JAKARTA (IndependensI.com) – Petenis putri nomor dua dunia asal Jepang, Yui Kamiji bakal menemui lawan sepadan dari China, Zhenzhen Zhu di babak final Wheelchair Tennis Asian Para Games 2018 di lapangan tenis Kelapa Gading Sport Club, Jumat (12/10/2018). Yui tampil impresif di Jakarta sejak awal dan tidak menemui lawan sepadan. Bahkan sempat pula mengalahkan rekan senegaranya yang menjadi petenis unggulan, Momoko Ohtani di semifinal.
Yui yang berbasis kidal ini terkenal dengan permainan agresif dan pukulan backhand yang bertenaga. Penempatan bola nan akurat serta penguasaan lapangan yang maksimal, menjadi senjata ampuh petenis kelahiran 24 April 1994 itu. Petenis Indonesia Ndaru Patma Putri yang sempat merasakan kedigdayaan Yui pada babak awal. Ndaru tak mampu berbuat banyak untuk mengimbangi performa dan permainan lawannya, hingga akhirnya pertandingan berakhir dengan straight set 6-0, 6-0.
Bagi Yui, tampil di ajang Asian Para Games ini adalah kali kedua setelah Incheon 2014. Kala itu, dia hanya meraih medali perak di nomor ganda dan menuai perunggu di nomor tunggal. Kiprahnya di Jakarta cukup maksimal. Di nomor ganda mencapai babak final dan begitu pula di tunggal. “Saya hanya ingin menikmati pertandingan. Senang bisa bermain di sini. Walau panas, tapi tidak terlalu bermasalah,” kata Yui beberapa waktu lalu.
Melawan Zhu adalah kali pertama baginya. Zhu adalah petenis kawakan kelahiran 165 Agustus 1989. Kendati sudah matang dari sisi usia, dia juga merupakan petenis pendatang baru yang tak bisa dipandang sebelah mata. Sempat mencapai babak final di turnamen di Cajun. Los Angeles, Maret 2018 dan perdelapan final saat tampil di Sydney, JAnuari lalu, menjadi modal kuat untuk bisa mencapai babak final di Jakarta. Petenis yang juga berbasis kidal ini piawai memainkan twist kursi roda secara agresif. Selain itu, pukulan keras backhand dan forehand silang yang menjadi andalannya, bisa membuat langkah setiap lawannya kesulitan.
Soal melawan Yui, tinggal menunggu waktu saja. Kendati sempat bertemu Yui di babak final nomor ganda hari ini, paling tidak Zhu punya sedikit pengamatan dari pola permainannya. Agresifitas keduanya menjadi tontonan yang pasti seru. Selain keduanya berbasis kidal, performa dan teknik bermain cukup maksimal. Usia yang tidak terpaut jauh dipastikan menjadi tolok ukur ketahanan fisik. Apalagi harus bermain di Jakarta yang bertemperatur hingga menyentuh angka 33 derajat Celcius, dan kelembaban tinggi, dipastikan keduanya bisa cepat lelah. “Panas Jakarta cukup terik dan saya mencoba untuk terbiasa,” kata Zhu.