Foto Humas pupr hs

Menteri PUPR Tinjau Pembangunan Jembatan Pulau Balang di Lintas Selatan Kalimantan

Loading

PENAJAM UTARA (IndependensI.com) — Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadi Muljono dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tiba bersamaan di Bandar Udara Internasional Sepinggan Balik Papan Rabu (2/10/2019) siang pukul 11.45.

Dari bandara rombongan ke dua menteri tersebut langsung menuju Pelabuhan Semayang Balikpapan untuk melakukan peninjauan pembangunan Jembatan Pulau Balang dengan menggunakan kapal Feri.

foto humas pupr hs

Jembatan Pulau Balang akan menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur akan meningkatkan konektivitas Jalan Lintas Selatan Kalimantan yang menjadi jalur utama angkutan logistik di Pulau Kalimantan.

“Dengan adanya jembatan ini, konektivitas dan aksesibilitas Jalan Lintas Selatan Kalimantan semakin lancar karena jarak dan waktu tempuh akan menjadi lebih singkat,” kata Menteri Basuki.

Saat ini, kendaraan dari Balikpapan menuju Penajam dan akan melanjutkan perjalanan ke Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan dan kota lainnya harus memutar dengan jarak sekitar 100 km dengan waktu tempuh 5 jam. Alternatif lainnya adalah menggunakan kapal feri dengan waktu penyeberangan sekitar 1,5 jam belum ditambah waktu antri menuju kapal feri.

Waktu antri akan bertambah lama apabila bertepatan dengan hari libur mengakibatkan waktu tempuh dan biaya angkut kendaraan tidak efisien.

Dengan adanya jembatan Pulau Bayang, nantinya jarak akan menjadi lebih pendek yakni sekitar 30 km dan dapat ditempuh hanya dalam satu jam. Selain sebagai penghubung jaringan jalan poros selatan Kalimantan, jembatan ini juga mendukung rencana pembangunan pelabuhan peti kemas Kariangau dan kawasan industri Kariangau.

Jembatan tipe cable stayed ini dibangun bersama antara Kementerian PUPR bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara. Konstruksi jembatan utama sepanjang 804 meter, jembatan pendekat sepanjang 167 meter, dan jalan akses sepanjang 1.969 meter dikerjakan oleh Kementerian PUPR dengan biaya pembangunan Rp 1,33 triliun dimana tahun 2018 sebesar Rp 269,18 miliar.

“Mengingat waktu pelaksanaannya yang relative singkat, harus ada kerja sama dengan Pemerintah Daerah baik dari sisi pembebasan lahan maupun penyelesaian konstruksi jalan aksesnya,” kata Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XII Balikpapan Ditjen Bina Marga Refly Ruddy Tangkere. Jembatan ini akan memiliki lebar 22,4 meter yang terdiri dari empat lajur dua arah dengan lebar masing-masing lajur 3,5 meter disertai jalur pejalan kaki dengan lebar 2,5 meter.

Proses konstruksi jembatan cukup menantang, salah satunya dalam pemasangan tiang pancang sebanyak 144 unit. “Secara teknis, tahapan paling kritis itu sudah berhasil kita kerjakan dan lalui dengan baik . Tahapan tersebut dilakukan selama hampir satu tahun. Sulit, karena dasar lautnya ternyata batu, tapi kita sudah lakukan,” ujar Refly.

Tantangan lain adalah cuaca di mana curah hujan di lokasi pembangunan cukup tinggi dan arus air laut yang juga tinggi. Selain itu, sebagian besar material harus didatangkan dari luar Kalimantan, seperti semen dari Tonasa, Makassar, pasir agregat dari Palu, dan fly ash campuran beton dari Paiton, dan alat berat dari Jakarta.(***)