Kementan Dorong Perlakuan Benih Padi Sebelum Penanaman Agar Menghemat Ongkos Produksi

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Pengendalian hama atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tidak harus selalu dilakukan pada saat pertanaman sudah tumbuh. Akan tetapi bisa dilakukan juga pada benih padi sebelum ditanam.

Demikian dikatakan Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Balai Besar Peramalan OPT, Sendy pada kegiatan uji direct seed di lahan percobaan Balai Besar Peramalan OPT bersama Balai Besar Mekanisasi Pertanian di Karawang, kemarin Rabu (11/12).

Sendy menjelaskan dengan melakukan perlakuan benih (seed treatment) kemunculan hama dan penyakit di lapangan dapat dikurangi serangannya. Penyakit yang terbawa benih ini dapat ditekan kemunculannya kalau benihnya diperlakukan terlebih dahulu.

“Dengan melakukan deteksi dini, penangganan penyakit otomatis berkurang dan tidak perlu lagi membeli pestisida atau obat-obat kimia yang harganya mahal saat pertanaman,” jelasnya.

Salah satu seed treatment yang sedang diuji coba adalah iron coating. Kegiatan yang dilakukan bersama Balai Besar Mekanisasi Pertanian Balai Besar Mektan ini sebagai tindaklanjut hasil penelitian yang dilakukan di Negara Jepang.

Penelitian yang dilakukan adalah benih padi yang dilapisi (zat besi)Fe terbukti menekan penyakit yang ditularkan melalui benih seperti : bakteri hawar bibit ( Burkholderia plantarii ), bakteri busuk gabah ( Burkholderia glumae ), bakteri hawar daun jingga ( Acidovorax avenae subsp. avenae), penyakit “Bakanae” ( Gibberella fujikuroi ), bintik cokelat ( Cochliobolus miyabeanus ), dan blas ( Pyricularia grisea ).

Pelapisan Fe juga menekan viabilitas nematoda Aphelenchoides besseyi dalam biji dan menekan terjadinya gejala penyakit.
Selain dapat menekan serangan penyakit terbawa benih, pelapisan menggunakan Fe juga dapat menekan serangan burung pipit saat benih ditabur ke lahan .

Di tempat yang sama Joko Perekayasa Madya Balai Besar Mektan menjelaskan iron coating itu benih pra-kecambah yang digranulasi menggunakan campuran bubuk Fe tereduksi dan gipsum terkalsinasi. Serbuk Fe pada permukaan benih dioksidasi, menghasilkan karat, yang berfungsi sebagai pengikat untuk pembentukan lapisan keras lapisan. Biji yang dilapisi Fe kering dapat disiapkan secara manual atau mekanis dalam jumlah besar dan disimpan lebih dari 1 tahun pada suhu kamar.

Hasil uji direct seed yang dilakukan di Balai Besar Peramalan OPT dengan menggunakan transplanter sitem tanam benih langsung untuk 1 hektar membutuhkan waktu 3.67 Jam dengan jumlah kebutuhan benih 37, 22 Kg/Ha.

“Kapasitas waktu kerja alat tanam dipengaruhi oleh keadaan lahan, bila lahan terlalu tergenang makan laju alat tanam akan semakin lambat dan membutuhkan waktu yang lebih lama,” tutur Joko.

Jika ujicoba ini berhasil dan memuaskan secepatnya Kementan akan menyebar luaskan hasil nya untuk diujicobakan ke Balai Pengajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini untuk mendorong terwujudnya Pertanian Modern dan turut andil menekan biaya produksi yang selama ini memberatkan para petani.