Korban Tsunami Anyer Bertambah Menjadi 56 Orang Tewas, Sekitar 600 Orang Luka

Loading

BANTEN (Independensi.com)  – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui informasi soal korban tsunami di Anyer, Banten dan Lampung. Berdasarkan data terbaru jumlah korban tewas di Puskesmas Carita bertambah menjadi 56  orang, sementara korban tewas di Lampung sebanyak 7 orang .

“Hingga 23/12/2018 pukul 11.00 WIB, data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 56 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 2 orang hilang,” ujar Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho,  Minggu (23/12/2018).

Di Lampung Selatan, 7 orang meninggal dunia, 89 orang luka-luka dan 30 unit rumah rusak berat. Sedangkan di Serang tercatat 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka-luka dan 2 orang hilang,” jelasnya.

Ratusan bangunan di Pandeglang juga rusak parah. 10 kapal dan puluhan kendaraan juga rusak terdampak tsunami. “Kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak. Di Lampung Selatan 30 unit rumah rusak berat,” kata Sutopo.

“Penanganan darurat terus dilalukan. Status tanggap darurat dan struktur organisasi tanggap darurat, pendirian posko, dapur umum dan lainnya masih disiapkan. Alat berat juga dikerahkan untuk membantu evakuasi dan perbaikan darurat,” lanjut dia.

Berdasarkan informasi yang diterima  Independensi.com dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, dampak dari tsunami yang menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang terus bertambah.

Sutopo mengatakan,tsunami terjadi pada, Sabtu (22/12/2018) sekitar pukul 21.27 WIB. “Faktor penyebab tsunami masih dilakukan penyelidikan oleh BMKG untuk mengetahui secara pasti. Kemungkinan disebabkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama.

Dua kombinasi tersebut menyebabkan tsunami yang terjadi tiba-tiba yang menerjang pantai. BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya,” ujar Sutopo Purwo Nugroho. (antaranews.com)