Sosialisasi mengenai peningkatan kualitas kemasan dan penjualan keripik pisang.

Mahasiswa UI Bantu Produsen Keripik Pisang Sukarame

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Tim Pengabdian Masyarakat FMIPA UI yang dipimpin Retno Lestari melakukan sosialisasi pengembangan keripik pisang yang diberi nama Sukarame Banana Chips (SBC) pada hari Minggu tanggal 31 Oktober 2021 di Desa Sukarame Carita, Pandeglang,Banten. Dalam pelaksanaannya, tim Pengmas FMIPA UI bekerja sama dengan Yayasan Pandu Cendekia dan tim Pramuka UI, dengan dukungan dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia (DPRM UI).

Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan sosialisasi yang terdiri dari bagaimana membangun pengemasan yang baik, pengenalan alat pemotong yang lebih praktis, dan strategi pemasaran yang terdiri dari perluasan penjualan melalui online shop hingga ke cara membuat broadcast message mengenai produk yang menarik. Selain itu, dilakukan demonstrasi pembuatan keripik pisang oleh beberapa pengrajin yang selanjutnya dilakukan pengemasan pengemasan produk hingga produk siap dijual.

Kegiatan pengemasan dengan kemasan yang disarankan oleh tim pengabdian masyarakat UI.

Sejak terjadinya pandemi Covid-19, desa ini menjadi salah satu desa yang terdampak akibat kebijakan pemerintah untuk tetap di rumah yang menyebabkan obyek wisata Carita ditutup sementara. Oleh karena itu, penduduk desa Sukarame memanfaatkan produksi pisang yang melimpah untuk diolah menjadi keripik pisang. Selama ini, penjualan keripik pisang masih dilakukan secara luring, penjualan secara daring hanya dilakukan melalui broadcast pesan melalui aplikasi WhatsApp kepada kerabat. Oleh sebab itu, diharapkan dari kegiatan pengabdian masyarakat dari FMIPA UI ini dapat membantu para produsen keripik pisang dalam meningkatkan brand, kemasan, dan penjualan keripik pisang Desa Sukarame.

Retno Lestari selaku ketua dari kegiatan pengabdian masyakat di Desa Sukarame menjelaskan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat berfokus pada sosialisasi dalam improvisasi kemasan dan label. Bulan lalu, Desa Sukarame terpilih sebagai 50 desa wisata terbaik dari 1.778 desa yang ikut serta dan mendapat dukungan dari Kemenparekraf. Oleh karena itu, potensi lokal dari Desa Sukarame harus dikembangkan. “Keripik pisang dari Desa Sukarame juga sering mendapat pujian jika di bawa ke Universitas Indonesia karena rasanya, ukurannya lebih tipis, dan lebih renyah” tambah Retno dalam rilisnya, Minggu (31/10).

Eton, salah satu masyarakat di Desa Sukarame juga menjelaskan bahwa jumlah pisang di Desa Sukarame meningkat selama pandemi, sehingga dilakukan inovasi oleh masyarakat untuk membuat olahan keripik pisang. Keripik pisang yang dibuat ini biasanya menggunakan pisang ijo, pisang kepok, dan pisang tanduk. Pengolahan disesuaikan dengan kearifan lokal, sehingga keripik pisang yang dihasilkan memiliki tekstur dan rasa yang khas. Eton juga menambahkan bahwa kendala utama dalam pengolahan produk keripik pisang ini adalah menurunnya harga jual pisang, tetapi harga minyak meningkat yang menyebabkan biaya modal lebih besar.

Sebagai penutup Eton memberi semangat kepada para Ibu-ibu pengrajin keripik pisang untuk tidak mengkhawatirkan keripik pisangnya tidak laku terjual, karena setiap keringat yang keluar dalam pembuatan keripik pisang pasti akan menghasilkan uang. Oleh sebab itu, Eton meminta kepada Ibu-ibu harus merasa bersyukur bahwa dalam pembuatan keripik pisang pasti akan menghasilkan sesuatu.