KPI Terus Dorong Stasiun Televisi Memproduksi Siaran Berkualitas

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah menyelesaikan Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) periode ketiga (Juli-September) tahun 2018.

Hasilnya, dari 8 (delapan) kategori program siaran, baru 4 program siaran (Wisata dan Budaya, Religi, Talkshow, dan Berita) yang memenuhi standar kualitas KPI. Sementara 4 program siaran (Anak, Variety Show, Sinetron, dan Infotainmen) belum memenuhi standar kualitas KPI dengan standar kualitas 3.

Untuk diketahui KPI telah membuatkan nilai dalam parameter siaran. Buruk Sekali nilainya 1, Buruk nilainya 2, Baik nilainya 3 dan Baik Sekali nilainya 4. Namun KPI juga telah menetapkan bahwa minimal nilai untuk tiap-tiap program yang ditayangkan nilainya 3 atau Baik.

Koordinator Litbang KPI Pusat Andi Andrianto menjelaskan, sebelum Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi KPI periode ketiga (Juli-September) tahun 2018 yang dilakukan di 12 propinsi ini dilakukan, pihak KPI telah memilih penayangan siaran dari program secara acak. Delapan program siaran dimaksud adalah Wisata dan Budaya, Religi, Talkshow, Berita, Anak, Variety Show, Sinetron, dan Infotainmen.

Delapan program ini kemudian dikirimkan ke  universitas atau perguruan tinggi di 12 propinsi. Ke delapan program tersebut diteliti dan dievaluasi oleh satu tim panelis di masing-masing propinsi yang terdiri dari 10 orang. Pendidikan para panelis ini adalah S3, S2 dan S1.

Universitas yang terlibat dalam program ini adalah Universitas Sumatera Utara Medan, Universitas Andalas Padang, Universitas Pembangunan Nasional  Veteran Jakarta, Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Udayana Denpasar, Universitas Tanjungpura Pontianak, Universitas Hasanuddin Makasar,  Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan Universitas Pattimura Ambon.

Setelah masing-masing tim panelis melakukan penilaian dan evaluasi di tempatnya masing-masing, seluruh anggota panelis kemudian berkumpul melakukan evaluasi pendalaman pada Forum Group Discussion (FGD) untuk memberikan penilaian final.

Hasilnya, secara kumulatif nilai tayangan hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi KPI   Periode III Tahun 2018 baru 4 program siaran yang dinilai berkualitas, yaitu Wisata dan Budaya dengan nilai 3,27, Religi nilai 3,13, Talkshow 3,03, dan Berita 3,01. Sementara itu 4 program siaran lainnya yang dibawah nilai berkualitas adalah Anak dengan nilai 2,96, Variety Show nilai 2,58, Sinetron 2,28, dan Infotainmen 2,2. Padahal standar KPI adalah dengan nilai 3 atau Baik.

Andi mengambil contoh salah satu hasil survey yang nilai kualitas indeknya belum mencapai standar KPI, yaitu program Sinetron. Nilai tayangan program Sinetron dalam tiga periode survey di tahun 2018 angkanya fluktuatif, tapi tetap dibawah standar KPI.

Pada Periode I (Januari-Maret) 2018, nilai kualitas indek program siaran Sinetron 2,41. Pada survey periode II (April-Juni) 2018 nilainya 2,36 dan pada survey periode III (Juli-September) 2018 nilainya 2,28.

Mari lihat berdasarkan indikator. Berdasarkan indikator “tidak bermuatan kekerasan”, nilainya 2,10, “tidak bermuatan pornografi” nilainya 2,44, “tidak mengandung muatan mistik, horor dan supranatural” nilainya 2,37, “mengormati orang dan kelompok tertentu” nilainya 2,22, “melindungi kepentingan anak-anak dan remaja” nilainya 2,20, “menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat” nilainya 2,24, “kepedulian terhadap orang lain” nilainya 2,17 bahkan untuk indikator “Relevansi cerita dengan kenyataan kehidupan” nilainya 2,18. “Jadi, seluruh indikator pada program tayangan sinetron nilainya 2,28, masih jauh dibawah standar KPI,’’ jelas Andi.

Program infotainment bahkan menempati nilai yang paling rendah dalam survey kali ini. Dari tiga kali survey nilainya terus mengalami penurunan dan selalu, dibawah standar yang telah ditetapkan KPI. Periode I (Januari-Maret) 2018 nilai kulitas indeks program hanya 2,35, Periode II (April-Juni) 2018 nilainya 2,25 dan pada periode III (Juli-September) 2018 nilainya 2,20.

