Meskipun Kemarau, Petani Karawang Panen Padi Rp 35 Juta Per Hektar

Loading

KARAWANG (IndependensI.com) – Sebagai salah satu lumbung pangan Nasional, Kabupaten Karawang terus berproduksi meskipun di tengah kemarau panjang 2019 ini. Sekaligus membuktikan beras dari petani akan selalu ada untuk memenuhi pangan masyarakat.

Hal ini terungkap dalam kunjungan kerja Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi guna melakukan panen padi Kelompok Tani (Poktan) Sri Rahayu bersama Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Hanafi di Kampung Waluya Desa Kertawaluya Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang, Kamis (29/8).

Suwandi menyatakan pertanaman di desa ini menarik karena petani mampu panen dengan produktivitas dari hasil ubinan 9 ton per hektar padi dari varietas Inpari 32. Dengan harga gabah (GKP) rata-rata Rp 5 ribu.

“Berarti ada hasil bersih Rp 35 juta setelah dikurangi biaya produksi Rp10 juta per hektar,” ujarnya.

Menurutnya, penggunaan benih padi varietas unggul berupa Inpari 32 juga sangat bagus digunakan petani karena memiliki produktivitas tinggi sama halnya dengan varietas Ciherang.

“Kemudian memiliki keunggulan toleran kekeringan sehingga masih mampu berproduksi kala kemarau,” tutur Suwandi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Hanafi menegaskan Karawang masih menjadi andalan pemenuhan pangan nasional dan Jawa Barat. Karenanya, ia berharap akan perlunya ditingkatkan dengan sumberdaya yang dimiliki.

“Upaya untuk meningkatkan produksi padi perlu dilakukan dengan penerapan intensifikasi yaitu penggunaan varietas unggul berupa benih bemutu, teknologi perlindungan hama tanaman hingga teknologi jajar legowo,” tegasnya.

“Tentunya dengan mengedepankan budidaya tanaman sehat dan lokal secara holistik,” pinta Hanafi.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, luas baku sawah mencapai 95.277 hektar dengan target panen padi di 2019 adalag 1.450.303 ton GKP atau setara 1.255.952 ton GKG atau 841.464 ton beras.

“Target sasaran padi di 2019 195.902 hektar. Sedangkan capaian luas tanam Oktober 2018 hingga Agustus 2019 mencapai 166.983 ha atau 85,24 persen sasaran,” sebut Hanafi.

Petani dari Poktan Sri Rahayu, Kardi mengatakan harga gabah di tingkat petani hingga sekarang masih stabil di kisaran Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per kilogram. Mengenai sumber air, diakuinya tidak ada masalah.

“Alhamdulilah enggak ada masalah, air cukup dari saluran sekunder Pondok. Jadinya di Kampung Waluya ini satu tahun bisa 3 kali tanam yaitu padi-padi-palawija (kedelai, red),” katanya.

Lebih lanjut Kardi menuturkan air dari Tarum Utara Cabang Timur yang selalu mengalir dan diberlakukan gilir giring dengan wilayah desa lainnya.

“Karenanya, petani biasa bertanam padi-padi-palawija untuk menghemat air,” tegasnya. (***)