Direktur Indonesia Indikator Rustika Herlambang

Media Internasional Sorot Tiga Isu Penting Tentang Indonesia

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Indonesia menjadi salah satu negara yang seksi di mata media-media internasional. Pemberitaan tentang Indonesia cukup lumayan, baik dari sisi positif maupun negatif. Dari semua media yang memberitakan Indonesia, terdapat 10 media top dunia dengan jumlah pemberitaan yang cukup signifikan.

Adapun 10 media  top yang memberitakan Indonesia tersebut yakni  Straits Times sebanyak 987 berita; The Star sebanyak 747 berita; Bangkok Post 728 berita; The Edgemalaysia sebanyak 707 berita; The Malay Mail Online sebanyak 692 berita; Free Malaysia Today 597 berita; Nikken Asian Review 567 berita; The Sydney Morning Herald 556 berita The Daily News 540 berita; dan Malaysia Digest 538 berita.

Berdasarkan hasil riset Indonesia Indicator menyebutkan, Indonesia tak pernah lepas dari sorotan media-media internasional terlihat sepanjang 1 Januari hingga 15 Juli 2017 pemberitaan tentang Indonesia pada 468 media online internasional mencapai 33.887 berita.

“Ada tiga isu yang muncul dominan dalam pembahasan tentang Indonesia di media internasional. Pertama, perekonomian dan perdagangan; kedua, industri pariwisata; ketiga, ISIS dan terorisme,” ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang, di Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Tiga isu besar itu, lanjut dia, porsinya mencapai 64 persen dari seluruh pemberitaan mengenai Indonesia. Data ini dikumpulkan dari seluruh pemberitaan media online berbahasa Inggris dari 139 negara.

Indonesia Indicator (I2) yang merupakan sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence), menyebutkan rata-rata pemberitaan tentang Indonesia dalam media asing per bulan mencapai 4.841 berita.

Secara statistik, kata Rustika, Februari 2017 merupakan bulan dengan ekspose tertinggi pemberitaaan Indonesia di media asing.

“Pada bulan tersebut, media asing ramai menyoroti kasus terbunuh Kim Jong-nam, saudara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang diberitakan dibunuh oleh dua orang, salah satunya WNI bernama Siti Aisyah,” ujar Rustika.

Isu bersentimen positif pada bulan Februari tentang Indonesia adalah kembali dijalin kerja sama militer antara Indonesia dan Australia untuk penanggulangan terorisme, setelah sempat ditangguhkan akibat kasus pelecehan Pancasila oleh militer Australia pada latihan di Perth.

Pada Mei 2017, kata Rustika lagi, juga muncul ekspose yang cukup tinggi tentang Indonesia.

Sorotan dunia, lanjut dia, ditujukan pada kasus penistaan agama yang disangkakan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). “Pada bulan tersebut, majelis hakim menjatuhkan hukuman bagi Ahok. Media internasional mengangkat framing pemberitaan yang menekankan pada ‘Gubernur Kristen’, dan istilah yang bertendensi negatif,” kata Rustika.

Namun, isu yang sempat memanas tersebut berangsur menurun. Pada bulan yang sama, Indonesia juga diberitakan dalam isu positif seiring membaik peringkat investasi/investment grade Indonesia dari Standart and Poor (S&P).

Indonesia dan Isu Perdagangan Framing positif yang ditujukan kepada Indonesia di antaranya dimunculkan dari ekspose mengenai perekonomian dan perdagangan, termasuk di antaranya adalah kerja sama perdagangan bilateral antara Indonesia dan negara mitra.

Aktivitas ekspor impor Indonesia terhadap beberapa komoditas unggulan juga menjadi sorotan utama. “Dalam pembahasan media berbahasa Inggris, komoditas yang paling sering dikaitkan dengan Indonesia adalah komoditas energi fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas,” ujar Rustika.

Meski demikian, isu perdagangan ini juga diwarnai sentimen negatif, salah satunya kritikan Australia terhadap Indonesia terkait tarif impor kertas yang berasal dari Indonesia.

Media menyorot tentang isu politik dumping tersebut yang bakal menjadi pembahasan lebih lanjut dalam pembahasan Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) akhir tahun 2017 ini.

Selain isu perdagangan, industri pariwisata juga cukup disoroti media internasional, terutama wilayah Bali. Terlebih, kata Rustika, perhatian semakin besar setelah kedatangan mantan Presiden AS Barack Obama ke Bali untuk berlibur.

“Selain Bali, media internasional juga mulai mengarahkan perhatian pada pariwisata NTB (Lombok, Gili Trawangan, Senggigi), Yogyakarta, dan NTT,” kata Rustika, seraya mengatakan Indonesia diapresiasi oleh publik luar negeri karena pertumbuhan industri pariwisata yang sangat pesat selama pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Penciptaan ‘public awareness’ dan kampanye destinasi baru Indonesia di luar Bali, lanjut Rustika, mendapat perhatian media asing yang disertai dengan framing kesiapan Indonesia dalam menggenjot pembangunan infrastruktur untuk menunjang akses ke tempat wisata.

Terorisme Isu negatif tentang ISIS dan Terorisme di Indonesia juga tak lepas dari sorotan media asing. Menurut Rustika, media internasional mengangkat beberapa kasus, seperti terdeteksi para WNI yang berencana bergabung dengan ISIS di Suriah, modus operandi teror baru melibatkan perempuan untuk meledakkan diri, terdeteksi aliran dana untuk menyokong terorisme di Indonesia hingga pemblokiran aplikasi Telegram oleh pemerintah Indonesia.

Namun demikian, langkah-langkah kontra terorisme dan kontra radikalisme Indonesia bersama negara lain diberitakan media asing dengan “tone” positif, seperti kerja sama aspek militer dengan Australia dan Filipina. Isu lainnya yang mengemuka adalah permasalahan hukuman mati bagi gembong narkoba.

Australia menjadi salah satu negara yang mengkritik Indonesia di forum internasional Universal Periodic Review (UPR) of human rights improvements and challenges dalam membahas sistem hukuman mati di Indonesia. (antaranews/kbn)