Karena program ini lebih pada mengexsplor kehidupan pribadi selebriti, dalam indikator menghormati kehidupan pribadi nilainya hanya 1,86. Bahkan para panelis menilai program tayangan ini sangat tidak informatif sehingga nilai yang disematkan punya hanya 2,09. Sementara untuk keberimbangan informasi dari nara sumber dengan informasi ‘katanya’ atau menggunakan konten media social dan tidak memberikan ruang klarifikasi kepada obyek yang diberitakan, juga mendapat nilai 2,25.

Para panelis ahli pun menyatakan bahwa hampir seluruh program siaran infotainment mengangkat kehidupan pribadi secara mendetail dan mendramatisir melalui gesture dan backsound. Selain itu para panelis ahli juga menyatakan bahwa program siaran infotainment khususnya yang mengangkat kehidupan perceraian selebritis, dikhawatirkan memberikan efek paranoid pada kehidupan pernikahan di masyarakat.

Meski secara keseluruhan pada Periode III Tahun 2018 nilai indiks masih dibawah nilai kualitas, namun Andi mengatakan, sudah ada beberapa infotainment yang tidak melulu mengangkat kisah-kisah negative di rumah tangga selebriti, tapi sudah mulai mengemas kisah selebriti dengan pesan moral dan sisi inspiratif. Misalnya kisah artis dan atlet berprestasi, keberhasilan Surya Putra Dewi Yul dengan keterbatasanya tetapi mampu belajar di luar negeri.

Kedepan, program tayangan infotainment dapat berpartisipasi aktif dan berkontribusi positif, dalam memberikan informasi yang mencerahkan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila, tanpa meninggalkan aspek hiburan.

Lembaga penyiaran diharapkan tidak hanya sekedar mengejar rating yang tinggi dan juga keuntungan komersial melalui jeda iklan di sela-sela program siaran infotainmennya. Tentunya dibutuhkan kreatifitas yang tinggi dari lembaga penyiaran dan pelaku industry dalam mengemas dan memberikan informasi serta hiburan dengan nilai-nilai yang mengedukasi.

Yang membuat kita semua prihatin adalah program tayangan.Anak masih jauh dari harapan dalam memberikan sumbangsih yang positif seperti memberikan nilai-nilai edukasi yang selaras dengan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat khususnya dari segi pesan moral. Nilai kualitas indeknya masih 2,95, masih dibawah nilai indeks yang ditetapkan KPI, yaitu dengan nilai 3.

Program siaran Wisata Budaya merupakan program yang nilai kualitas indeknya telah mencapai standar yang ditetapkan KPI yaitu 3. Dari tiga kali survey nilainya tetap di atas 3. Nilai-nilai yang dikandung sangat informative, edukatif, menghibur, pelestarian budaya dan kearifan lokal serta menghormati nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antar golongan.

Hanya saja panelis ahli memberikan catatan para program ini, yaitu kemampuan pengetahuan pembawa acara terhadap daerah yang akan dibawakan sangat penting, sehingga pembawa acara memiliki panduan dan data yang cukup untuk disampaikan kepada pemirsa.

Andi juga memberikan catat tersendiri kepada pembawa acara, misalnya untuk tidak memperlihatkan lukisan yang ada ditubuh (Tato). Untuk menutupinya bisa menggunakan kaos tangan panjang, jacket atau sejenisnya sehingga tidak memperlihatkan atau mempertontonkan sisi lain pembawa acara. Khusus pembawa acara wanita, diharapkan untuk menggunakan pakaian yang lebih sopan sesuai dengan adat ketimuran dan tidak menggunakan pakaian yang mempertontontan lekuk tubuh yang seksi.

Ketua KPI Pusat Yuliandre Darwis Ph.D berharap, stasiun televisi harus lebih bertanggung jawab dan bijak dengan program-program yang ditayangkan di stasiun televisinya masing-masing. Karena masyarakat membutuhkan tayangan mendidik dan informasi bermutu.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) akan terus mendorong stasiun televisi untuk memproduksi dan menayangkan program-program siaran yang berkualitas, yang dapat memotivasi, menginspirasi dan menggugah kreativitas masyarakat yang menghasilkan karya cemerlang demi terwujudnya generasi yang unggul.

Catatan-catatan yang disampaikan oleh panelis ahli, lanjut Yuliandre hendaknya juga menjadi perhatian pemilik program tayangan, sehingga kedepannya program tayangan itu bisa memberikan nilai informative, edukatif dan merangsang kreatifitas pemirsa.

Ditanya mengenai banyaknya tayangan-tayangan berkualitas seperti wisata budaya dan religi yang sarat dengan informasi yang mengedukasi namun sepi iklan, padahal iklan merupakan darah segar bagi kegiatan stasiun televisi, Yuliandre mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) maupun sejumlah pengiklan raksasa untuk menyisihkan alokasi dana iklannya untuk tayangan-tayangan yang bermutu namun tidak popular. (advertorial)