Peoglf Thailand, Poom Saksansin, berfoto dengan trofi juara BNI Indonesian Masters 2018 di Royale Jakarta Golf Club, Minggu (16/12/2018).

Short Games, Kunci Keberhasilan Saksansin

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Secara teori lapangan yang jaraknya panjang – seperti Royale Jakarta Golf Club – memang tidak begitu disukai para golfer profesional. Karena, jarak yang panjang tersebut akan menjadi handicap tersendiri.

Apalagi ketika permainan sedang berlangsung tiba-tiba cuaca berubah. Misalnya angin berhembus kencang lalu disusul oleh turunnya hujan.

Betul bahwa sesuai dengan peraturan permainan harus di-suspended apabila cuaca membahayakan keselamatan para pemain, dan dilanjutkan setelah cuaca kembali kondusif.

Tapi, apabila dalam waktu yang telah ditentukan cuaca tetap tidak berubah maka permainan baru akan dilanjutkan pada keesokan harinya.

Ternyata ketika permainan dilanjutkan, matahari yang terbit sangat terik sinarnya.

Akibatnya fairway dan green  yang sebelumnya lembab dan basah berubah menjadi kering. Tentu saja green yang kering menjadi sangat licin dan para pemain mengalami kesulitan saat mereka putting.

Demikian pemaparan Wahyu Hendarman terkait dengan situasi dan kondisi di Royale Jakarta Golf Club — venues event BNI Indonesian Masters 2018, yang berlangsung pada 13-16 Desember 2018.

“Tapi, kalau situasi dan kondisi yang Anda ceritakan seperti itu, kenapa Poom Saksansin yang tidak diunggulkan justru berhasil menjuarai turnamen tersebut?”

Wahyu “Uke” Hendarman

Alumnus Professional Golfer Career, California, USA (lulus pada 2001) yang akrab disapa dengan sebutan Uke tersebut, dengan tegas menjawab: “Short Games adalah kunci keberhasilan Poom Saksansin menjuarai Indonesian Masters tahun ini.”

Harus diakui performance pro dari Negeri Gajah Putih berusia 25 tahun itu memang sangat stabil sejak ronde pertama hingga ronde terakhir (final). Skor yang dibukukan pun sangat meyakinkan yakni 286 pukulan (67-63-70-68) atau –20.

Leading sejak ronde kedua, Poom, yang pada ronde terakhir (final) berada satu group bersama rekan se-negaranya, Jazz Janewattananond dan Henrik Stenson (Swedia), sama sekali tidak membuat Poom gentar dengan reputasi dan nama besar Henrik Stenson.

Bahkan, menurut Uke, justru pro dari Swedia tersebut yang tertekan. Terbukti Stenson yang pertengan 9 hole pertama skornya (–14) hampir mendekati skor yang telah dibukukan (–16) justru gagal mempertahankan posisinya di bawah pro dari Negeri Gajah Putih tersebut, karena berhasil disalip oleh Jazz Janewattananond.

Sebagai juara BNI Indonesian Masters 2018 Poom berhak atas hadiah utama sebesar US$135.000,00 dari total hadiah sebesar US$750.000,00 yang diperebutkan dalam event tersebut.

Dan, sejak event tersebut digelar Poom Saksansin menjadi satu-satunya golfer profesional dari Asean yang berhasil menjuarai Indonesian Masters – salah satu turnamen golf pro yang masuk daftar Calender of event ASIAN Tours – sebanyak dua kali yakni pada 2016 dan 2018.

Sementara, Danny Masrin, satu-satunya golfer profesional tuan rumah yang lolos cut off, gagal memenuhi target yang dicanangkan. Danny mengakhiri permainannya dengan skor 298 pukulan (71-73-75-79) atau +10.

Danny Masrin

Golfer profesional berusia 26 tahun tersebut pada 2016 dan 2018 berhasil lolos cut off. Sayang sekali setiap main di Indonesian Masters hasilnya selalu kurang maksimal.

Padahal secara teknis permainan Danny Masrin kualitasnya tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan para kompetitornya. Tapi, diakui bahwa short game-nya memang tidak sebaik para pesaingnya.

“Oleh karena itu tahun depan saya berencana akan lebih fokus untuk memperbaiki short games saya,” kata Danny Masrin yang pada BNI Indonesian Masters tahun ini finis di posisi T64 dari 69 golfer profesional yang lolos cut off. (Toto Prawoto)