Pelestarian Musuh Alami, Kementan Terus Kembangkan Refugia Si Penarik Serangga

Loading

KARAWANG (IndependensI.com) – Penggunaan pestisida sintetis dalam pengendalian OPT lumrah dilaksanaka petani dalam kegiatan budidaya di lahannya. Kecenderungan penggunaan pestisida sintetis bertujuan agar serangan OPT segera berkurang atau musnah.

Kendati demikian, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengembangkan refugia si penarik serangga secara alami. Sebab, ketika kegiatan pengendalian secara kimia hanya untuk memusnahkan organisme pengendali tanaman (OPT) tanpa memperhatikan aspek lingkungan akan mengakibatkan ekosistem tidak seimbang.

“Semakin maraknya penggunaan pestisida kimia atau sintetik yang digunakan petani, maka keberadaan musuh alami semakin berkurang,” demikian disampaikan Petugas Pengamat OPT, Sudarti di Balai Besar Peramalan OPT Kementan Jatisari, Karawang, Jumat (13/9/2019).

Sudarti menyebutkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari pestisida sintetis mendorong para peneliti bidang pertanian untuk mencari alternatif pengendalian OPT yang berbasis lingkungan. Ini diharapkan dapat tetap menjaga kelestarian agroekosistem sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).

“Prinsip PHT pada dasarnya menitikberatkan pada pemanfaatan berbagai teknik pengendalian dengan tetap memperhatikan keuntungan ekonomi yang maksimal, dan memberikan dampak yang aman bagi pekerja, konsumen dan lingkungan hidup. Salah satu teknik pengendalian yaitu pelestarian musuh alami dengan penanaman tanaman refugia,” jelasnya.

Dia menambahkan tanaman yang berpotensi menjadi refugia antara lain tanaman bunga matahari (Helianthus annuus), bunga kertas zinnia (Zinnia elegans), kenikir (Cosmos caudatus). Sayuran yang berpotensi sebagai refugia sekaligus bahan pangan antara lain kacang panjang (Vigna unguiculata ssp. sesquipedalis), bayam (Amaranthus spp.) jagung (Zea mays), dll.

“Sebaiknya tanaman refugia harus selalu ada di areal pertanaman yang kita budidayakan dengan cara menanam benihnya secara langsung atau disemai, Kalau tingkat keberhasilan sebenarnya lebih tinggi dengan metode semai,” tegasnya.

Kepala Bidang Program dan Evaluasi Balai Besar Peramalan OPT Kementan, Mustaghfirin menambahkan tanaman refugia berfungsi sebagai tempat tinggal sementara musuh alami. Tanaman refugia selain memperindah lahan pertanian juga berperan sebagai penyedia makanan bagi musuh alami.

“Hasil pengamatan pada Refugia di Kebun Percobaan BBPOPT (Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, red) menunjukkan bahwa refugia dari jenis Cosmos caudatus, Celosia plumosa (Merah), Celosia plumosa Kuning mampu menarik serangga baik herbivora, predator, parasitoid dan serangga lain,” jelasnya.

Perlu diketahui bahwa refugia adalah komponen dalam pengembangan budidaya tanaman sehat. Pada prinsipnya budidaya tanaman sehat meminimalisir penggunaan bahan kimia dan memperbaiki sifat fisiologis tanah.

Dengan adanya budidaya tanaman sehat terbukti tahun 2018 terjadi kenaikan produktivitas dari 6,24 ton per hektar menjadi 7,90 ton per hektar. Tahun 2019 program ini dilaksanakan dengan luas 100.000 ha dan tersebar di 20 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Gorontalo.

Kementan komitmen pada upaya menjaga kualitas lingkungan dengan memberikan bantuan benih, dolomit ,pupuk organik, pestisida hayati atau agens hayati, dan tanaman refugia pada program budidaya tanaman sehat. Dari target 100.000 ha tahun ini, sudah tertanam sekitar 75.000 ha. Harapannya budidaya tanaman sehat ini akan direplikasi oleh petani di sekitarnya.