JAKARTA (IndependensI.com) – Ade Armando menyebut bahwa media Islam dakwahmedia.com menyebarkan kebohongan dalam pemberitaan. Pertemuan antara dirinya dengan Jawara Bekasi Damin Sada pada Sabtu (14/04/2018) berjalan dengan baik dan berlangsung secara damai.
“Pertemuan saya dengan Damin sendiri berjalan baik. Sayangnya karena pihak kepolisian meminta kami tidak merekam pertemuan, saya tidak bisa mempublikasikan rekaman dialog saya yang penuh persahabatan itu. Sayangnya, niat baik saya dan Damin ini diganggu oleh kelompok-kelompok yang rupanya tidak terima kalau kami ternyata memilih dialog damai,” kata Ade, Minggu (15/04/2018) dalam akun Facebooknya.
Ia menyebutkan salah satunya adalah media online bernama dakwahmedia.com. “Media yang mengklaim memiliki misi ‘menebarkan Islam Rahmatan lil alamin’, ini ternyata terus memprovokasi umat Islam dengan menyebarkan kebohongan. Media ini bahkan melakukan kebohongan tentang Damin,” ujarnya.
Ini serangkaian provokasi dan kebohongan yang disebar dakwahmedia.com:
1. Saya disebut bertekuk lutut. Di mana letak saya bertekuk lutut? Saya memiliki rekaman percakapan (audio) kami. Kami bicara bersahabat. Tidak ada yang bertekuk lutut pada pihak lain.
2. Saya disebut minta maaf. Ini mengarang bebas. Justru Damin sendiri mengatakan dia tidak meminta saya untuk minta maaf karena dia hanya meminta saya menjelaskan makna kalimat saya. Kalau Damin menuntut saya minta maaf, tentu saya tolak. Tapi Damin tidak melakukannya.
3. Saya dikatakan ‘terjebak’ sehingga merasa ‘harus datang’ untuk menemui Damin. Ini juga mengarang bebas. Sejak pertama kali Damin mempost undangan klarifikasi, saya sudah menyanggupi datang. Tapi karena Damin menyatakan sebaiknya saya memilih tempat, saya mengajukan lokasi Jakarta Timur. Damin sendiri yang memilih Polres Jaktim. Tidak ada niat Damin menjebak dan saya terjebak.
4. Dakwahmedia.com juga menulis bahwa : “Setelah Damin Sada menunggu sekian lama sejak pukul 13.00.WIB, akhirnya Ade Armando beberapa jam kemudian dikabarkan datang dengan wajah pucat dan diantar oleh teman-temannya”.
“Ini kebohongan luar biasa. Damin mengundang saya pukul 13.00 WIB. Saya datang pukul 12.45. Jadi tidak benar saya datang beberapa jam kemudian setelah Damin datang. Saya juga tidak paham kok saya disebut datang ‘dengan wajah pucat’. Sejak awal kami sudah ketawa-ketawa. Tidak ada ketegangan. Teman yang mendampingi saya ada tiga orang. Damin juga didampingi 3 orang,” kata Ade.
5. Dakwahmedia.com menulis: “Damin memerintahkan Ade Armando untuk memperbaiki etika”.
“Tidak ada perintah-perintah. Damin bersikap sangat sopan dan penuh penghargaan terhadap saya. Damin justru berusaha selalu menekankan bahwa dia hanya bersekolah sampai SMA dan tidak punya pengetahuan agama yang mendalam,” kata Ade.
6. Dakwahmedia.com menulis : “Ade Armando hanya bisa terdiam bagai mayat terbujur kaku dalam peti mati, tak mampu membantah sedikitpun kata-kata Damin.”
“Kami sepanjang dialog tertawa-tawa, saling bertukar cerita dengan ceria. Masak sih terdiam bagai mayat?”.
7. Dakwahmedia.com menulis: “Ade Armando tiba-tiba mengkeret tak berkutik bagaikan nying-nying tersiram air panas!.”
“Ini khayalan tingkat tinggi sekali,” tulis Ade.
8. Dakwahmedia.com menulis: “Lalu lucunya lagi, Ade Armando yang seorang Dosen UI mendadak kembali menjadi seorang mahasiswa tingkat satu yang sedang dikuliahi oleh Sang Dosen yaitu Damin Sada”.
Pada dialog itu justru Damin menyatakan bahwa dia hanya lulusan SMA. Dia tidak sedang menguliahi saya. Dia hanya meminta saya menjaga kata-kata karena saya sebagai dosen adalah panutan. Saya juga menyatakan apresiasi saya terhadap apa yang dilakukan Damin yang memilih untuk berdialog.
9. Terakhir dakwahmedia.com menulis: “Ade Armando akhirnya meminta maaf atas pernyataannya selama ini yang telah memunculkan kontroversi dan dinilai kurang etis.”
“Ini juga mengarang bebas. Saya tidak meminta maaf kepada Damin. Saya memuji Damin karena dia memberi contoh pada kelompok-kelompok islam yang selama ini memiluh menggunakan kekerasan,” tulisnya.
“Saya dan Damin sebenarnya sudah memulai tradisi sehat. Sayangnya ada pihak-pihak yang tidak nyaman dengan pilihan itu dan merasa berhak menyebarkan kebohongan untuk merusak rintisan dialog yang kami lakukan,” tegas Ade.