia sudah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Topik paling penting yang dibahas dalam pembicaraan itu adalah memindahkan kedutaan besar Guatemala ke Yerusalem.

“Maka dari itu saya menginformasikan kepada kalian bahwa saya sudah memerintahkan kementerian luar negeri… untuk mewujudkan hal ini,” kata Morales.

Presiden Guatemala Jimmy Morales saat berbicara di depan Sidang Umum PBB di New York, 19 September 2017.

Pada Senin (25/12/2017), Kementerian Luar Negeri Guatemala mengatakan sudah mulai menjalankan perintah tersebut.

“Kementerian Luar Negeri menerima instruksi presiden dan langsung memulai proses penerapan kebijakan luar negeri ini,” kata lembaga itu dalam pernyataannya.

Pemimpin Guatemala mengumumkan pemindahan kedutaannya di Malam Natal, hanya tiga hari setelah dua pertiga anggota PBB menolak keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Netanyahu memuji keputusan Guatemala dengan mengatakan negara itu tidak akan menjadi satu-satunya yang mengikuti jejak Washington.

“Negara lain pasti akan mengakui Yerusalem dan mengumumkan pemindahan kedutaan besarnya. Sekarang sudah ada negara kedua dan saya ulangi: akan ada yang lain. Ini baru awal dan ini penting,” kata Netanyahu dalam pernyataannya.

Deputi Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Hotovely, mengatakan di radio setempat bahwa “kami sudah menjalin komunikasi dengan setidaknya 10 negara, beberapa di antaranya negara Eropa” tentang kemungkinan pemindahan kedutaan ke Yerusalem.

“Jadi yang kita saksikan sekarang baru permulaan,” kata Hotovely.

 

Palestina Mengecam

Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam langkah Guatemala.

“Tindakan yang memalukan dan ilegal yang amat bertentangan dengan keinginan para pemimpin gereja di Yerusalem” dan resolusi Sidang Umum PBB yang mengecam pengakuan AS, kata kementerian itu dalam pernyataannya.

Sebanyak 128 negara memilih tetap mempertahankan konsensus internasional tentang status Yerusalem yang hanya bisa diputuskan lewat perundingan damai antara Israel dan Palestina.

Hanya delapan negara yang bersama Amerika Serikat memilih tidak terhadap resolusi itu, antara lain Guatemala dan Honduras.

Keputusan dua negara Amerika Tengah itu mendukung AS tidak mengejutkan. Sebab Guatemala dan Honduras selama ini mengandalkan bantuan “Paman Sam” untuk mendanai keamanannya dalam menghadapi kelompok penjahat.

Kedua negara itu belum lepas dari belitan maraknya tindak kekerasan, korupsi, dan kemiskinan. Guatemala, Honduras, dan juga El Salvador adalah sumber utama pendatang ilegal ke AS. Untuk membantu tiga negara tersebut, AS mengucurkan dana hingga US$750 juta.

 

Guatemala Pro-Israel

Morales, sama seperti Trump, adalah entertainer televisi yang tidak punya pengalaman politik sebelum menjadi presiden Guatemala sejak 2016.

Pada Jumat (22/12/2017), dia sudah menyiratkan keputusan mengakui Yerusalem saat membela pilihan perwakilan negaranya di PBB yang mendukung AS.

“Guatemala secara historis memang pro-Israel. Dalam 70 tahun hubungan, Israel selalu menjadi sekutu kita,” kata Morales di Guatemala City.

Trump mengancam akan memangkas bantuan terhadap negara=negara “yang menerima uang kami tapi menentang kami.”

Duta besar AS di PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa negaranya sudah mendata negara mana saja yang menentangnya, dan Trump mengancam akan memangkas bantuan terhadap negara=negara “yang menerima uang kami tapi menentang kami.”

Beberapa negara sekutu AS memilih abstain, antara lain Australia, Kanada, Meksiko, dan Polandia.

Negara lain seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Korea Selatan termasuk yang menentang pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Negara yang mendukung AS bersama Guatemala dan Honduras adalah Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Palau, Togo, dan tentu saja Israel.

Terkait keputusan Trump, Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan tidak akan lagi menerima rancangan perdamaian apa pun yang diajukan AS.