Mahathir Mohamad. (REUTERS/Lai Seng Sin)

Mahathir Mohamad Kembali Terpilih sebagai PM Malaysia di Usia 92 Tahun

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Hasil Pemilihan Umum Malaysia yang memenangkan Pakatan Harapan, koalisi oposisi pemerintah yang mengusung Mahathir Mohamad sebagai calon Perdana Menteri (PM), baru saja menciptakan sejarah baru di Negeri Jiran.

Bagi Mahathir, ia akan menjadi PM tertua di dunia lantaran berusia 92 tahun ketika resmi dilantik nanti. Tak hanya itu, kemenangannya juga mencatatkan sejarah baru lantaran berhasil kembali ke kursi pemerintahan yang pernah diduduki selama 22 tahun, pada 1981 hingga 2003.

Bedanya, kali ini Mahathir berhasil menggenggam pucuk pimpinan dengan mengendarai koalisi oposisi.

Sementara bagi Pakatan Harapan, ini menjadi kemenangan pertama koalisi oposisi setelah 61 tahun lamanya Malaysia didominasi oleh Barisan Nasional, termasuk saat Mahathir berkuasa selama dua dekade.

Dalam perjalanan politiknya, Mahathir pertama kali menjajal politik dengan bergabung ke Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) pada 1959. Kala itu, ia terpilih sebagai ketua partai untuk negara bagian Kedah.

Setelah itu, pada pemilihan umum berikutnya tahun 1964, ia kembali terpilih sebagai anggota parlemen federal dari Kota Setar Selatan. Hanya saja, karir politiknya harus tercoreng lantaran ia dipecat dari Dewan Tertinggi UMNO.

Namun, pada 1970, Mahathir kembali ke UMNO dan mendapat posisi strategis di pemerintah, mulai dari Menteri Pendidikan pada 1972 hingga Menteri Perdagangan dan Industri pada 1978.

Lima tahun berselang, Mahathir kemudian menjadi PM keempat Malaysia. Sembari menjabat sebagai PM, ia juga menjalankan rangkap jabatan untuk posisi Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan.

Selama memimpin Malaysia, ia mendapat sebutan sebagai Bapak Modernisasi lantaran melakukan berbagai pembangunan bagi Negeri Jiran. Mulai dari membangun infrastruktur jalan hingga ikon baru Malaysia, Menara Kembar Petronas. Tak hanya itu, rata-rata ekonomi Malaysia tercatat tumbuh 6,1 persen di tangannya.

Namun, catatan kontroversi juga tak luput dari rezimnya. Mahathir dianggap sebagai pimpinan yang garang dan akan melawan pihak-pihak yang menentangnya, termasuk Anwar Ibrahim, wakilnya yang dipecat dan dibiarkan mendekam di penjara dengan tuduhan sodomi dan korupsi.

Tak hanya wakilnya, ia juga pernah menentang Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF) di era krisis keuangan 1998 karena memaksa mengontrol modal dan mata uang untuk menyelamatkan ekonomi. Setelah 22 tahun, barulah Mahathir lengser dari jabatannya dan diganti oleh Abdullah Ahmad Badawi.

Lepas dari takhta kekuasaan pemerintahan, Mahathir kemudian sempat memberikan dukungan kepada Najib Razak, PM Malaysia saat ini yang juga merupakan putra Abdul Razak, PM kedua Malaysia.

Namun, dua tahun terakhir, Mahathir justru berbalik arah dan meminta Najib mengundurkan diri lantaran terlilit skandal korupsi di perusahaan investasi 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Setelah itu, ia justru meminta maaf dan kembali bergandengan dengan Anwar Ibrahim lantaran memilih masuk ke koalisi oposisi yang dipimpin mantan wakilnya, Pakatan Harapan, demi menggulingkan Najib.

Ia juga nampaknya telah menerima berbagai pandangan masyarakat yang menilainya pernah membuat kesalahan dalam aturan terdahulu, lantaran melawan semua pihak yang melawannya dan otoriter.

“Menoleh ke belakang, saya menyadari mengapa sebagai Perdana Menteri Malaysia, saya digambarkan sebagai seorang diktator. Ada banyak hal yang saya lakukan yang biasanya diktator,” tulis Mahathir dalam postingan blognya, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/5/2018).

Hasilnya saat ini, Mahathir kembali berhasil merebut kekuasaan dari Najib. Pakatan Harapan tercatat mengantongi 113 dari 222 kursi di parlemen Malaysia. Sedangkan Barisan Nasional hanya mendapatkan 79 kursi. Kemenangan ini mengantarkan Mahathir menjadi PM tertua di dunia.

“Kami memenangkan kursi mayoritas dengan jumlah substansial. Mereka (Komisi Pemilihan Umum) mengumumkan bahwa jika sudah mencapai 112 kursi, sudah memenangkan mayoritas dan bisa membentuk pemerintahan,” tulis pernyataan resmi ketika menyerukan kemenangan Mahathir.

Sementara kubu Najib pun turut buka suara dengan menyatakan bahwa Barisan Nasional menerima kekalahannya. “Saya dan teman-teman saya menerima putusan rakyat dan Barisan Nasional berkomitmen untuk menghormati prinsip-prinsp demokrasi parlementer,” kata Najib.

One comment

Comments are closed.