Pura Tanah Lot

Dampak Virus Corona Wisatawan ke Bali Sepi, Diprediksi Banyak Kredit Macet

Loading

BALI (Independensi.com) – Setelah tak beroperasinya sebanyak 167 maskapai penerbangan China kembali sebagai dampak kebijakan antisipasi Virus Corona yang mewabah di Wuhan yang mulai membuat pelaku pariwisata ketar ketir.

Para pelaku dan praktisi pariwisata dalam naungan DPP Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) menggelar Focus Group Discussion dengan tema ‘Badung Menjawab Tantangan Pariwisata ke Depan’ yang digelar di Natya Hotel Kuta, Selasa (11/2/2020) malam.

Dari FG tersebut akhirnya menarik kesimpulan untuk mengerahkan segala daya upaya guna mendatangkan para turis domestik dengan berbagai insentif. Salah satunya melalui penjualan paket harga yang relatif lebih terjangkau agar turis mau datang ke Bali,” kata Agus Maha Usadha, Ketua NCPI Bali.

“Disamping itu akan dicoba dikomunikasikan kepada semua event organizer nasional agar schedule untuk menggelar acara di Bali tetap terlaksana. Sebab akan menjadi acuan kepada dunia luar bahwa Bali adalah tempat paling aman untuk penyelenggaraan MICE,” tambahnya.

Menurutnya, Potensi kunjungan turis domestik merupakan salah satu solusi yang dianggap paling strategis dan relevan. Pasalnya kunjungan wisatawan asal Tiongkok itu ke Bali kini tidak ada lagi.

“Kami berharap FGD ini akan memberi solusi agar pariwisata yang selama ini memberi kontribusi besar bagi ekonomi Bali bisa tetap jalan,” terang Agus.

Menurut pelaku pariwisata Gunawan, berdasarkan data, dari total sekitar 15 juta wisatawan ke Bali tahun lalu, 60 persennya domestik.

Tahun 2019 kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali sampai 1,3 juta. Sejak adanya virus Corona, kini sudah tak ada lagi wisatawan Cina ke Bali. Bali juga untuk sementara menutup kunjungan turis Cina ke Bali.

Wabup Badung Drs. Ketut Suiasa setelah mendegar berbagai masukan, mengaku akan melakukan pemetaan terhadap langkah-langkah paling strategis terkait situasi ini. Salah satunya adalah menunda promosi ke luar negeri ke negara-negara yang dirasakan kurang potensial. Untuk diketahui, selama ini cukup besar biaya promosi yang menggerus anggaran.

“Selain mendata ulang promosi ke luar negeri, kita akan perbanyak promosi ke tamu domestik yang ternyata potensinya sangat besar dan selama ini memberi kontribusi tinggi bagi Bali,” ujar Wabup Suiasa.

Sejumlah praktisi dan pelaku pariwisata menyampaikan agar dana promosi ke luar negeri yang cukup besar dapat dialokasikan ke promosi yang bersifat digital marketing. Hal itu penting agar dalam kondisi sekarang ini anggaran digunakan terserap secara efektif.

Bahkan salah seorang peserta menegaskan agar promosi digencarkan pada pasar negara-negara potensial yang selama ini nyata memberi kontribusi pariwisata.

“Seperti Australia dan India yang selama ini sangat tinggi, sebaiknya promosi ke sana sehingga bisa lebih nyata dan lebih banyak hasilnya,” jelas Gde Wirata dan Putu Suasta, MA.

Putu Suasta mengingatkan agar pelaku pariwisata Bali juga melakukan upaya ke pusat termasuk menemui para owner hotel yang kebanyakan tidak di Bali. “Mereka juga harus diajak bicara untuk masalah yang sekarang ini,” tambah Putu Suasta.

Gde Wirata juga berharap kalangan perbankan ikut peduli dengan kondisi lesu saat ini. Sebab banyak pelaku pariwisata masih “bergantung” dengan bank. “Jadi bank harus bantu pelaku pariwisata. Sebab kondisi sulit saat ini bisa membuat kewajiban nasabah tersendat-sendat, jangan sampai mereka dapat rapor merah,” ujar pemilik Bounty Cruise dan sejumlah bisnis ini.

Wirata menjelaskan pariwisata Bali sebenarnya sampai saat ini sudah sekitar 16 kali diterpa badai yang diawali dengan perang Teluk. Tapi kasus corona ini yang paling berat dan sulit diprediksi. “Jadi semua pihak harus saling mendukung agar agar dampaknya bisa diminimalisir,” tegasnya.

FGD yang digelar NCPI Bali bekerja sama dengan Pemkab Badung ini, juga dihadiri Kadispar Badung Made Badra, NCPI Pusat IG Kade Sutawa, Dirut BTDC dan pelaku pariwisata lainnya. Juga hadir owner Natya Hotel Nengah Natya serta Ketua BPPD Bangli Dr. I Ketut Mardjana yang juga owner Toya Devasya Natural Hot Spring, Bangli.

Menurut Mardjana, meski kondisi lagi lesu, pihaknya tetap optimis pariwisata bisa jalan. “Kami di Toya Devasya yang paling banyak dikunjungi wisatawan Cina, sampai saat ini kunjungan masih lumayan tinggi,” jelas mantan Dirut PT Pos Indonesia ini.

Pihaknya bahkan sudah menerapkan strategi pemasaran melalui digital marketing yang dirasakan efektivitasnya. (hidayat)