JAKARTA (Independensi.com) – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (25/1/2018) pagi, bergerak menguat sebesar 52 poin menjadi Rp13.262 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.314 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa fundamental ekonomi nasional yang kuat pada 2018 ini membuat pergerakan rupiah mampu kembali mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
“Sentimen dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang optimistis terhadap pertumbuhan ekonmi nasional tahun ini mencapai 5,4 persen menjadi salah satu faktor yang mendorong rupiah terapresiasi,” kata Reza.
Ia menambahkan bahwa mata uang rupiah juga dimungkinkan bergerak positif seiring masih adanya pelemahan pada pergerakan dolar AS di pasar global menyusul kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump yang proteksionis.
“Adanya kekhawatiran pasar terhadap kebijakan proteksionis ekonomi Amerika Serikat memberikan dampak pada pelemahan dolar AS,” katanya.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan rupiah masih melanjutkan apresiasinya ditopang naiknya harga komoditas ekspor seperti batubara dan nikel dalam beberapa waktu terakhir.
Di sisi lain, lanjut Ahmad Mikhail, apresiasi rupiah juga terbantu menyusul beberapa sentimen negatif masih membayangi dolar AS, diantaranya belum disahkannya anggaran pemerintah Amerika Serikat untuk tahun 2018 oleh senat, serta kemungkinan lebih cepatnya normalisasi kebijakan moneter di Eropa oleh bank sentral Eropa (ECB). (ant/eff)